8. Penyusupan

1.6K 221 5
                                    

Maaf sebelumnya, apabila ada salah ketik, salah tanda baca, atau penempatan huruf kapital, mohon ditandai. Saya mencoba untuk jadi lebih baik di sini, jadi bila kalian memberi masukan, kritik, atau saran, saya sangat menghargai itu.

Terimakasih sebelumnya, selamat membaca!

-#-

Setelah makan malam, keluarga Sanggara berkumpul di ruang tengah. Arland sudah menduga hal ini, seperti di cerita transmigrasi pada umumnya. (Maklum, alur pasaran)

Jadi biar beda katanya, dia memutuskan untuk ikut duduk di sana. Entah mereka suka atau tidak, dia tidak mempedulikan itu. Arland sendiri juga heran, kenapa mereka berkumpul seperti ini setelah makan malam? Jika cerita transmigrasi yang ada PPB nya, pasti alasannya menghabiskan waktu bersama. Lalu mereka bersenda gurau dengan antagonis berkedok pemeran utama. Tapi jika hanya diam-diaman seperti ini, apa masih bisa dibilang begitu?

Arland duduk di tikar bulu yang lembut, dengan laptop dan buku catatan miliknya. Dia sedang membuat model 3d mansion berbekal ingatannya. Karena novel yang ia masuki ini bertema mafia, hanya berpikir dia akan memerlukannya.

Sedikit jauh darinya, Arsen sedang memainkan ponselnya sambil berbaring. Darren sudah menegurnya, tapi hanya dianggap angin lalu oleh Arsen. Anggota keluarga yang lain juga tak berniat menegurnya, dia keras kepala dan semua anggota Sanggara juga begitu.

Sedangkan yang lain, duduk di sofa. Arga di sofa single tengah mengotak-atik laptopnya, Zein yang mengobrak-abrik berkasnya, Vania yang menelpon kliennya, dan Darren yang juga sibuk dengan ponselnya. Tak ada perbincangan, hanya basa-basi Viana yang terdengar membosankan.

Suara langkah kaki menuruni tangga, membuat atensi mereka teralihkan. Menatap Arvand yang telah rapi dengan jaket geng dan style hitam. Walau terkesan nakal, tapi ketampanannya itu tak pernah bisa disangkal. Dia akan pergi ke suatu tempat, dengan anggota TGT yang lain.

"Kemana, Boy?" Tanya Arga datar. Dari tatapan dan raut wajahnya, sepertinya dia tak kan mengizinkan Arvand untuk pergi.

"Markas," Jawab Arvand tak kalah datar. Membalas tatapan Arga dengan dingin.

"Kau tidak mendapat izin."

"Gue nggak butuh izin."

Mendengar itu, Arga, Darren, Zein dan Arsen menatap tajam ke arahnya. —mereka sangat posesif jika berkaitan dengan si bungsu— Tampak tidak ingin dibantah, namun, bukan MC namanya jika menurut.

"Sayang, tolong turuti daddymu sekali ini saja," Bujuk Viana dengan lembut.

Sedangkan Arland hanya menatap selidik ke arah Arvand. Sepertinya dia mengingat adegan ini dalam novel.

Jika tidak salah, Arvand akan berpura-pura menurut. Dan saat yang lain tertidur, dia menyelinap keluar lalu pergi ke arena balapan. Bertanding, dan tentu saja menang. Memangnya siapa yang bisa menyaingi pemeran utama?

Karena memiliki firasat buruk, ia memutuskan untuk pulang lebih awal. Dan benar saja, ketika tiba di mansion, dia mendapati seorang penyusup berhasil memasuki kediaman Sanggara. Banyak penjaga yang terbunuh dan furnitur yang rusak. Namun, dengan keahliannya, Arvand berhasil meringkusnya. Di situlah, Arga dan yang lain terjaga lalu segera membawa penyusup itu ke ruang bawah tanah untuk diinterogasi.

Apa itu artinya, akan ada penyusupan malam ini? Arland sudah tahu endingnya, semua akan baik-baik saja. Tapi, Firasatnya buruk. Entah kenapa, dia merasa tidak siap untuk itu.

Arland melamun hingga tak mendengarkan beberapa dialog. Dia tersadar dari lamunannya, ketika Arvand melangkahkan kakinya kembali ke lantai atas. Dia benar-benar membatalkan kepergiannya, atau sebenarnya, hanya menundanya.

AYKARLANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang