"Jika seandainya aku tidak bisa mengikuti proses pertumbuhan Annya sampai besar bagaimana?."
"Apakah istriku yang cantik ini menyerah begitu saja?."
"Tidak, hanya saja aku ragu untuk bayangan masa depan, Tae. Seandainya aku tidak bisa mengikuti tumbuh kembang anak kita, boleh aku minta sesuatu padamu?."
Semilir angin yang menerpa satu keluarga yang tengah melakukan piknik kecil, dalam sebuah ladang hijau dengan pohon besar yang menaungi mereka untuk berteduh, membawa sedikit pilu pada hati yang terasa disayat tipis-tipis.
Seakan, jawaban dari pertanyaan yang akan Taehyung ucapkan sudah tertebak isinya.
"Apapun yang istriku minta, selagi aku bisa menyanggupinya, akan aku turuti. Memangnya mau apa, hm?."
"Persatukan Annya dengan Mommynya."
Taehyung terkekeh kecil, mendengar ucapan istrinya yang melantur membuat dia menggeleng.
"Kau ibunya Annya, Bora."
"Aku tahu."
"Lalu, mengapa kau meminta hal seperti itu, saat ibu kandung dari putri kita ini adalah dirimu? Kau bercanda saja, hm."
Bora melepas genggaman tangannya dari Taehyung, dia menatap ladang yang begitu cantik dengan rerumputan yang menari mengikuti arah terpaan angin.
Jantungnya berpacu dengan cepat, anak bayi yang sedang tertidur pulas membawa banyak alasan dari setiap sisa waktu berlalu. Seolah dia seperti dikejar oleh segerombolan perampok yang mengira bahwa dirinya pencuri, membawa harta karun dimana isinya dua sosok yang sangat berharga untuk dijaga dan dilindungi agar dikembalikan, karena dua harapan yang diinginkannya sudah cukup dia miliki.
Setidaknya, sampai Bora mendapati kabar bahwa waktu yang dimiliki untuk bertahan hidup didunia ini tidaklah lama sebab, penyakit yang dideritanya membawa pada harapan kecil untuk tetap hidup.
Ingin sekali rasanya tidak meninggalkan mereka, membawa bersama dalam kebahagiaan yang akan datang, tapi seakan semua yang didapati mencakup kebahagiaan dari hal yang dimiliki menuntut agar dilepas genggaman pada kebahagiaan dari dua cinta yang dimilikinya.
"Saat aku terlahir kembali nanti, aku ingin hidup bersamamu, Tae."
"Tentu sayang, nanti aku akan meminta pada Tuhan untuk persatukan kita kembali."
"Dengan tubuhku, yang sehat?."
Matanya memerah, tangannya bergerak menyelipkan rambut poni dibalik daun telinga Bora. Wajah yang terlihat pucat dengan senyum getir dibirai istrinya ditangkap sangat jelas oleh indra penglihat Taehyung.
Sampai pada kepala yang bersandar didada bidangnya, dengan lirihan kecil yang terdengar samar dari Bora, cukup berhasil membangunkan Taehyung dalam tidur.
Tatapannya sayu, helaan napasnya terdengar, tangannya bergerak mengusap pada ujung mata yang berair.
"Mimpi itu lagi.."
Bangunnya membawa sandaran pada bahu ranjang tidurnya, jam dinding yang berada menunjukan pukul 8 pagi membawa Taehyung beranjak untuk merapikan diri.
Tuk.. Tuk.. Tuk..
"Daddy sudah rapih??? Anya sudah bangunn, ayok kita temui Mommy!."
Setelan casual yang dipakai Taehyung dengan warna abu muda dengan jam tangan hitam membuat Annya menunjuk pakaian yang dikenakannya.
"Pakaian kita serasi, Daddy."
Taehyung melihat Putrinya sedang tersenyum seraya memegang sisi daripada gaun yang dikenakan, tubuh yang dirindukan sedikit membuat dirinya terkekeh lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let It Fly
FanfictionSequel of Let It Be. Selain seorang Duda beranak satu, Taehyung adalah laki-laki yang tidak bisa disentuh oleh siapa pun, kecuali dengan Annya dan juga.. Chaeyong.