Keyla menepuk punggung Salmita yang tampak melamun, tak menyentuh makanan di depannya sama sekali.
"Heh, Sal!" panggil Keyla, suaranya penuh nada kesal.
"Lo kemarin ngilang ke mana? Gue muterin klub nyariin lo dalam keadaan mabuk, tau!" umpatnya lagi.
"Pulang," jawab Salmita singkat, matanya tetap menatap kosong.
"Anjing lo! Minimal ngabarin gue, Salmita!" Keyla hampir berteriak.
"Gue lupa," jawab Salmita, nada suaranya datar.
"Dasar cewek aneh! Untung lo sahabat gue," balas Keyla sambil kembali fokus menyantap soto yang baru datang.
Salmita tak menggubris perkataan Keyla. Dia terjebak dalam pikirannya sendiri, berusaha mengubur dalam-dalam kenangan yang menyakitkan.
"Sial! Kenapa dia ada di sini? Dan sialnya, dia dosen gue!" umpatnya dalam hati.
"Sabar ya, gue juga kaget Pak Alfarez segalak itu tadi," ucap Keyla tiba-tiba, seolah bisa membaca pikiran Salmita.
"Nyebelin banget, bikin mood gue rusak!" keluh Salmita.
"Tapi lo tau nggak, banyak juga mahasiswi yang naksir dia, termasuk gue," ucap Keyla sambil menangkup pipinya, terpesona mengingat ketampanan dosen baru mereka.
"Dih! Mesum!" gumam Salmita lirih.
"Hah? Lo bilang apa, Sal?"
"Bakso gue kepedesan, kebanyakan cabe," jawab Salmita dengan nada bohong.
"Oh..."
"Tapi dia masih jomblo, tau!" Keyla melanjutkan, tampak antusias.
"Siapa?" tanya Salmita, berpura-pura tak peduli.
"Pak Alfarez."
"Yang tanya!" jawab Salmita, wajahnya menunjukkan ketidakpedulian.
"BANGSAT LO!" Keyla teriak sambil melemparkan tisu bekasnya.
"Jorok banget lo!" Salmita menanggapi sambil tertawa kecil.
"Lo nyebelin banget!" Keyla kesal, namun ada senyum di wajahnya.
Salmita hanya menjulurkan lidah, tanda mengejek.
"Tapi ada hal serius tentang Pak Alfarez, lo harus dengerin! Di kampus sebelumnya banyak mahasiswi yang harus ngulang mata kuliah karena terbukti centil, bahkan merayu dia dengan sengaja. Dia paling anti pacaran sama mahasiswi. Mukanya aja dingin dan menakutkan pas ngajar tadi," jelas Keyla dengan bersemangat.
Salmita hanya mengaduk-aduk baksonya, berusaha menyembunyikan kenyataan bahwa dosen yang dibicarakan itu pernah tidur dengannya.
"Gue nggak peduli sama dosen itu," ucap Salmita acuh.
"Tapi tetep aja dia ganteng, ya?" Keyla kembali memuji.
"Tampan sih, tapi sayang MESUM!" umpat Salmita dalam hati.
***
Setelah perkuliahan usai, Salmita dan Keyla berjalan menuju parkiran kampus.
"Bareng gue kan?" tanya Keyla.
Salmita mengangguk.
"Yaudah, masuk!" ucap Keyla sambil membuka pintu mobilnya.
Ketika Salmita hendak membuka pintu, tiba-tiba tangannya ditahan oleh seseorang.
"Deon?" serunya kaget, lalu menarik tangan Deon dengan cepat.
"Sal, gue mau ngomong sama lo. Mau pulang bareng gue?" Deon memohon.
"Sorry, Yon. Gue rasa di antara kita udah nggak ada yang perlu dibicarakan," tolak Salmita tegas.
"Please, Salmita. Ini penting," Deon mencoba meyakinkan.
"Key, sorry. Gue bareng Deon," kata Salmita menghela napas.
