Well written by ebinebiw
💫💫💫💫💫💫💫💫💫💫💫
Dengan kemelut yang masih memenuhi isi kepalanya, Sadam berusaha untuk menenangkan diri. Ia masih tak habis pikir dengan sikap Sherina yang dengan terang-terangan membela si brengsek Dipta. Laki-laki bajingan yang melecehkannya dengan begitu menjijikan. Bagaimana bisa Sherina malah mementingkan urusan bisnis dengan Hadiwisesa? Apa harga dirinya serendah itu di mata Dipta?Tapi tunggu. Seketika ingatannya memutar memori dimana ia bertemu Sherina di lapangan Gasibu. Malam itu, puan itu diganggu oleh dua lelaki kurang ajar yang juga mencoba melecehkannya. Istrinya itu bersikap tegas meski terlihat raut wajahnya yang ketakutan.
Situasi ini hampir sama dengan apa yang terjadi dengan wanitanya itu saat di lapangan Gasibu. Namun, kenapa Sherina mengambil langkah yang berbeda? Apa ada sesuatu yang puan itu sembunyikan darinya?
Jika Sherina masih berdalih bahwa Dipta adalah client penting bagi perusahaan keluarganya, tentu itu terdengar semakin janggal. Sepenting itukah Hadiwisesa bagi Erlangga? Apa belum cukup client penting lainnya bagi Erlangga sehingga masih harus 'bergantung' pada perusahaan Hadiwisesa?
Layaknya gunung es di tengah laut lepas, Sadam hanya bisa melihat bagian permukaan yang muncul sedikit. Sementara di laut dalam yang gelap, banyak bongkahan cerita tentang istrinya yang belum bisa ia temukan.
Ini jelas bukan masalah sepele. Sadam harus tahu dimana akar masalahnya. Karena yang muncul ke permukaan hanya membuat dirinya semakin bingung.
Lelaki itu menghela nafas saat merasakan tubuhnya rileks di bawah guyuran air hangat. Tapi beban yang Sadam rasakan di dadanya tidak kunjung berkurang. Saat ini ia tidak hanya memikirkan soal si brengsek Dipta, tapi juga hubungannya dengan Sherina.
Bahkan belum sehari mereka memulai cerita baru, sudah ada saja masalah yang muncul.
Selesai mandi, Sadam keluar dari kamar mandi dengan handuk melingkar di pinggangnya. Tubuhnya memang terasa lebih segar, tapi pikirannya masih penuh dengan kekhawatiran. Setelah mengenakan pakaian, ia berjalan ke arah kasur dan merebahkan tubuhnya. Matanya menatap langit-langit kamar, namun pikirannya tidak berada di sana.
Ia tahu, Sherina mungkin masih di ruang tengah, dan kemungkinan besar masih menangis. Seketika rasa bersalah menyelimuti dirinya. Sebagai suami, ia seharusnya bisa menjadi tempat Sherina berlindung, bukan malah menambah beban pikirannya. Tapi apa yang bisa ia lakukan sekarang? Sadam merasa terjebak dalam pusaran perasaan tak berdaya, amarah, dan kebingungan.
Biarkan semuanya mereda. Karena percuma jika ia harus menyelesaikannya malam ini. Sherina pasti masih tetap dengan argumennya, Sadam pun akan kembali terpancing emosi mendengarnya.
💫💫💫
Bukan satu hal yang aneh jika Sherina harus melewati malam dengan tangisan panjang tak berujung. Sering kali ia kelelahan terisak dan tertidur dengan air mata yang belum kering. Tapi kali ini berbeda. Energinya terkuras habis semalam. Memikirkan banyak hal yang begitu rumit dan sulit diurai.
Sadam yang pulang dengan kondisi mengkhawatirkan, malah ia sambut dengan sebuah pernyataan konyol tak masuk akal. Fakta bahwa Sadam membelanya di depan Dipta memang sesuatu yang ia syukuri. Tapi wajah tampan yang dihiasi luka memar itu ternyata adalah hasil dari perkelahiannya dengan Dipta, menciptakan masalah yang luar biasa besar.
Semua orang tahu bahwa apapun masalah yang ia buat, Dipta selalu lolos dari jerat hukum. Bagaimana jika Dipta melaporkan Sadam ke pihak yang berwajib? Bagaimana jika Papa tahu? Bagaimana jika ternyata malah Sadam yang harus berhadapan dengan Papa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Happens
FanfictionSADAM ARDIWILAGA Tekanan demi tekanan yang selalu menyudutkannya membuat si sulung dari keluarga Ardiwilaga ini semakin kesulitan mencari jati diri sesungguhnya. Kekasihnya yang terus mempertanyakan kepastian hubungan mereka, papinya yang terus mem...