3. Mansion Sanggara

1.9K 214 5
                                    

Maaf sebelumnya, apabila ada salah ketik, salah tanda baca, atau penempatan huruf kapital, mohon ditandai. Saya mencoba untuk jadi lebih baik di sini, jadi bila kalian memberi masukan, kritik, atau saran, saya sangat menghargai itu.

Terimakasih sebelumnya, selamat membaca!

-#-

Beberapa hari Arland di rawat, Bu Rana-lah yang selalu ada di sisinya. Arland tak perlu repot-repot menanyakan alasan keluarganya tak pernah menjenguknya. Dia memilih untuk tidak (ingin) tahu.

Hubungannya dengan Bu Rana semakin dekat. Dia memberitahu Bu Rana agar lebih santai dalam bersikap dan berbicara padanya. Berkat Bu Rana, Arland—Aykar—kembali merasakan kasih sayang dari sosok yang telah lama hilang, sosok yang ia panggil dengan sebutan ibu.

Selain dengan Bu Rana, Arland juga dekat dengan Dr. Aslan. Bagi Aslan, Arland tak lebih hanyalah seorang anak yang kekurangan kasih sayang, jadi dia menyayanginya. Bukan sekedar bersimpati, namun dia tulus. Dia menyayangi Arland selayaknya anaknya sendiri.

Arland sendiri tak peduli jika orang tuanya di rumah tak menyayanginya. Dia telah mendapat kasih sayang seorang ibu dari Bu Rana dan kasih sayang seorang ayah dari Dokter Aslan.

Hari itu, adalah hari kepulangan Arland. Walau kain kasa masih terbalut rapi di kepalanya, namun ia sudah diperbolehkan pulang.

Dia menaikkan barang-barangnya ke dalam mobil hitam yang telah ditugaskan menjemputnya. Sebelum ia memasuki mobil, Aslan menghampirinya.

"Tuan muda," panggil Aslan

Arland menoleh. "Kan saya sudah bilang, panggil nama saja, Dokter."

"Ah, iya, Arland. Dokter harap, kamu mau datang lagi akhir bulan ini."

"Untuk?"

Aslan menyadari bahwa Arland masih amnesia. Beberapa hari yang lalu, dia menyatakan bahwa pemuda itu mengalami amnesia sementara. Namun, hal itu disangkal oleh Arland dengan mengaku, bahwa dia masih mengingat dirinya, dan beberapa hal lain. Karena masih lupa-lupa ingat, mungkin saja, Arland hanya kehilangan sebagian dari ingatannya.

Sebenarnya, Arland bisa saja berpura-pura lupa ingatan seperti yang dilakukan oleh tokoh cerita transmigrasi yang lain. Dia hanya tidak mau melakukannya.

"Itu yang selalu kamu lakukan. Setiap akhir bulan, Dokter mendapatkan cuti, dan kamu selalu datang mengunjungi rumah Dokter."

Arland cukup terkejut. Di novel, tidak dijelaskan mengenai keseharian Arland sama sekali.

"Oh, tentu saja, kalau begitu."

"Untuk lokasinya, nanti Dokter kirimkan." Aslan membenarkan kerah jaket Arland yang tidak diresleting itu. "Jaga dirimu, ya."

"Baik, terimakasih."

Arland memasuki mobil dan menutup pintunya. Mobil bergerak perlahan. Sebelum itu pergi terlalu jauh, Arland membuka kaca jendela dan melambaikan tangan.

"Dah, Dokter! Terimakasih sekali lagi!"

Aslan balas melambai dan tersenyum.

Arland kembali menutup jendela dan menyandarkan kepala di kursi mobil. Menoleh sekilas pada Bu Rana di sampingnya. Wanita itu tersenyum lembut, dan Arland membalasnya.

Selama diperjalanan, Mereka tak banyak berbincang. Walau begitu tak ada kecanggungan di antara keduanya. Arland merasa nyaman di dekat Bu Rana dan begitu pula sebaliknya.

Arland memperhatikan jalanan lewat jendela mobil. Kota yang sibuk dan pengap akibat polusi udara. Dia menghitung berapa banyak mobil yang dilihatnya dan apa jenisnya, seperti satu paket kendaraan kontruksi, puluhan mobil kijang, belasan kendaraan umum, ratusan kendaraan bermotor, dan lain-lain. Kebiasaan Aykar sejak kecil jika sedang bosan dalam kendaraan.

AYKARLANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang