Enjoy your reading, happy reading all.
—————
Lio dan Nayesha berada di malioboro, kota Yogyakarta. Kakak-beradik itu berkeliling tak menentu arah. Manik matanya berkeliaran di sekitarnya yang penuh dengan orang-orang berlalu lalang, berjalan sekitar jalan sama seperti mereka.
Suasana sore ini cukup dingin, langit yang sedari siang sangat terik oleh panasnya matahari, kini awan-awan berkumpul menutup matahari. Seakan menyembunyikan bola cahaya langit itu.
"Bang, gue mau tanya sesuatu deh." ucap Nayesha ketika keduanya memutuskan untuk duduk di bangku.
Pria berusia 21 tahun itu berdehem, matanya sibuk mencari cemilan yang cocok untuk mengisi perutnya. Nayesha yang merasa abangnya tak merespon dengan baik, gadis itu segera menolehkan pandangannya.
Ia mendengus sebal. "Bang!" Seru Nayesha membuat Lio menatapnya. "Lo perhatiin apa sih? gue mau nanya sesuatu ih."
"Nanti dulu." Lio beranjak dari duduknya, "Lo mau makan apa? Sempol atau apa? Cepat." selorohnya sambil melihat pedagang kaki lima yang berada di sekitaran mereka.
"Apa aja, gue ngikut." jawab Nayesha.
Lio berdecak kesal lalu pergi meninggalkan adiknya itu menuju ke salah satu pedagang kaki lima yang kelihatan menarik untuk ia beli. Nayesha mendengus geli, manik mata nya tak berahli sedikit pun dari tubuh abangnya itu.
Perlahan senyum tipis terbit di wajah gadis itu, ia sedikit bersyukur karena abangnya mengajaknya keluar. Hanya mereka berdua. Nayesha merasakan hatinya hangat, hal ini tak pernah ia bayangkan dan harapkan sedari kecil. Gadis itu hanya mengetahui, ia punya saudara. Tapi, tak pernah merasakan keberadaan saudaranya.
Pria itu membawa dua bungkus berisi batagor, langkahnya menghampiri adiknya yang tampak melihat dirinya. "Nih, batagor buat lo." ucapnya sambil memberikan satu bungkus batagor tersebut.
"Wow, thanks bang." Nayesha menerimanya dengan senang hati.
Keduanya terdiam, menikmati batagor masing-masing. Sejujurnya Nayesha ingin bertanya soal kebingungannya selama ini, tetapi ia menjadi ragu dan takut. Takut merusak suasana abangnya yang entah kerasukan apa, tiba-tiba berbaik hati seperti ini.
Pria berambut under cut itu beranjak dari duduknya, tanpa mengucapkan apapun pada adiknya. Ia melangkah menuju ke pedagang kaki lima lagi, membeli air botol untuk adiknya. Tidak perlu waktu yang lama, ia kembali duduk di samping adiknya.
"Itu air lo, minum kalau mau." pinta Lio yang telah meneguk air botol miliknya.
Nayesha melirik sekilas lalu menganggukkan kepalanya. Lio yang melihat respon sang adik, pria itu mengeryitkan dahinya.
"Lo kenapa?" tanya Lio menatap adik nya itu yang membisu dengan pandangan lurus ke depan.
Nayesha berdehem, ia mengambil botol air itu lalu meneguknya. "Kenapa apanya?" Bukannya menjawab, gadis itu bertanya balik.
"Lo diam kenapa bolot?" Lio mengulang pertanyaannya lagi, pandangannya tak berahli.
Gadis itu menghela nafasnya pelan, "Seharusnya gue yang nanya gak sih, bang. Lo yang kenapa? Tiba-tiba ada disini, ikut tinggal bareng mama. Bukannya dari gue lahir lo gak pernah mau tinggal bareng mama ya?" Nayesha membalas tatapan abangnya itu.
"Lo kenapa harus nanya gue, Nay?"
"Terus gue harus nanya siapa?"
Lio memejamkan matanya sebentar, ia mengalihkan pandangannya. "Kenapa gak nanya mama? mama tau segalanya, gue juga gatau apa-apa. Gue dari lo lahir di paksa buat ikut papa, kalau gue ketemu lo gue dilarang buat nyapa atau senyum sedikit ke lo. Mama dan papa yang larang, sampai akhirnya mereka pisah, mama yang ajak gue buat ikut sama dia." jelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh suka
Teen FictionMasa pahit terakhir di rasakan oleh Hima ketika ia baru saja lulus sekolah hingga memutuskan untuk kabur, meninggalkan kota kelahirannya di Jogja untuk sementara. Beberapa bulan setelahnya, ia kembali pulang ke kota tersebut. Diperjalanan pulangnya...