(03) Welcome to Jakarta

33 30 5
                                    

Pernikahan kami berjalan lancar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pernikahan kami berjalan lancar. Tak ku sangka, aku kini benar benar telah menikah dengan mas Dewa. Ia berkata akan mencoba untuk mencintaiku, begitu pula juga denganku.

Hari ini, kami berdua berada di bandara untuk bersiap pergi ke Jakarta lebih cepat. Kedua orang tua ku dan kedua orang tua mas Dewa mengantar kami dengan tatapan lega.

"Jaga diri kalian ya nak, tolong jaga satu sama lain" lirih mama sembari memelukku erat. Papa mengecup keningku lalu mengelus pundak ku.

"Jaga anak saya Dewa, saya percaya kan dia padamu." tegas papa.

Mas Dewa menyalami papa lalu mengangguk paham. Lalu ia berkata kepada papa,

"Iya pah, Amel istri saya dan dia memang tanggung jawab saya."

Kalimat yang keluar dari mulut mas Dewa selalu berhasil membuat jantung ku berdisko tak karuan. Apa sebenarnya mas Dewa pakai pelet ya? kok bisa semua orang sangat menyukainya.

"Amel sayang, walau nanti sibuk sama kerjaan, tapi jangan sampai lupa sama suami sendiri ya nak" pesan mama mertua kepadaku.

"Iya mama"

Kami berdua memasuki pesawat dan duduk di kursi vip pesanan mas. Perjalanan dari Surabaya ke Jakarta membutuhkan waktu 1 jam 40 menit.

Sepanjang perjalanan aku hanya terdiam di samping nya. Karena aku tak berani membuka pembicaraan apa pun dengan lelaki dingin di sampingku ini.

Krug.. krug..

Tiba tiba saja perut ku berbunyi sangat keras. Aku reflek berpura pura menguap saat itu juga. Mas Dewa dengan wajah datarnya beralih menatapku.

"Lapar?"

Aku mencoba berpura pura tidak dengar dengan apa yang baru saja ia katakan. Tapi tiba tiba mas Dewa mendekat lalu mengelus pipiku dengan lembut.

"Saya tidak suka jika kamu berpura pura tidak menghiraukan seperti ini."

Ucapnya dengan wajah yang datar dan tak bisa ku tebak emosinya. Aku reflek menatapnya lalu menepis tangan nya dari wajahku.

"Jangan sentuh!" bentak ku kesal.

Mas Dewa langsung menarik tangannya dengan raut wajah yang terlihat tidak menyenangkan. Apa bentak kan ku tadi terlalu kasar ya? apa dia marah padaku? aku jadi merasa bersalah.

"Maaf mas, bukan gitu-"

"Gak apa, kamu gak salah. Lapar atau tidak? jika lapar biar saya pesankan pramugari."

Aku mengangguk lemas karena merasa bersalah padanya. Maafin aku ya mas.

Sesampai nya di Jakarta, di bandara aku sudah di sambut oleh Diana sahabatku. Aku berlari kearahnya dan segera memeluknya dengan erat.

"Kangeeeeen banget gue Na!"

"Lo kira lo doang apa? gue juga kangen banget sama lo Amel! congratulation for your wedding, maaf ya gue gak bisa dateng, mana suami lo? kenalin, ini suami gue Zen namanya CEO Tunas Raya."

DEWANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang