LIF'12

124 17 2
                                    

Sapuan pada makeupnya selesai saat taburan bedak powder akhir dari finishing look ia malam ini, Chaeyong mengenakan gaun selutut putih dengan rambut yang digerai.

Helaan napas kasar membawa bangun dari duduk, langkah mengambil tas dengan memasukan ponsel kedalamnya tujuan akhir menuju waktu pertemuan dengan sang Nenek. 

Menatap pantulan pada cermin, dia sedikit ragu, walau begitu percaya akan diri yang tidak bisa dimarahi habis-habisan oleh Nenek, karena terdapat 2 tamu nanti. Ya, setidaknya ada keuntungan mengajak Duda serta anaknya malam ini.

"Kau tidak perlu menunggu nanti, aku akan pulang dengan Nenek, Lis." Pinta Chaeyong saat dirinya memasuki mobil Lisa, dimana perempuan itu ditarik saat waktu pulang tiba untuk mengantarnya menuju tempat makan bintang 5 yang sudah direservasi oleh Nenek.

Lajunya mobil membawa celetukan dari birai Lisa, "Janji mengajak minum bersama, tapi nyatanya tidak jadi. Wacana saja!."

"Ayolah, Nenek kalau sudah meminta seperti Taehyung, tidak bisa ditolak."

"Paham sekali dengan Taehyung, apa ada hal yang tidak ku ketahui?."

Chaeyong mengedik bahu sambil berpikir sejenak, "ah, kau tau syal yang pernah diberikan oleh seseorang kan?."

Lisa mengangguk menjawab, "Syal yang merah itu, bukan?."

"Benar, aku ingin menanyakan itu malam ini kepada Taehyung, lelaki itu yang memberikannya atau bukan."

"Jika perginya saja bersama waktu ke Paris, mana mungkin kau dibelikan Syal itu oleh Jung--." Lisa mengernyit dahi saat otaknya tersadar akan sambungan dari kata yang diucapkannya, tidak, hal itu tidak mungkin terjadi karena Jungkook sedang berada dijeju dari desas-desus yang ia dengar untuk pembukaan cabang usaha miliknya.

"Oleh siapa katamu?." tanya Chaeyong yang langsung digelengi Lisa, "Tidak, coba kau pastikan lagi biar lebih pasti. Nanti sudah kesenangan ternyata bukan bosmu yang memberikan."

Menghela napas, Chaeyong mengangguk. "Iya, soalnya ada yang aneh akhir-akhir ini."

"Tidak seperti biasanya, kau mengharapkan cinta dari bosmu itu, ya?."

"Sedari tadi, kau mengatakan bosmu-bosmu, padahal dia juga bosmu tau." 

"Kau harus sering-sering menemuinya kalau memang cinta pada dia, Chaeng. Maksudku, kau tau kan Annya mulai terbiasa padamu, dan Taehyung menerima itu seolah kau calon dari ibunya, sedangkan Jennie berada selalu dalam ruang lingkup dimana, benih-benih cinta bisa muncul kapan saja bagi mereka berdua." 

Memutar setirnya, Lisa melanjutkan. "Hal tersebut terlalu klise, tapi kebanyakan yang kubaca dinovel-novel tidak sedikit yang menjadi nyata."

"Bahkan dalam kisah nyata pun, hal seperti itu selalu ada. Entah akan menjadi cinta bertepuk sebelah tangan atau cinta yang terealisasikan happy ending diakhirannya." tutur Chaeyong yang dibenari Lisa.

Sepertinya ini terburu-buru, hal yang dilakukan oleh Chaeyong dengan direkturnya sangat diluar dari batasan. Saat laki-laki itu menciumnya, mengajaknya meeting diluar Negeri sampai berbelanja, bukankah itu hal yang tidak boleh dilakukan bos dengan karyawannya? selain perjalanan dinas yang memang mengharuskan untuk pergi bersama.

Tapi, hey, bukankah jika memang tidak ada perasan, Direkturnya itu akan memesan tempat tidur yang terpisah dengannya? benar, harusnya kan itu hal yang dilakukan, dimana batasan antar karyawan dan Direktur bermalam dalam perjalanan bisnis tidak lebih dari satu kamar Hotel. 

Yah, apa boleh buat. Semuanya sudah terjadi, biarkan berlalu hal yang sudah dilalui. Lagi juga kenapa dia menjadi orang yang mengikut saja, karena senang bisa bersama dengan Direkturnya, bukan berarti dia iya-iya saja dalam segala sesuatu kan. Kenapa dirinya sangat payah sekali mengendalikan hati saat jatuh cinta, ya, mengapa dia begitu bodoh.

Let It FlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang