🚩pRoLoG🚩

61 7 6
                                    

Letusan senapan membahana membelah malam. Amir tergopoh berlari menyusuri lorong-lorong kota yang remang-remang, terengah dengan bulir peluh membasahi dahi. Di belakangnya, derap langkah kaki algojo pemerintah mengejar tanpa ampun bagaikan pemburu mengoyak mangsanya.

Ketidakadilan merajalela seperti wabah penyakit yang menggerogoti seluruh sendi kehidupan. Amir, yang semula tak lebih dari pemuda sederhana, telah menyaksikan langsung bagaimana rakyat tersisa diinjak-injak oleh sistem kekuasaan yang buta akan keadilan. Kejahatan dan korupsi telah mengakar dalam seperti benalu yang menggerogoti batang pohon kehidupan.

Ketika menyaksikan pembunuhan sadis seorang pedagang kaki lima, sumbu amarah Amir pun menyala. Ia membakar tekad untuk melakukan apapun demi menggulingkan rezim penguasa busuk yang memeras habis kekayaan negeri serta merenggut nyawa orang-orang tak berdosa.

Bersama segelintir rekan seperjuangan, Amir membentuk sel perlawanan rahasia yang bertekad untuk mengakhiri penindasan sekali dan untuk selama-lamanya. Namun jalan perlawanan tidaklah mulus. Pengkhianatan merongrong dari dalam, sementara para algojo tak kenal ampun terus mengejar untuk mencicipi darah pemberontak.

Kini, dengan pendamping terakhirnya yang terluka parah, Amir terpaksa bersembunyi dalam bayangan kegelapan malam. Terengah dengan luka menganga di tubuh, ia berkubang dalam dilema. Apakah seluruh perjuangan ini akan berakhir sia-sia? Atau ada harapan lain untuk melanjutkan perlawanan menuju cahaya keadilan?

Derap langkah kaki musuh semakin mendekat. Amir menajamkan pandangan dalam gelap, mencengkeram erat senjatanya. Perebutan kemenangan antara kebenaran dan kegelapan penindasan kembali harus diselesaikan, bahkan jika nyawa menjadi taruhannya. Perjuangan penebus keadilan belum berakhir sampai di sini.

Penebus KeadilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang