Bab IV

42 29 5
                                    

Malam itu Lyra, Sisilia, dan beberapa pasukan Sisilia mendatangi jalan tersebut.

"Seperti yang sudah direncanakan, apakah kamu sudah siap, Lyra?" tanya Sisilia dengan wajah yang serius.

"Tunggu sebentar, apa maksudnya ini, Sisilia? Kenapa aku harus berpakaian seperti wanita?" tanya Lyra dengan kesal.

"Ini strategi, Lyra. Kamu pikir aku tidak kesusahan? Dadaku rasanya sempit sekali memakai baju seperti ini," jawab Sisilia yang menahan sakit.

"Mungkin aku bisa membantu mengecilkan dadamu," kata Lyra mengejek.

Sisilia memukul keras kepala Lyra karena kesal. "Apa katamu?! Ini merupakan aset berhargaku, tahu. Ah, berhenti bicara yang tidak penting, ayo kita segera berjalan," kata Sisilia.

Mereka berdua berjalan menuju jalan tempat Yara bertemu dengan penyihir itu.

Tiba-tiba, suasana menjadi lebih mencekam, mereka pun dihadang oleh seorang yang memakai jubah hitam dan bertudung. Orang itu hanya diam dan memperhatikan.

"Apakah itu penyihirnya? Mengapa rasanya dia tampak payah sekali dengan kostum seperti itu?" tanya Lyra.

"Diam, Lyra. Ketika sudah dekat dengan target, kita langsung menyergap dia, mengerti?" jawab Sisilia sambil menggandeng tangan Lyra.

Mereka berdua berjalan hingga cukup dekat dengan penyihir itu. Tanpa aba-aba, Sisilia langsung menyerang penyihir itu.

"Kena kamu!" teriak Sisilia kepada orang tersebut. Mereka berdua jatuh dan tudung orang tersebut terbuka, semua pasukan Sisilia datang bersama dengan Yara.

"I-Ibu?" kata Yara terkejut.

Semua orang yang ada di lokasi pun terkejut mendengar apa yang Yara katakana.

"Ibu? Dia Ibumu? Jadi, selama ini kamu yang meneror Asteria?" tanya Sisilia dengan marah.

"Tolong maafkan saya, saya tidak bermaksud untuk meneror, saya hanya mengikuti perintah saja. Tolong maafkan saya," kata Ibu Yara sambil menangis.

"Perintah? Siapa yang memberikan perintah?" tanya Lyra.

"Maafkan saya, tapi saya tidak-" tiba-tiba mata wanita tersebut terbelalak, tangannya memegang lehernya. Dia menatap Lyra mencoba meminta tolong, namun dia tidak bisa mengeluarkan suaranya. Darah mengucur dari mulutnya. Dia pun tidak sadarkan diri setelah terdengar suara "Bip" dari lehernya.

Semua terkejut dengan kematian Ibu Yara yang tiba-tiba itu. Dengan sigap Lyra langsung memeluk Yara agar tidak melihat kematian Ibunya yang tragis.

Sisilia mendekati jenazah Ibu Yara. "Kalung apa ini?"

Mata Sisilia terbelalak melihat kalung itu, "Tanda ini!" Sisilia mengambil kalung dengan gambar bintang yang digabungkan dengan bulan sabit berwarna biru.

"Ini adalah tanda kelompok perampok yang sedang dIburu Kerajaan, Desmond. Kenapa wanita ini bisa punya kalung ini?" lanjut Sisilia kebingungan.

"Sisilia, mungkin yang selama ini meneror Asteria adalah kelompok perampok tersebut? Tapi kita harus mencari informasi yang lebih detail lagi," kata Lyra.

Mereka pun pergi dari tempat itu, dan untuk sementara waktu, Yara dititipkan ke panti asuhan.

Siang harinya, Lyra membawa Yara menuju panti asuhan. Yara terlihat sedih dan kecewa. Lyra menggendong Yara di belakang punggungnya.

"Kenapa? Kenapa Ibu tega melakukan ini? Kenapa menelantarkan aku?" Yara pun menangis. Lyra hanya terdiam.

Sesampainya Lyra di panti asuhan, dia bergegas menemui kepala pengasuh di sana.

THE HORRIBLE SMILE (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang