Start, 10 Juni 2024.
HAPPY READING.
Kalau orang-orang bilang "Jika tidak bisa tinggalin orangnya, maka tinggal kan kotanya". Kalimat itu berhasil telah di lakukan oleh Sajiwa Himari, anak laki-laki yang tahun ini akan menginjakkan umur 18 Tahun, berperawakan tinggi, parasnya tak usah di ragukan. Dia terlahir dengan wajah khas mas-mas Jawa, tetapi dengan bentuk yang sempurna dan semua orang pasti akan menyukai parasnya.
Anak laki-laki itu lahir di tanah Jawa, tepatnya kota Jogja. Teman-temannya akrab memanggilnya dengan Hima, ia cukup memiliki pertemanan yang luas di Jogja. Bahkan pedagang kaki lima pun, banyak mengenal dirinya.
Hima sangat mencintai kota Jogja, dia merasakan setiap sudut kota Jogja itu romantis. Lahir sebagai warga Jogja, ia sangat mensyukuri takdirnya.
Hingga satu hal yang terjadi ketika ia masih menginjak umur 17 tahun, di mana ia jatuh cinta dengan seorang perempuan yang ia tak bisa miliki. Sampai pada saat ia menemukan satu fakta mengenai gadis itu, gadisnya menyukai temannya sendiri. Bahkan ia baru tahu setelah hari kelulusan, dimana ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri. Temannya menembak gadisnya.
Hal itu membuat dirinya meninggal kan Jogja ke Jakarta, kabur. Seluruh keluarganya tidak tahu ia kemana, teman-temannya pun tidak ada yang tahu.
Dan kejadian itu sudah lewat 3 bulan, ia sudah 3 bulan menjadi laki-laki pencundang dan pengecut yang berada di ibu kota yang penuh dengan gedung-gedung besar. Kakinya melangkah menuju apartemen milik teman virtualnya. betul ia ke Jakarta sudah direncana kan matang-matang. Bahkan meminta persetujuan temannya yang memang tinggal di ibu kota itu menampungnya untuk jangka waktu yang ia tak tentukan.
Jemarinya memencet tombol-tombol untuk membuka akses pintu kamar apartemen tersebut, setelah terbuka. Di dalam sana ternyata sedang ada dua orang selain temannya, Hima tersenyum kikuk.
"Halo," sapa Hima lalu duduk di sofa memerhatikan kedua orang tersebut yang sibuk bermain play stations.
"Halo, Hima!" Balas anak laki-laki berhoodie abu-abu menoleh sekilas ke arahnya lalu kembali menatap layar televisi tersebut.
"Ghafri mana ya?" tanya Hima dengan netra yang mengitari se isi apartemen itu. "Oit, kenapa Him?" Nah yang dicari ternyata habis dari kamar, ia menghampiri Hima dan kedua temannya.
"Gue kayaknya mau balik ke Jogja aja, Ghaf." laki-laki dengan rambut model mullet itu menatap tak percaya kepada Hima. "Yakin lu udah mau pulang? kenapa gak tinggal aja dah disini?" tanya Ghafri.
Hima menganggukkan kepalanya, ia sudah bertekad untuk pulang. "Yakin Ghaf, lagian lu udah mau masuk kuliah. Gak enak kalau ngerepotin lu terus," ucapnya lalu beranjak dari duduknya.
"Yaelah lu kayak sama siapa aja Him." Hima hanya terkekeh lalu menuju kamar tamu yang telah menjadi kamarnya selama 3 bulan berada di Jakarta.
Daritadi selama ia berkeliling di sekitar daerah apartemen, Hima telah meyakinkan dirinya untuk pulang ke Jogja, bahkan ia langsung membeli tiket kereta menuju Jogja untuk besok pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh suka
Teen FictionMasa pahit terakhir di rasakan oleh Hima ketika ia baru saja lulus sekolah hingga memutuskan untuk kabur, meninggalkan kota kelahirannya di Jogja untuk sementara. Beberapa bulan setelahnya, ia kembali pulang ke kota tersebut. Diperjalanan pulangnya...