(04) Kerjaan

34 31 4
                                    

Pukul 06

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul 06.45, dikala matahari masih sedikit tertutup oleh awan membuat ku merasa masih sangat pagi untuk bangun dan memulai hari.

Sedikit demi sedikit aku membuka kedua mataku, dan mencium aroma sedap yang berasal dari dapur mas Dewa pagi itu. Dengan mengumpulkan sisa sisa nyawaku, aku berjalan keluar kamar dan menuju ke dapur sendirian.

"M-mas, udah bangun?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"M-mas, udah bangun?"

Mas Dewa melirik sekilas ke arahku, lalu mengangguk dengan ekspresi datarnya.

"Ada yang bisa aku bantu mas?"

Mas Dewa menggeleng lalu meletakkan piring di atas meja makan lalu mengandeng tanganku kesana. Mas Dewa menarik kursi lalu mempersilahkan ku untuk duduk di sampingnya.

"Makan yang banyak, saya tidak ingin istri saya sakit di hari pertama nya bekerja." ucapnya.

Kalimat itu membuatku salah tingkah lalu tersedak makanan yang sedang ku makan. Dengan wajah sedikit panik, mas langsung menepuk punggung ku lalu memberiku minum.

"Makan pelan pelan, Amelia."

Aku mengangguk lalu segera menyelesaikan makananku. Mas Dewa selesai makan lebih dahulu ketimbang diriku. Dia langsung bergegas mandi dan mengenakan jas hitamnya yang membuatnya nampak makin berkharisma.

"Saya berangkat dulu, tolong jangan sampai satu orang pun tahu soal pernikahan kita, Amel."

Aku terdiam sejenak lalu berinisiatif untuk mempertanyakan alasannya.

"Kenapa kamu tidak mau semua orang tahu? kamu takut ketahuan pacarmu kalau kamu menikahi ku?" ucapku dengan nada sedikit kesal.

Mas menghela napas lalu datang ke padaku dengan raut wajah datarnya yang lagi lagi itu membuatku semakin kesal.

"Kamu cemburu?"

"Apaan sih, nggak ya!"

Mas tiba tiba mengelus kepala ku dengan lembut lalu menyodorkan tangannya untuk ku salami.

"Saya tidak punya pacar Amel, saya hanya tidak mau kalau kamu menjadi pembicaraan satu kantor hanya karena menjadi istriku" jelas nya dengan nada yang sangat lembut kali ini. Jantungku berdegup sangat kencang diiringi wajahku yang kembali memerah.

DEWANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang