45

648 130 44
                                    

INVISIBLE STRING

HunKai Fanfiction

Sehun and Jongin

Angst, Romance, and Drama

Warning : BL, Typo, Tema pasaran, Mpreg.

Halo am bek, awas kesandung typo. Jangan lupa tinggalkan Vote dan Komen sebanyak-banyaknya. Selamat membaca, semoga terhibur, dan sampai jumpa segera.

Previous

"Baiklah, ayo makan lagi aku yakin kau masih lapar karena aku masih lapar. Tadi, aku belum sempat makan banyak."

"Aku tidak bisa melihat dan mendengar apa-apa dari sini." Ucap Jongin kemudian tertawa pelan dan berjalan mengikuti Sehun pergi ke ruang makan.

"Tapi kau tadi sangat keren Jongin, aku tidak menyangka kau bisa mengeluarkan semua amarahmu."

"Aku sudah menahannya sangat lama."

"Semoga bayi kita tidak suka berteriak-teriak seperti tadi."

"Aman, dia belum bisa mendengar." Balas Jongin kemudian tersenyum.

"Tapi, aku mencemaskan ledakan amarahmu tadi. Setelah sampai di Seoul kita harus segera pergi menemui Dokter Kandunganmu."

"Iya, iya, terserahlah." Balas Jongin pelan, toh percuma melawan keinginan Sehun.

EMPAT PULUH LIMA

"Nenek Daisy pasti sangat sedih kehilangan sahabat baiknya." Ucap Jongin kepada Sehun dalam perjalanan pulang menuju Bandara.

Bahkan setelah keributan semalam Nenek Daisy masih pergi lagi ke rumah mendiang Nenek Gloria untuk sedikit membantu kesibukan di rumah itu. Tentunya setelah mengantar Sehun dan Jongin pulang, masuk ke dalam mobil dari luar pagar rumah.

"Sedih, tapi kau mendengar sendiri ucapan Nenek semalam, bahwa di usianya dia akan lebih banyak menghadiri pemakaman teman-temannya dibandingkan pernikahan teman-temannya. Itu hal yang alami dalam siklus kehidupan manusia."

"Nenek Daisy benar-benar bijaksana."

Sehun tertawa pelan. "Karena keadaan." Balas Sehun. "Maksudku saat manusia muda, maksudku dalam usia-usia seperti kita sekarang, kita ingin melakukan banyak hal, mendapatkan banyak hal, mewujudkan banyak hal, tapi seiring berjalannya waktu akhirnya kita sadar bahwa apa yang kita miliki di dunia ini terbatas, tidak semua hal bisa kita dapatkan, dan kita wujudkan, dan pada akhirnya setelah berjuang keras kita harus menerima dengan lapang dada apa yang menjadi milik kita, dan apa yang tidak akan pernah menjadi milik kita. Aku tidak mencoba bijaksana, aku hanya menulangi apa yang Nenek katakan. Karena toh aku juga masih muda, masih punya banyak ambisi yang terkadang egois." Ucap Sehun kemudian tertawa pelan.

"Iya. Aku mengerti." Balas Jongin pelan kemudian memperhatian lagi jalanan yang mereka lalui menuju Bandara. "Tempat ini memiliki banyak kenangan. Kenangan buruk dan kenangan baik. Aku sudah menerima semuanya, aku mencoba berdamai dengan masa laluku. Meskipun terkadang aku juga masih berpikir sangat egois, seperti seandainya ayahku dan kakekku bisa menjadi orang yang lebih baik lagi, mungkin aku memiliki keluarga yang bahagia dan utuh. Ayah dan Ibu yang penyayang, serta Kakek dan Nenek yang selalu membelaku."

"Ow, aku juga sering berpikir seperti itu. Seandainya ayahku dan adikku masih hidup, aku pasti tidak merasa kewalahan menghadapi situasi perusahaan hanya bersama dengan ibuku. Atau hal sederhana lain seperti kami pasti memiliki banyak foto keluarga bersama. Dan pastinya aku tidak selalu terbakar emosi mengusir semua orang yang mencoba mendapatkan hati ibuku." Ucap Sehun disertai keluhan di akhir kalimat.

Jongin tertawa pelan mendengar ucapan Sehun kemudian meraih dan menggenggam tangan kanan Sehun. "Yaaah, mau bagaimana lagi, hidup memang selalu seperti itu. Lebih sering mengecewakan."

INVISIBLE STRINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang