Hari pertama di bulan Agustus, tepat sudah sebulan Nayesha berada di kota yang kerap kali disebut dengan kota pelajar ini, Jogja. Manik mata hazel itu menatap kesana kemari, mencari seseorang yang ia rindukan keberadaannya selama sebulan.
"Mbak Nay!" Kepala Nayesha berbalik mengikuti asal seruan itu dimana terdengar.
Wanita paruh baya dengan dua koper besar ia bawa itu melambaikan tangan ke arah Nayesha. Gadis itu seketika berlari-lari menghampiri mamanya, sangat rindu kepada wanita tersebut.
"Mama...kangen bangett." Nayesha memeluk dengan erat tubuh Bu Ghai, melepaskan kerinduannya. "Kenapa lama banget sih ma? Aku kangen banget jujur, gak sanggup di rumah mbah Yayang sebulan tanpa mama."
Ghaina terkekeh gemas mendengar aduan anak bungsunya itu di dalam pelukannya, ia mengelus punggung putrinya dengan lembut lalu melepaskan pelukan tersebut.
"Baru sebulan, bukan setahun. Udah kangen aja lu sama mama, dasar anak mama."
Ledekan yang terdengar dari arah belakang mamanya itu membuat Nayesha segera menoleh, seorang anak laki-laki yang tingginya sekitar 170cm itu menatapnya dengan menyebalkan.
"Abang! Kok kamu disini?!" Sungut Nayesha tak terima dengan kedatangan abangnya.
Bukan. Bukan bermaksud Nayesha tak menyukai keberadaan abangnya. Tetapi, ia tak paham mengapa abang nya ini ke Jogja? bukannya anak laki-laki itu lebih memilih tinggal bersama papanya di Jakarta, karena ia tidak ingin susah berada di Jogja, katanya.
"Suka-suka gue lah cil. Kenapa? gak senang kau?" Nayesha menonjok perut abangnya dengan kesal yang hanya membuat anak laki-laki itu tertawa remeh.
"Eh– udah dong sayang. Mbak udah udah, kamu jangan pukulin abang." lerai Ghaina menahan anak perempuannya untuk berhenti memukul. "Mending bantuin mama bawa satu koper ini, barang-barang kamu juga ini."
Nayesha mendengus kasar lalu mengambil koper yang berada di tangan kiri mamanya. "Awas lu bang!" omel nya tanpa suara.
Kedatangan abangnya benar-benar di luar dugaannya, ia pikir akan lepas dari kesengsaraan ketika mamanya telah sampai di Jogja. Ternyata kedatangan mamanya itu, bersama bang Khael itu justru menambah kesengsaraannya.
Nawelio Argankava, anak pertama dari Ghaina dan Khaivan yang super duper menyebalkan, ngeselin, bahkan kalau ada juara lomba paling mirip setan, Nayesha yakin. Abangnya itu juara satu. Setan pun minder sebenarnya.
Dari kecil, dari awal Nayesha lahir, bang Lio sangat tidak menyukai kehadirannya di dalam keluarga itu. Entah lah ia juga tidak mengetahui alasan abangnya membenci dirinya, tidak ingin mengetahuinya lebih tepat.
Toh, selama ini Nayesha juga menganggap dirinya sebagai anak mamanya satu-satunya. Ia berperilaku seperti itu pun, karena masa kecilnya benar-benar hanya di temani oleh sang mama.
Lio? Papanya? Gak ada. Keduanya memutuskan pergi dari rumah kala itu. Nayesha sebenarnya tidak tahu mengapa papa dan abangnya sebenci itu dengan dirinya hingga memutus kan untuk pisah rumah dengannya dan mamanya. Ia selalu ingin tahu, tetapi tidak pernah menemukan jawabannya.
Sempat berpikir ia adalah hasil anak dari selingkuhan mamanya? tapi jelas itu tak mungkin. Karena, bukti selama ia hidup bersama mamanya di Jakarta, tak ada satupun laki-laki yang bisa ia sebut sebagai selingkuhan mamanya.
Entah lah, ia benar-benar bingung dengan apa yang terjadi sebenarnya.
"Mbak Nay, mbak Laras masih ada di rumah mbah Yayang yah?" pertanyaan yang tiba-tiba itu membuat Nayesha tersadar dari lamunannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh suka
Teen FictionMasa pahit terakhir di rasakan oleh Hima ketika ia baru saja lulus sekolah hingga memutuskan untuk kabur, meninggalkan kota kelahirannya di Jogja untuk sementara. Beberapa bulan setelahnya, ia kembali pulang ke kota tersebut. Diperjalanan pulangnya...