"Ah, monyet lo, Sal!" Keyla kesal, matanya menatap tajam Deon.
"Heh, brengsek! Awas ya lo macem-macem sama sahabat gue. Gue potong burung lo!" ancam Keyla, sifat protektifnya muncul.
"Santai aja, gue nggak akan macem-macem," jawab Deon santai.
"Lo aneh-aneh ke dia, nama lo udah terpampang di batu nisan!" Keyla mengancam.
"Key!" tegur Salmita, merasa tak nyaman.
"Masih aja lo belain dia!" Keyla kesal lalu kembali masuk ke dalam mobil.
Keyla membuka sedikit kaca mobilnya, "Kabarin gue kalau udah sampai rumah, Sal!" pesannya.
"Iya, iya... bawel!" jawab Salmita, merasa sedikit bersalah.
Mobil Keyla pun melaju pergi, meninggalkan Salmita dan Deon di parkiran.
***
Kini, mereka berada di dalam mobil, suasana hening tanpa ada yang mau membuka obrolan.
Salmita merasa jengah dan memberanikan diri untuk berbicara. "Gue turun di depan aja. Dari tadi lo diem, nggak ada yang mau lo bicarain. Mendingan gue pulang sendiri," ucapnya.
"Pantang bagi gue nurunin cewek di pinggir jalan," jawab Deon, tetap fokus pada jalan.
Sepuluh menit berlalu, mobil Deon akhirnya berhenti di depan lobby apartemennya. Salmita melepas sabuk pengaman dan bersiap turun.
"Andai aja lo nggak nolak gue malam itu, Sal. Pasti kita masih bareng," kata Deon, nada suaranya penuh penyesalan.
Salmita merasa hatinya tertekan. "Apa setiap hubungan harus didasari dengan berhubungan badan, Yon?" tanya Salmita, kecewa.
"Padahal itu bisa jadi bukti cinta kita selama dua tahun ini. Apa lo masih ragu sama gue, Sal?" tanya Deon.
Salmita ingin sekali mengumpat, tapi menahannya. Dia hanya menggelengkan kepala. Saat hendak menjawab, ponselnya berbunyi.
Alfarez? Dahi Salmita berkerut saat membaca nama di layar.
"Gue turun! Thanks buat tumpangannya," ucapnya cepat, lalu keluar dari mobil.
Begitu memasuki lobby, Salmita menjawab telepon. "Kenapa Pak dosen mesum?" tanyanya dengan nada sinis.
"Bisa kita bertemu malam ini?" suara Alfarez di seberang terdengar dingin.
"Untuk apa? Saya sibuk, nggak ada waktu!" tolak Salmita.
"Saya sudah berada di belakangmu," sambut Alfarez dengan nada tenang.
Salmita berbalik, dan terkejut melihat sosok lelaki dalam kemeja hitam, lengan digulung hingga siku, menatap tajam ke arahnya.
"DOSEN GILA!" umpat Salmita, segera mematikan sambungan telepon.
***
Haiiii... Salmita-Alfarez menyapa kembali!
terima kasih ya, sudah mau membaca tulisanku ini.
Cerita ini memang berbeda dari tulisan-tulisan aku yang lain, jadi semoga kalian suka!
Tapi kalau dirasa ini cukup sensitive boleh kok tinggalin lapaknya tapi jangan tinggalin jejak yang nggak enak ya disini 🤗
Ini cuman fiksi dan halunya author gabut, heheh :D
LAFFYU GAES <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Faultiness [END]
RomansKisah tentang Salmita Isvara, Gadis yang berjuang untuk hidup dan matinya. Kepergian kedua orang tuannya membuat Salmita harus bertemu dengan sosok lelaki yang ternyata adalah Dosen muda di kampusnya, Alfarez Davindra. Namun sialnya, Salmita malah t...
![Faultiness [END]](https://img.wattpad.com/cover/370467541-64-k202173.jpg)