Cahaya matahari sore mulai meredup, menyelimuti Kota Bandung dengan warna jingga yang indah. Awan, remaja laki-laki berusia 17 tahun, duduk di teras rumahnya yang sederhana, memandangi langit yang perlahan-lahan berubah menjadi gelap.
Awan adalah siswa kelas 1 SMA di SMAN Garuda. Ia dikenal sebagai sosok yang introvert dan pendiam. Ia lebih memilih menghabiskan waktunya di kamarnya yang sederhana, dikelilingi oleh poster-poster band favoritnya dan koleksi gitarnya. Di sanalah ia menemukan kebebasan untuk mengekspresikan dirinya melalui musik.
Awan memiliki bakat musik yang luar biasa. Suaranya yang merdu dan melodi yang indah selalu berhasil menenangkan hatinya dan membantunya melarikan diri dari kenyataan yang pahit.
Namun, Awan dihadapkan pada dilema yang berat. Ayahnya, Pak Dedi, seorang buruh pabrik yang bekerja keras untuk menghidupi keluarganya, memiliki harapan besar untuk Awan. Pak Dedi ingin Awan belajar dengan tekun dan mendapatkan nilai tinggi agar bisa menjadi seorang dokter di masa depan.
Pak Dedi tidak pernah mendapatkan pendidikan tinggi. Ia harus berhenti sekolah dan bekerja sejak kecil untuk membantu keluarganya. Oleh karena itu, ia ingin Awan mendapatkan kehidupan yang lebih baik daripada dirinya.
Awan memahami keinginan ayahnya. Ia ingin membahagiakan orang tuanya dan membalas semua pengorbanan mereka. Namun, di sisi lain, ia juga memiliki mimpi yang ingin ia wujudkan, yaitu menjadi seorang musisi terkenal.
Mimpi ini bagaikan api yang membara di dalam hati Awan. Ia ingin mengekspresikan dirinya melalui musik dan membawa kebahagiaan bagi orang lain. Musik adalah kehidupannya, dan ia tidak bisa membayangkan hidup tanpa musik.
Suatu malam, Awan memberanikan diri untuk berbicara dengan ayahnya tentang mimpinya. Ia mengajak ayahnya ke taman di dekat rumahnya, dan di sanalah ia menceritakan tentang kecintaannya pada musik dan keinginannya untuk menjadi seorang musisi.
Pak Dedi mendengarkan dengan seksama. Wajahnya terlihat serius dan penuh pertimbangan.
"Awan," kata Pak Dedi pelan, "ayah mengerti keinginanmu. Tapi, kamu harus ingat bahwa menjadi seorang musisi tidaklah mudah. Banyak rintangan dan tantangan yang harus kamu hadapi. Ayah hanya ingin kamu mendapatkan kehidupan yang lebih baik daripada ayah."
Awan terdiam sejenak, matanya berkaca-kaca. Ia tahu bahwa ayahnya hanya ingin yang terbaik untuknya.
"Ayah," kata Awan dengan suara yang teguh, "aku tahu bahwa menjadi seorang musisi tidaklah mudah. Tapi, aku yakin bahwa aku bisa melakukannya. Aku memiliki bakat dan tekad yang kuat untuk mencapai mimpiku."
Pak Dedi menatap Awan dengan penuh kasih sayang. Ia melihat tekad dan kegigihan di mata anaknya.
"Baiklah, Awan," kata Pak Dedi akhirnya. "Ayah akan mendukungmu. Tapi, kamu harus tetap fokus pada belajarmu. Jangan sampai kamu lalai dalam pelajaran."
Awan tersenyum lebar. Ia merasa lega dan bahagia karena ayahnya akhirnya mendukung mimpinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
[End] Mimpi Awan di Bawah Langit Kelabu
Storie d'amorePernahkah kamu merasa terjebak antara mimpi dan kenyataan? Awan, seorang siswa SMA kelas 1 yang biasa-biasa saja, merasakan dilema itu setiap hari. Di satu sisi, ia ingin mengejar mimpinya menjadi seorang musisi terkenal. Di sisi lain, ia tertekan o...