Ahad.
Pukul 04.25, aku berjalan keluar rumah diam diam sembari membawa koper milikku untuk kabur dari rumah. Aku sudah memantapkan niat untuk kabur dan memilih jalanku sendiri.Aku berhasil keluar rumah tanpa ketahuan kedua orang tuaku. Jalanan yang masih sepi dan dingin pagi itu membuat tubuh ku sedikit menggigil.
Karena jarak bandara dan rumah ku cukup dekat, aku memutuskan untuk pergi berjalan kaki agar lebih aman. Agar sampai lebih cepat, aku mengambil jalan pintas melewati bukit belakang rumahku yang jaraknya sangat dekat dari rumah.
Ku lihat kanan kiri ku, gelap gulita. Namun karena aku sudah membulatkan tekad, aku terus berjalan menembus gelapnya bukit itu.
Pukul 05.00 matahari mulai memancarkan sinarnya kearah ku. Tiba tiba aku merasa gusar, apakah aku akan meninggalkan orang tuaku seperti ini? sedangkan hanya aku yang mereka miliki.
Aku terdiam, kaki ku lemas tak kuasa untuk terus berjalan ke depan. Aku terduduk dan menangis di bukit itu. Angin berhembus lebih kencang dan membuatku semakin merasa kedinginan.
Air mata yang mulai jatuh membuatku semakin tak berdaya. "Apa aku akan meninggalkan mereka begitu saja? apa hati mereka tak akan terluka karena aku?" gumamku sembari menangis.
Tiba tiba datang seorang lelaki tinggi berjas hitam muncul di belakangku. Dia melihat ku menangis, sendirian dan kesepian. Maka dari itu mungkin ia menghampiriku yang malang.
"Apa anda baik baik saja?" suara berat sekaligus seraknya keluar begitu saja dari bibir lelaki itu. Ia menyentuh pundakku lembut lalu ikut duduk di sampingku.
"A-aku gak apa apa" jawabku dengan sedikit gemetar karena takut. Dan aku segera menghapus air mataku. Ia memandangi ku yang menggigil karena kedinginan, lalu tiba tiba melepas jas nya dan memberikannya padaku.
"Pakai ini, anda kedinginan kan?" suara nya yang indah dan tatapannya yang tenang membuat jantungku berdebar. Aku mengangguk lirih dan memalingkan pandanganku dari lelaki tersebut.
"K-kamu orang sini juga?" tanyaku padanya.
Dia mengangguk, lalu tiba tiba terdiam dalam waktu lama seperti sedang memikirkan sesuatu."Kebetulan, saya tinggal di blok C" sahutnya.
Aku terkejut, karena aku merasa kalau aku telah mengenal semua orang di blok perumahan itu.
"Aku di blok B, kok aku gak pernah tau kamu sih?" tanya ku dengan rasa penasaran. Dia memalingkan wajahnya dariku. Lalu tiba tiba ia memandang ke arah langit pagi itu.
"Saya anak rantauan Jakarta, saya baru 2 tahun di sana dan ini kali pertama saya balik ke Surabaya" balasnya. Aku mengangguk paham.
"Jadi kalo boleh tau, kenapa baru balik?" tanyaku.
Ia nampak berfikir keras, lalu pada akhirnya ia menghela napas dan kembali menatapku. Jantungku entah kenapa tak bisa dikondisikan.
"Papa saya jodohin saya sama anak temennya" balasnya dengan nada yang kesal. Raut wajah nya berubah drastis saat membahasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEWANGGA
Romance#Singkat ini pertemuan ku dengan lelaki yang tiba tiba hadir dihidupku dan kini menjadi semestaku. •Jika kamu pantai, maka aku adalah gelombang laut. •Jika kamu bulan, maka aku adalah bintangnya. •Jika kamu petir, maka aku adalah kilatnya. Begit...