Bab XII

3 3 0
                                    

Beralih ke pulau Nebula. Aliran waktu di sana masih sangat lambat. Di Asteria sudah berganti hari, di pulau tersebut baru memasuki dini hari.

Wanita tua yang mengejutkan Fin itu, duduk di depan Fin dengan raut wajah yang serius.

"Jadi, untuk apa seorang bangsawan mempelajari sihir kuno?" tanya wanita itu kepada Fin.

Fin yang terkejut pun menatap wanita tua itu lama. "A-apa maksudmu, Nek?" katanya dengan terbata-bata.

Wanita itu tertawa. "Aku hanya bercanda. Wajahmu sangat tampan, terlalu tampan untuk ukuran warga biasa. Jadi, apa yang tidak kamu bisa dari mantra kuno ini?" kata wanita tua itu sambil memakai kacamatanya.

"Aku tidak tahu bagaimana cara mengatakannya," setelah Fin mengatakan itu dia melihat ke arah pintu.

"Apakah ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya wanita tua itu.

Fin tersenyum, "Tidak ada."

Dia kembali membuka bukunya lagi, "Sekarang, seharusnya mereka sedang bersenang-senang di Festival," katanya dalam hati.

Fin meletakan bukunya di meja dan melihat ke arah wanita itu. "Dari tadi kamu selalu mengajakku berbicara, tapi kamu belum memperkenalkan dirimu,"

Wanita itu tertawa. "Kamu sangat menarik Tuan. Seharusnya kamu sudah melihat papan nama yang ada di depan pintu? Itu adalah namaku."

"Knihy? Eh, itu namamu?" kata Fin terkejut.

"Sebenarnya nama itu diambil dari mantra kuno. kamu tahu apa artinya?" kata Nenek Knihy sambil menyajikan sedikit kudapan.

Fin berpikir sejenak, "Buku?" katanya.

"Aku terkejut kamu bisa mengetahuinya. Ya, artinya buku. Kamu tahu arti mantra kuno tapi tidak bisa merapalkannya?" katanya sambil berjalan mendekat ke pintu.

"Merapalkan mantra kuno, sebenarnya cukup sederhana. Mantra kuno itu seperti ungkapan, hasrat, dan juga keinginan kuat yang ada di dalam hati. Rasakan keinginan itu, secara perlahan alirkan energi sihirmu ke seluruh tubuhmu dan katakan mantranya," kata Nenek Knihy mengarahkan Fin.

Fin menutup matanya, meregangkan kedua tangannya.

"Animam Istam. Fac Animam Illam Veram. Redeo Ad Normalem."

Tubuh Fin tiba-tiba bercahaya. Dan dia terkejut mendengar suara decitan tikus yang ada di depannya. Ternyata Nenek Knihy meletakkan tikus mati di depan Fin

"Kenapa ada tikus di sini?!" kata Fin terkejut.

"Kamu berhasil Tuan! Tikus ini sengaja aku letakkan di sini. Tadinya tikus ini mati, dan karena mantramu dia bisa hidup kembali. kamu berhasil mengembalikan ruhnya." kata Nenek Knihy

Fin sedikit senang. Namun, seketika wajahnya berubah. Ada sedikit perasaan ragu dalam hatinya.

"Benarkah? Tapi, apakah bisa?"

"Apakah bukan seperti ini yang Anda harapkan?" kata Nenek Knihy

"Apakah benar bisa seperti ini? Ruh dia ditahan oleh penyihir. Apakah dengan mantra ini aku bisa mengembalikannya?" kata Fin dengan raut wajah yang sedih.

Saat Nenek Knihy hendak memberitahukan sesuatu, mereka dikejutkan dengan suara laki-laki yang memanggil nama Fin. Dia adalah Clyden.

"Tuan! Tuan Fin! Di mana Anda?!" teriak Clyden.

Nenek Knihy memberikan secarik kertas. "Aku tidak bisa membantu banyak, ambil ini. Setelah kamu keluar dari tempat ini, kamu tidak akan menemukannya lagi. Jadi, kamu harus bisa menguasai mantra ini."

THE HORRIBLE SMILE (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang