8.{Dibanding-bandingkan?}

50 9 0
                                    

Saat lagi berlari, dari kejaran murid-murid lain Taufan melihat Solar dan Ice, dan Blaze yang baru selesai atau bubar dari kelas-nya,merasa mendapatkan kesempatan Taufan pun meminta bantuan.

"Sol tolong Sol mereka ngejar aku teruss!" Rengek Taufan yang ketakutan sambil berlindung dibelakang Solar seraya menjauhi murid-murid itu.

"Njir bisa-bisa-nya nih orang ngalahin kepopuleran gw!" Kesal Solar dalam batin-nya yang merasa tersaingi .

Solar hanya terdiam sambil memberikan tatatap sinis kearah murid-murid itu.

Tatapan sinis dari Solar membuat murid-murid itu merasa takut,dan langsung putar balik.

"Udah aman tuh" Ujar Solar sambil melirik kearah Taufan yang berlindung dibelakang-nya.

"Hehe makasih sol!" ujar Taufan sambil tersenyum.

"Iya" Jawab Solar yang membalas senyuman Taufan dengan senyuman tipis.

"Thorn mana Fan?" Tanya Solar yang mencari keberadaan Thorn.

"Tuh!" Ujar Taufan sambil menunjuk Thorn.

"Kak Sol!" Ucap Thorn yang berjalan mendekati Solar.

"Yaudah aku pulang dulu ya!" Ujar Taufan sambil berjalan pergi.

"Iya" Jawab yang lainnya secara bersamaan.

Mereka terdiam melihat kepergian Taufan lalu beberapa menit setelah Taufan pergi mereka langsung saling bertatapan.

"Lihatlah sekarang Taufan sudah mulai populer kan?" Tanya Ice sambil melirik kearah Taufan dan tersenyum tipis.

"Mereka belum tes DNA!" Ujar Blaze yang masih saja membantah Kata-kata Ice dan memperlihatkan raut wajah kesal.

Beralih ke posisi Taufan.

Saat lagi makan malam,di Rumahnya.

"Bagaimana dengan nilai kalian hari ini?" tanya Rabenzio.

"Seperti biasa seratus pa" Jawab Hali sambil memperlihatkan kertas ulangan fisika.

"Taufan?" Tanya Rabenzio sambil melirik kearah Taufan.

"Seratus juga pa" Jawab Taufan sambil memperlihatkan selembar kertas ulangan tadi.

"Njirlah gimana nih mana gw dapat-nya cuma 75 lagi"

"Gak papa-lah biasanya juga gak akan diapa-apa-in" Ujar Gempa  secara santai dalam batin-nya.

"Gempa?" Panggil Rabenzio

"Tujuh puluh lima pah" Jawab Gempa tanpa melirik balik kearah Rabenzio

"Apa!?,cuma tujuh puluh lima!?,kakak mu saja paling kecil itu nilai delapan puluh lah kamu!?" Protes Rabenzio.

"Harusnya kamu itu belajar seperti Taufan,agar mendapatkan nilai bagus! jangan main game terus!" Ujar Rabenzio dengan nada membentak,seraya membanding-bandingkan Gempa.

"M-maaf pa" Jawab Gempa sambil menahan tangisan-nya dan menunduk.

Hali yang melihat adeknya merasa sedih dan menunduk hal itu jelas membuat Hali jadi emosi.

"Papa jangan ngebanding-banding-in Gempa dong!" Protes Hali.

"Lagipula Gempa itu lebih baik dari Taufan!!"
"Taufan aja dapat nilai seratus karna kebetulan!!" ujar Hali dengan nada emosi sambil memperlihatkan wajah marah terlihat dari tatapannya yang begitu sinis.

Taufan jadi merasa kesal karna usaha belajarnya selama ini untuk mendapatkan nilai seratus dibilang karna kebetulan.

"Lagian Gempa tu sering belajar sama gw lah dia!?" Ujar Hali dengan emosi sambil menunjuk Taufan dan terus membela Gempa.

Hidupku hancur dan berantakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang