Salmita dan Alfarez, dua orang yang baru saja berkenalan, terlihat begitu akrab. Tanpa sadar, mereka mulai bercerita tentang alasan mereka berada di tempat seperti ini.
"Hah? Batal nikah?" tanya Salmita, sedikit terkejut.
Alfarez mengangguk. "Setidaknya masalahku lebih berat daripada gadis kecil sepertimu yang hanya sekedar putus cinta tapi sudah terlihat berantakan begini. Baru putus cinta saja sudah berani datang ke tempat ini sendirian," ucap lelaki tampan berusia dua puluh tujuh tahun itu.
"Gue udah dewasa dan udah cukup umur buat masuk ke sini!" balas Salmita sambil merebut kembali gelasnya dari tangan Alfarez dan meneguknya hingga habis.
"Tidak cukup dewasa untuk minum-minuman beralkohol dan datang sendirian ke sini," ucap Alfarez, matanya menatap Salmita dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Gadis malang yang cantik," batin Alfarez.
"Bukan urusan lo!" bentak Salmita, yang sudah benar-benar mabuk.
Baru saja ingin melayangkan pukulan ke arah Alfarez, tubuh Salmita tiba-tiba limbung dan ia pun pingsan di atas sofa. Alfarez menggelengkan kepala.
"Dasar gadis kecil nakal," gumamnya.
Alfarez berniat mengantarkan Salmita pulang ke rumahnya. Namun, sialnya, di identitas gadis itu hanya tercantum alamat asalnya, bukan alamat tinggalnya sekarang. Salmita adalah gadis rantau yang sedang berkuliah di Jakarta.
"Sial! Ke mana aku harus membawamu, gadis kecil?" ucap Alfarez, frustasi.
Tanpa berpikir panjang, Alfarez mengangkat tubuh Salmita dan membawanya keluar dari bar yang semakin ramai. Ia menuju parkiran, memasuki mobil Rolls Royce-nya, dan melaju dengan kecepatan tinggi menuju apartemennya.
***
Di dalam kamar bernuansa hitam putih, Salmita perlahan membuka matanya. Rasa pusing masih menyelimuti kepalanya. Ia menatap lelaki di sampingnya, mengira bahwa Alfarez adalah Deon, mantan kekasihnya.
"Deon... jangan tinggalin aku. Kalau emang kamu mau, aku bakal kasih kamu semuanya!" ucap Salmita sambil membuka bajunya. Kini, gadis itu polos tanpa sehelai benang pun di hadapan Alfarez.
Salmita mendekati Alfarez dan mencium bibirnya dengan brutal. Alfarez, yang masih setengah sadar, tak bisa menolak pemandangan yang terpampang di depannya.
"Kamu yang memulainya, Salmita. Jangan harap setelah ini kamu bisa lepas dariku," ucap Alfarez dengan suara berat.
Alfarez menggendong Salmita dan meletakkannya di atas ranjang. Ia menindih tubuh gadis itu dan mulai membalas ciumannya dengan penuh gairah. Tak peduli dengan bau alkohol yang masih tercium, Salmita malah menikmati pengalaman pertamanya ini. Desahan mulai terdengar dari mulutnya, membuat Alfarez semakin tertantang.
"Deon, jangan tinggalin aku..." ucap Salmita sambil meneteskan air mata.
Alfarez menatap gadis di bawahnya dengan perasaan campur aduk. Namun, hasratnya lebih besar daripada rasa iba. Ini juga pengalaman pertama bagi lelaki berusia 27 tahun itu. Selama ini, ia menahan diri untuk tidak melakukannya sebelum menikah. Namun, kenyataannya, mantan kekasihnya justru berselingkuh dengan lelaki lain di apartemen yang sebenarnya adalah hadiah dari Alfarez.
"Sialan! Semakin aku mengingatnya, semakin aku ingin membalas rasa sakitku kepada wanita murahan itu!" geram Alfarez.
Ia kembali menatap tubuh Salmita. "Fuck!" Dengan gerakan cepat, Alfarez meruntuhkan pertahanan Salmita.
"ARGHH!" teriak Salmita.
Alfarez melihat bercak darah di sprei dan merasa bersalah. "Aku yang pertama untuknya?"
Setelah pergulatan panas itu, Salmita yang kelelahan pun tak sadarkan diri. Alfarez menarik tubuhnya dan mendekapnya erat, lalu mengecup kening gadis itu.
"Maaf," ucapnya penuh penyesalan. "Aku akan bertanggung jawab, Salmita."
Keduanya pun terlelap dalam tidur.
***
Jam dinding menunjuk pukul 7 pagi. Salmita perlahan membuka matanya, merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Ia menatap sekeliling ruangan yang asing baginya.
Salmita membalikkan badan dan terkejut melihat Alfarez tertidur di sampingnya. Ia menyibak selimut dan menyadari tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang pun.
"Fuck! Apa yang lo lakuin sama laki-laki ini, Salmita?" kepalanya berdenyut saat mencoba mengingat kejadian semalam.
Ia menatap Alfarez, lelaki tampan berambut sedikit panjang dengan rambut halus di dagunya. "Shit! Stop mengaguminya, Salmita bodoh!"
Air matanya mulai menetes saat ia menyadari bahwa dirinyalah yang memulai semuanya. "Salmita tolol!"
Dengan sisa tenaga, Salmita cepat-cepat mengenakan pakaiannya, mengambil ponsel dan tasnya. Ia menatap Alfarez yang masih tertidur lelap, lalu menggelengkan kepala.
"Maaf," bisiknya pelan sebelum berjalan keluar dari apartemen mewah itu.
Satu jam kemudian, Alfarez terbangun. Ia terkejut saat tak menemukan Salmita di kamar. "Di mana Salmita?"
Dengan cepat, ia memeriksa kamar mandi, tapi nihil. Salmita sudah pergi. Alfarez memakai pakaiannya, mengambil ponsel, dompet, dan kunci mobil, lalu bergegas keluar. Ia masih berharap bisa menemui Salmita, tapi gadis itu sudah hilang entah ke mana.
Alfarez memasuki mobilnya dengan perasaan frustrasi. "Arghh! Ke mana aku harus mencarimu, Salmita? Bahkan alamat dan nomor ponselmu saja aku tidak punya. Apa nanti malam aku datang lagi ke klub itu? Mungkin saja aku bisa bertemu dengannya kembali," gumamnya sambil memukul stir mobil berulang kali.
"Aku akan mencarimu, dan aku pastikan kita akan bertemu lagi, Salmita," ucapnya dengan tekad bulat.
***
Hai, terima kasih sudah membaca cerita ini.. aku pelan-pelan revisinya yaa, love you
KAMU SEDANG MEMBACA
Faultiness [END]
RomanceKisah tentang Salmita Isvara, Gadis yang berjuang untuk hidup dan matinya. Kepergian kedua orang tuannya membuat Salmita harus bertemu dengan sosok lelaki yang ternyata adalah Dosen muda di kampusnya, Alfarez Davindra. Namun sialnya, Salmita malah t...
![Faultiness [END]](https://img.wattpad.com/cover/370467541-64-k202173.jpg)