BAB VII

27 19 3
                                    

Pagi itu sangat cerah sekali. Namun, Eluned terlihat kelelahan, terdapat kantung mata yang menghitam di matanya. Eluned berjalan keluar kamarnya sambil menguap.

"Wah, hitamnya. Semalam Kakak El begadang ya? Kok matanya hitam seperti itu?" kata Carina yang kebetulan berpapasan di lorong rumahnya.

"Jangan panggil aku dengan sebutan itu, hanya kak Lyra yang boleh memanggil aku dengan sebutan itu," kata Eluned sambil berjalan cepat.

Carina pun tertawa kecil.

"Memang kenapa kalau aku panggil kakak dengan sebutan kak El? Nama kakak itu terlalu panjang," kata Carina sambil menarik baju Eluned.

Eluned pun hanya terdiam. Eluned melepaskan jemari Carina yang menarik bajunya, dan dia bergegas pergi menuju perpustakaan.

Betapa kagetnya Eluned saat dia memasuki perpustakaan. Buku-buku yang tadinya tertata rapi sekarang berantakan. Kursi, meja, dan rak-rak buku pun berserakan seperti terkena bencana.

"A-apa yang terjadi di sini? Bagaimana bisa terjadi seperti ini? Aku harus menemui Kak Lyra dan memberitahukan-" kata-kata Eluned terhenti ketika dia mendengar suara laki-laki di dalam perpustakaan.

"Ah, bukan, bukan seperti itu ..." saat Lyra sedang sIbuk dengan buku-bukunya, ternyata diam-diam Eluned mengintip di balik rak-rak yang masih berdiri.

"Kak Lyra, sedang apa?" kata Eluned dalam hati.

"El? Itu kamu ya?" kata Lyra sambil meletakkan bukunya. "Ada apa kamu ke sini?" Lyra menatap tajam Eluned.

"A-aku, a-aku ..." dia sangat gugup untuk menjawab pertanyaan kakaknya itu.

"Apa yang kamu pikirkan ketika kamu melihat aku saat ini?" tanya Lyra.

Eluned tidak bisa menjawab pertanyaan itu, dia hanya terdiam dan sedikit takut.

Lyra menghela napasnya. "Maaf El, jika aku bertanya seperti itu. Kamu bisa melanjutkan membacamu, aku akan berlatih berpedang dengan Ayah," kata Lyra sambil keluar dari perpustakaan.

Eluned hanya menganggukkan kepalanya.

Situasi di tempat latihan berpedang tidak seperti biasanya, Lyra menjadi sedikit agresif. Biasanya, dia lebih fokus bertahan, tapi sekarang dia sangat agresif menyerang, sampai-sampai ayahnya harus segera memberhentikan latihan mereka.

"Kamu kenapa, Lyra? Tidak biasanya kamu seperti ini? Apa telah terjadi sesuatu?" tanya ayahnya.

Lyra hanya terdiam dengan wajah yang suram. Tidak seperti biasanya, hari itu Lyra tampak suram, cemas, tergesa-gesa, dan sering marah.

"Aku hanya sedang tidak enak badan saja, Ayah, tidak perlu khawatir," kata Lyra dengan senyum tipis.

Cirion pun diam, dan membiarkan Lyra pergi ke dalam rumah.

Lyra berjalan dengan suasana hati yang sangat buruk, dengan tatapan matanya yang kosong.

Semua itu berawal dari tempat penyimpanan tanaman langkanya. Seperti hari-hari biasanya, di pagi hari, Lyra selalu menyempatkan diri untuk datang ke tempat penyimpanan tanaman langkanya.

Dia akan mengecek tanaman yang sudah layu, menyiram, memberi pupuk, dan lain sebagainya. Sebenarnya, semenjak Lyra membawa lengan Fin ke rumah, dia tidak pernah sekalipun membuka peti tempat dia menyimpan lengan itu.

Menurut dia, tidak sopan jika dia bolak-balik untuk membuka peti hanya untuk meratapi. Namun, hari itu berbeda. Peti tempat dia menyimpan lengan Fin sudah terbuka, dan lengan Fin pun menghilang. Ricky, pelayan pribadi Lyra yang mengetahui itu, pun membicarakannya kepada Cirion.

THE HORRIBLE SMILE (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang