LH - 38

116K 7.3K 3.4K
                                    

Wp lagi eror ya? Aku nulis 1000 kata ilang :) akhirnya nulis lagi :) jadi kalo ada kalimat rancu atau kedobel2 tolong tandain ya 🙏🏻

Sebelum baca part ini ada baiknya baca Additional part 37 karya karsa 🔥🔥

Target next : 3K vote dan 3K komen 🔥🔥

****

Naraca terbangun di dalam sebuah kamar asing. Aromanya, warna cat temboknya, furniturenya, semua asing, membuat Naraca spontan menegakkan punggungnya dan terduduk dengan wajah pias. Namun ada satu hal yang membuat dia sadar sedang ada dimana dirinya saat ini.

Punggung tegap yang sedang duduk di balik kursi yang membelakangi posisi tidurnya adalah satu hal yang membuat Naraca sadar dimana dia tertidur semalam dengan kondisi tanpa busana.

"Bastard." Cetusnya, dengan suara menggeram kesal.

Interupsi itu menyadarkan Roman sepenuhnya. Pria itu menoleh ke belakang, menemukan sosok Naraca yang sudah terduduk seraya memegangi selimut tebalnya agar tidak melorot dan berujung menampakkan tubuh wanita itu.

"Sudah bangun?" Begitu enteng pertanyaan itu meluncur dari bibir Roman. Seolah tatapan tajam Naraca tidak berarti apa-apa baginya.

Naraca mengumpat sekali lagi sambil mencari pakaiannya yang entah ada dimana.

Roman berdiri, berjalan menjauh dari kursi dan menyenderkan punggungnya pada tembok, yang berada di samping ranjang Naraca tertidur. Pria itu melipat tangannya di dada, mengamati dengan seksama Naraca yang tampak frustrasi mencari pakaiannya.

"Masih saya cuci. Penuh dengan, ehm— cairan kamu." Pria itu berdehem, sebelym mengutarakan dua kata terakhir.

Naraca menganggap itu sebagai ejekan padanya, "sampah! Lo manfaatin gue ketika nggak sadar? Lo bahkan lebih rendah daripada binatang."

Roman menggaruk tengkuknya, bingung ingin menimpali yang gimana, "kamu nggak sadar?" Roman mengelus lehernya, sembari menyeringai kecil, "padahal saya harap kamus sadar atas apa yang semalam kamu lakukan pada tubuh saya."

"Pembohong!"

Roman menegakkan punggungnya, mendengar umpatan Naraca yang terus-menerus membuatnya terpojok, "saya nggak pernah bohong."

"Pembohong! Pengecut! Bajingan! Apa lagi? Sampah!" Hina Naraca terus menerus, mencaci maki pria itu.

Roman mendekatkan diri pada Naraca, pria itu tanpa aba-aba melepas menarik baju kemejanya yang terselip di celananya sampai keluar, lalu ia menarik kemejanya dengan kasar sampai semua kancing lepas dan berjatuhan.

Tubuh Roman seketika terpampang, begitu kekar, berotot dan dipenuhi oleh kissmark, nyaris memenuhi seluruh tubuh Roman.

Naraca sudah melotot duluan melihatnya. Sedangkan Roman hanya bisa tersenyum kecil, "kelakuan siapa ini? Di dalam mobil?" Roman melepas kemejanya dan melemparnya.

Pria itu menarik sabuk di pinggangnya, membuat Naraca langsung  memberikan aba-aba pada Roman untuk berhenti. Wanita itu memejamkan matanya dan menunduk, agar tidak melihat bagian tubuh Roman yang lain.

"Jangan gila." Seru Naraca sambil memejamkan matanya.

Roman menaikkan satu alisnya, tak terima dikatai gila, padahal semua penyebabnya adalah Naraca. Wanita itu yang menciptakan banyak jejak di tubuhnya. "Kamu beneran nggak inget semalam kenapa?" Tanya pria itu memastikan.

"Naraca, kamu semalam panas sekali, begitu liar, berhasil membuat saya nyaris gila kalau saja nggak ingat kamu tunangan orang." Celetuk Roman. Naraca yang mendengarnya langsung saja menoleh. (on karya karsa Additional part 37. Untuk 21+)

Love Hate [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang