LH - 35

115K 7.5K 3.7K
                                    

Aku gak update karena males sedih sedih 😭
Ini part sedih terakhir, sebelum Roman makin menggila! Sksksksk

Ayooo ramaikannn!

Part ini 3K vote dan 3.5K komen ya!

Ayo cepattt biar bisa lihat Roman gilaaa 😎😎

Kalau ditanya bagaimana keadaan Roman saat kakinya sudah menginjak tanah Edinburgh, maka perasaan yang tempat untuk mendeskripsikannya adalah, bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau ditanya bagaimana keadaan Roman saat kakinya sudah menginjak tanah Edinburgh, maka perasaan yang tempat untuk mendeskripsikannya adalah, bahagia. Sangat bahagia.

Berada di negara yang sama.
Berada di satu udara yang sama.
Menginjak tanah yang sama.
Jarak mereka tak lagi sejauh 11,823,84 kilometer.

Roman tak sabar menemukan Naracanya. Tak sabar untuk kembali bertatap muka. Tak sabar juga untuk memeluknya. Mengatakan betapa ia merindukan wanita itu.

"Naraca, mari kita bertemu. Mari kita jatuh cinta kembali, kali ini dengan akhir yang lebih indah." Gumam Roman.

Entah kenapa, senyumnya tak berhenti luntur sejak dia mempersiapkan diri untuk berangkat ke negara dimana Naraca ada di dalamnya. Dia sangat menantikan saat ini. Saat dimana Naraca kembali padanya.

Roman sudah tau dimana Naraca tinggal saat ini. Jadi dia tidak membutuhkan waktu lama untuk membereskan barang-barangnya dan mulai bergegas pergi menuju kediaman Naraca.

Selama di perjalanan, Roman berusaha menyusun kata-kata yang pas untuk menyambut Naraca. Ia tidak sabar juga untuk menjelaskan segala kesalah pahaman yang terjadi di antara mereka. Agar perjuangannya kesini tidaklah sia-sia.

"Ahhh, saya bisa gila kalau gini terus." kekehnya, mentertawakan kewarasannya sendiri kali ini.

***

"Thank you, sir." Roman mengucapkan terimakasih setelah menutup pintu mobil taxi yang mengantarkannya ke kediaman Naraca.

Sebuah rumah kayu yang sederhana, bercat putih dengan halaman luas yang di tumbuhi oleh rumput hijau.

Roman bisa melihat kuda-kuda yang sedang aktif berjalan kesana kemari, lalu ada beberapa orang yang terengah menunggangi kuda tersebut.

Roman berjalan, berniat menyapa orang-orang itu, untuk dia ajak bertegur sapa sebelum bertanya kepada orang itu apakah tau dimana Naraca saat ini. Informasi yang Roman dapatkan, memang Naraca sering kali menunggangi kuda disini.

Roman berjalan mendekat, menghampiri salah satu orang disana, namun matanya secara tiba-tiba menangkap punggung wanita yang dia kenal.

Naraca Luna, ada disana.
Berlarian dengan gaun putihnya, membawa sebuah keranjang rotan di tangannya yang lain.

Naracanya, tersenyum lebar hingga pipinya memerah, dengan rambut panjangnya yang tergerai ke begitu saja. Terlihat berkilau di bawah sinar matahari.

Tak perlu pikir panjang, Roman bergegas menghampiri. Tak sabar dia memeluk tubuh wanita itu dari belakang. Kemana kaki Naraca melangkah, Roman akan selalu mengikutinya di belakang.

Saat Naraca berhenti di hadapan seorang laki-laki, kaki Roman turun berhenti. Pria itu mengamati dari kejauhan, laki-laki bermata biru yang tengah membersihkan rambut Naraca dari sisa daun daun kecil yang berguguran jatuh mengenali rambut Naraca.

Perih mendera dadanya, sesak ia rasakan menyaksikan pemandangan di depannya.

Roman ingin menghampiri, namun lagi lagi langkahnya dibuat tertahan.

Pria itu, berlutut, di depan Naraca sembari menyodorkan satu buah kotak cantik yang ketika dibuka menampilkan benda berkilau yang tersembunyi.

Sebuah cincin berlian, di dalamnya.

Roman tak bisa mendengar apa yang dikatakan pria itu. Tubuhnya hanya bisa membeku di tengah ketidakberdayaannya.

Sakit, sakit sekalinya saat Roman mendapati wanitanya menerima lamaran pria lain. Sepuluh tahun dia menjauh, memberi jarak pada hubungan mereka yang sudah berantakan, dengan harapan saling menyembuhkan hati masing-masing, sebelum akhirnya kembali bersatu, melepas rindu, memutus jarak, menumbuhkan kembali cinta yang sudah berantakan itu.

Dari kejauhan, Roman melihat senyum lepas Naraca. Sebegitu dalamnya kah luka yang ia torehkan?

Atau ini semua perihal waktu? Waktu yang Roman berikan untuk Naraca mengobati lukanya terlalu lama, sampai mempersilahkan pria lain untuk memasuki hati wanita itu, menggeser posisinya, membuang jauh nama Roman dalam hati Naraca, untuk digantikan oleh pria lain.

"Saya masih mencintai kamu, Naraca. Sangat."

****

Seandainya Roman tau, kalau sepuluh tahun itu terlalu lama, dia tidak akan membiarkan Naracanya pergi begitu saja. Dia akan mengikuti wanita itu selayaknya pria gila. Ia akan membuntuti kemana pun Naracanya melangkah.

Tapi nasi sudah menjadi bubur. Dia hanya punya satu kesempatan, sebelum akhirnya pernikahan dua orang itu terjadi.

Roman tau ini gila. Tapi merebut Naraca dari pemiliknya terlihat lebih menarik?

Jadi, buat apa menunggu lama? Mulai esok, dia akan menjalankan misi untuk mengambil alih hati Naraca lagi.

Naraca, akan tetap menjadi miliknya. Harus menjadi miliknya.

Wanita itu adalah miliknya, sejak pertama kali dia menyatakan kepemilikannya.

Semangat Roman 😭Kamu sendirian 😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semangat Roman 😭
Kamu sendirian 😭

Demmmm habis ini kita lihat Roman balik ke bazingannn eraaa 😭😭🫶🏻🫶🏻

AAAAA TIDAK SABARRR!

Spam komen next 3.5K disini!

Love Hate [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang