OO3

15 5 0
                                    

"Merasakan Jogja untuk pertama kali adalah seperti membaca puisi indah yang tak pernah ingin kau akhiri."

Gadis dengan rambut yang terikat rapi itu berkeliling sekitaran tempat- tempat yang berada di Jogja, kota yang baru 2 minggu lalu ia kunjungin untuk menjadi tempat tinggal baru nya bersama mamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis dengan rambut yang terikat rapi itu berkeliling sekitaran tempat- tempat yang berada di Jogja, kota yang baru 2 minggu lalu ia kunjungin untuk menjadi tempat tinggal baru nya bersama mamanya. Ngomong- ngomong soal mamanya, Ghaina masih berada di Jakarta, belum menyusul ke Jogja. Entah lah, Nayesha juga tidak tahu, urusan apa yang Ghaina urus di Jakarta selain perceraian itu.

Nayesha berkeliling kesana kemarin, tak tearah. Beberapa orang menatap nya, ada yang tersenyum dan ada juga yang menatapnya tak suka. Ia tak ambil pusing, karena di Jakarta ia sudah sering mengalami hal seperti itu. Nay melihat jam yang bertengger di tangannya, sudah jam setengah 12. Ia harus kembali, sepupu dan nenek nya pasti khawatir mencarinya.

Untung ia punya ingatan yang baik, jadi ia tahu jalan menuju pulang sama seperti jalan yang ia lalui daritadi. Ketika di dalam perjalan kembali ke rumah, netra cokelat milik Nayesha menangkap seorang gadis duduk sendiri di pinggir jalan, menunduk dan bahunya sedikit bergetar.

Ia berlari menghampiri gadis tersebut, ketika sampai disana. Benar saja soal dugaannya, suara isak tangis itu terdengar jelas dan itu berasal dari gadis yang ia hampiri. Nayesha ikut duduk di samping gadis itu, ia menatap ragu gadis itu.

"Mbak, kamu kenapa?" tanya Nayesha pelan sambil mengigit bibirnya, sedikit ada perasaan takut ternyata orang yang ia tanya adalah bukan manusia.

Tak ada jawaban. Sang empu masih tetap menangis dengan posisi yang sama, menunduk ke bawah. Nayesha meringis pelan, ia sedikit bingung apa yang harus dilakukan. Haruskah kembali pulang? atau menunggu gadis itu berhenti menangis? ia benar-benar dilanda kebingungan.

Sedikit lama berpikir, Nayesha memilih untuk tetap berada di samping gadis itu sampai gadis itu benar-benar tenang dan bercerita kepada Nayesha. Di lihat penampilan gadis itu lumayan meyakinkan kalau dia adalah manusia dan tidak berniat jahat kepadanya, tapi Nayesha bertanya-tanya di kepalanya. Ada apa dengan gadis itu sampai berada di pinggir jalan seperti ini dengan isak tangis yang sakit sekali di dengar.

Suara isak tangis itu perlahan mengecil, tampak gadis itu mulai lelah mengeluarkan air mata. Dengan sedikit keraguan, Nayesha mengusap punggung gadis tersebut. "Mbak, kenapa? ngomong aja mbak, siapa tahu saya bisa bantu" ucapnya.

Gadis itu mengangkat kepalanya, matanya bengkak dan beberapa air mata masih terlihat ingin keluar dari bola mata tersebut. Kacau sekali wajah cantik itu.

"Kamu siapa?" tanya gadis tersebut dengan suara paraunya. "Saya Nayesha, tenang aja mbak. Aku bukan orang jahat kok." jawab Nayesha sambil tersenyum.

Terlihat mata gadis itu menyipit, ia terkekeh mendengar jawaban Nayesha. "Aku tau kamu orang baik kok." ia menatap dengan lamat paras milik Nayesha. "Kamu bukan asli sini kan?" lanjutnya yang dibalas angguk kan oleh Nayesha.

Jatuh sukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang