Broken

15.2K 349 12
                                        

Cerita ini hanya fiksi belakang. Jika ada kesamaan Nama tokoh, Tempat, Alur cerita, itu hanya kebetulan semata.

mengandung adegan dewasa, umpatan kasar, alkohol.— under age, please leave‼️

18+
Regards, Hellobithaa.

***

Salmita Isvara, gadis cantik berkacamata itu, baru saja mengakhiri hubungannya dengan kekasihnya. Dua tahun bersama ternyata tidak cukup untuk membuat mereka saling memahami. Lelaki yang dulu ia cintai dan banggakan, nyatanya hanyalah seorang yang tak tahu diri.

"Halo, Key, lo di mana?" suara Salmita terdengar datar melalui telepon.

"Gue putus sama Deon."

"Yaudah, gue samperin lo. Tapi lo keluar temuin gue ya? Gue belum pernah masuk ke sana soalnya."

"Oke, gue otw. Bye!" Setelah menutup telepon, Salmita menarik napas panjang. "Deon, anjing!" umpatnya pelan.

***

Salmita berhenti sejenak di depan tempat yang sama sekali asing baginya. Dentuman musik sudah terdengar sejak ia tiba di pintu utama. Tempat ini ramai, penuh dengan orang-orang yang berseliweran.

"Sal!" teriak Keyla, sahabatnya yang berambut panjang, sambil melambai.

"Duh, gue agak gugup nih masuk sini," ucap Salmita ragu.

"Santai aja, Sal. Katanya lo mau ngeluarin emosi? Ini solusinya," jawab Keyla sambil menarik tangan Salmita.

Mereka berdua masuk ke dalam, suasana semakin ramai. Bau rokok dan alkohol memenuhi udara. Keyla mengajak Salmita bergabung dengan teman-temannya.

"Guys, kenalin, sahabat gue, Salmita," kata Keyla.

"Hai, Salmita," sambut mereka ramah.

"Cantik amat temen lo, Key," celetuk salah satu lelaki sambil meneguk minumannya.

"Awas ya, kalian jangan macam-macam sama sohib gue! Nanti gue potong aset berharga lo!" ancam Keyla setengah bercanda.

"Ngeri-ngeri sedap!" jawab mereka serentak, diakhiri dengan tawa.

"Sini, Sal, duduk," ajak Keyla sambil menarik Salmita ke sampingnya.

Semakin malam, tempat itu semakin ramai. Musik menggelegar, dan banyak orang yang turun ke dance floor, mengikuti irama dengan liar.

"Gue sama yang lain mau turun, lo mau ikut?" tanya Keyla.

Salmita menggeleng. "Gue di sini aja."

"Serius?"

"Iya!"

"Jangan pesen yang aneh-aneh, ya. Dan jangan kemana-mana. Awas aja gue balik lo ilang," pesan Keyla.

"Iya, iya, bawel amat lo!" jawab Salmita kesal.

"Yeey, gue cuma nggak mau lo ngerepotin gue, Salindut!" ejek Keyla.

"Nama gue Salmita, ya monyet, bukan Salindut!" tangan Salmita sudah siap melayang, tapi Keyla sudah berlari ke dance floor.

"Cupu lo!" teriak Salmita, meski ia yakin sahabatnya tak akan mendengarnya.

Setelah Keyla pergi, Salmita memberanikan diri memesan minuman. Matanya menatap ke arah dance floor, di mana Keyla dan teman-temannya asik bergoyang. Meski tempat ini ramai, hatinya tetap terasa hampa. Suara musik yang keras tak mampu mengusir kesepiannya.

"Boleh saya duduk di sini?" tiba-tiba seorang lelaki menghampiri.

"Duduk aja," jawab Salmita sambil menyeka air matanya.

"Berapa umur kamu? Kayaknya belum cukup umur buat masuk ke tempat kayak gini," tanya lelaki itu dengan nada yang sedikit merendahkan.

"Dua puluh satu tahun," jawab Salmita singkat.

Lelaki itu mengambil minuman beralkohol dari meja Salmita.

Salmita langsung melotot. "Nggak sopan!" ucapnya marah.

Sebenarnya, Salmita sudah meminum beberapa gelas alkohol sejak tadi. Minuman itu terasa nikmat, dan efeknya mulai terasa. Emosinya pun mudah tersulut.

"Nama kamu siapa?" tanya lelaki itu lagi.

"Gue Salmita Isvara," jawabnya singkat.

"Saya Alfarez Davindra," ucap lelaki itu sambil mengulurkan tangannya.

"Tampan," gumam Salmita pelan sambil menjabat tangan Alfarez.

Alfarez tersenyum tipis, matanya menatap Salmita dengan penuh arti.

***

Faultiness [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang