43•Davendra

18.8K 1K 136
                                    

Happy reading

Terdapat kata-kata kasar di setiap chapter⚠️
Adegan toxic, umpatan, pergaulan bebas, toxic relationship ⚠️

Terdapat kata-kata kasar di setiap chapter⚠️Adegan toxic, umpatan, pergaulan bebas, toxic relationship ⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuai kesepakatan mereka kemarin, kedua pasangan itu kini tengah berjalan-jalan keliling kota. Tidak ada tujuan khusus ingin kemana, jadi Kanara mengajak Dave pergi ke salah mall di kota.

Kanara hanya bisa menghela nafas saat melihat Dave tampak kurang suka dengan siapapun orang-orang yang menatapnya, padahal lebih banyak perempuan-perempuan yang menatap Dave dengan tatapan kagum dibanding dirinya.

"Kamu mau badmood terus? Masa cemberut gitu," ucap Kanara memperhatikan raut wajah Dave yang tampak malas.

"Aku nggak suka, Kana. Kita pulang aja, lagipula disini gak ada apa-apa. Kalau kamu mau beli sesuatu, aku bisa minta tolong asistenku buat beliin, gak perlu repot-repot keluar kaya gini."  Ujar Dave melihat-lihat sekeliling, ia menatap tajam laki-laki yang melewati atau hanya melirik Kanara, ia tidak suka.

"Bukan itu yang aku butuhin Dave, aku perlu keluar biar nggak setres."

"Jadi kamu ngerasa setres sama aku?" Tanya Dave dengan nada tersinggung.

"Iya!" Kanara menggeleng, jangan sampai Dave mendengar kata hatinya.

"Enggak gitu," balas Kanara lirih. "Yaudah kita pulang aja," sambung Kanara dengan nada tidak ikhlas.

Dari sekian banyak komitmen yang telah mereka buat untuk mewujudkan kenyamanan bersama dalam rumah tangga ini, tampaknya Dave masih belum bisa menyingkirkan sifat mengatur dan otoriternya itu. Ternyata Kanara yang terlalu banyak berharap pada Dave, ia bahkan memimpikan semua hal yang telah ia susun sebelum menikah, berharap jika Dave mampu mengerti dirinya suatu saat. Sayangnya bukan dimengerti, tapi Kanara yang harus mengerti.

Dave mengangguk setuju, ia berjalan keluar area mall dengan tangan yang tetap melingkar di pinggang istrinya. Entah pria itu tidak peka atau memilih tidak peduli, ia sama sekali tidak memperdulikan ekspresi Kanara yang tidak enak.

"Kenapa?" Barulah Dave bertanya, itupun saat mereka sudah berada di mobil dalam perjalanan pulang.

"Kamu tetep nggak bisa ngerti aku ya?" Tanya Kanara masih memiliki sedikit harapan, barangkali Dave akan sedikit memberikan kebebasan padanya.

Dave menghela nafas mendengar pertanyaan Kanara. "Aku gak tahu apa cara aku ngertiin kamu ini benar atau salah, yang pasti aku udah berusaha ngerti kamu Kanara. Kamu tahu sekeras apa aku berjuang buat jadi seperti Daven, agar Opa tetep puas dengan hasil kerja aku karena aku gak bisa lagi mengandalkan Daven."

Mendengar itu Kanara mengiyakan, ia sendiri tahu jika Dave belakangan ini disibukkan dengan berbagai macam persoalan bisnis yang ia pelajari. Laki-laki itu mengatakan bahwa sekarang ia tidak lagi mengandalkan Daven, ia harus bisa menjadi seperti Daven agar bisa hidup tanpa kepribadian lainnya itu. Tentu hal itu tidak mudah, apalagi bisnis merupakan hal yang tidak terlalu Dave sukai sedangkan ia dipaksa untuk mahir dalam hal itu.

DavendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang