(07) Perubahan Sikap Mas

37 30 2
                                    

Pukul 22

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul 22.25, hujan deras melanda Jakarta malam itu. Dan yang membuatku sangat khawatir ialah, mas Dewa belum pulang?! selarut ini, cuma gara gara martabak.

Aku mencoba menelpon mas berulang kali, namun nihil tak ada jawaban dari mas. Yang bisa ku lakukan hanyalah berdoa untuk keselamatan mas di jalan. Entah kenapa hatiku merasa seperti diiris iris pisau, karena sangat risau. Aku menangis karena tiba tiba saja merasa sangat bersalah dan merindukan mas Dewa.

Namun tak berselang lama, suara mobil terparkir di depan rumah ditengah badai itu. Suara langkah kaki mendekat lalu membuka kunci rumah.

Ceklek

Sttt

Aku berlari memeluk sosok dibalik payung yang tak lain adalah mas Dewa. Aku memeluknya dengan sangat erat tak akan ku lepaskan walau aku jadi ikut basah kuyup.

"Kamu kenapa? masih marah sama mas?"

Aku menggeleng lalu kembali memeluknya erat. Mas segera membalas pelukanku. Walau tubuhnya penuh air tapi saat ia memelukku rasanya sangat hangat.

"Mas basah kuyup, biar mas ganti baju dulu baru kita bicara. Kamu tunggu di depan tv aja ya?" lirih mas dengan nada yang sangat lembut. Aku mengangguk lirih lalu melepaskan pelukan ku dan membiarkan mas pergi berganti baju.

Mas meletakkan martabak di meja sebelahku. Aku memang lapar, tapi aku menahan diri untuk memakannya. Karena aku masih merasa gak enak sama mas. Cuma gara gara aku, dia rela hujan hujanan beli martabak.

Tak berselang lama, mas selesai berganti baju, lalu ia duduk di sofa tepat di sampingku. Aku menunduk malu tak berani menatap mukanya.

"Amel, mas mau bicara tolong hadap ke sini." ucap mas sembari memegang daguku dan memutarnya tepat di hadapan wajahnya.

"M-maaf ya mas, gara gara aku mas jadi hujan hujanan cuma beli martabak"

"Bagi mas, kamu itu tanggung jawab nya mas. Sebagai suami kamu, ini kewajiban mas untuk menjaga dan tidak membuat mu menangis. Mas benar benar minta maaf karena membuatmu menangis, Amel."

"Maaf, aku cemburu walau udah tahu kontrak."

Kalimat itu tak sengaja keluar dari mulutku, ups. Reflek aku menutup mulutku sendiri dan wajahku memerah karena itu.

"Kamu cemburu sama mas?"

Aku menggeleng. "Lupakan saja."

Mas menyentuh pundakku dengan kedua tangannya dengan lembut lalu menarik ku dalam pelukannya.

"Mas ingin tahu sesuatu, boleh mas bertanya?"

"Iya mas?"

"Kamu keberatan kalau mas hapus kontraknya?"

"H-hah?"

Mas mencium pipiku lalu mengelus kepalaku dengan lembut.

"Aku sayang kamu, Amelia."

DEWANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang