Tangan yang tengah menguncir rambut anaknya pada dua sisi kiri dan kanan, membawa senyum pada anak kecil yang sedang menatap Daddynya dengan perasaan senang. Selain mengurus perushaannya ia juga memiliki hal penting lain yang harus diurus agar anaknya tidak merasa sendiri karena hidup tanpa seorang Ibu.
Terbiasa dengan kata rapih, dirinya cukup pandai membeli pakaian yang serasi dan nyaman dikenakan Annya. Dia juga mempelajari cara menguncir dan mengepang rambut, diaplikasi berwarna merah dengan simbol tombol play ditengahnya.
Taehyung selalu berusaha yang terbaik, berperan menjadi ayah sekaligus ibu untuk Annya, menjadi pembaca dongeng disetiap malamnya, menemani bermain diwaktu senggangnya, melakukan hal yang ditinggalkan istrinya pada Annya agar anak itu tidak kurang akan kasih sayang.
Diposisinya saat ini, banyak sekali suruhan akan masa depan bagi anaknya agar dicari. Seorang ibu, yang dapat menemani Annya disaat dirinya terlalu sibuk dengan pekerjaan. Dan seringkali juga, Taehyung mengatakan bahwa dirinya belum bisa melakukan hal itu. Menikah lagi dan membagi cintanya, dia tidak mau, selain untuk Annya, tidak ada lagi orang yang akan mendapatkannya.
"Bukankah Annya menyukai ice cream? Aku membelikannya satu untuk gadis kecil ini."
"Wauw, terimakasih Mommy Jen."
"Sama-sama sayang."
Ice cream cup rasa vanilla dengan ukuran sedang memenuhi tangan kecil Annya, dengan sendok kayu yang tengah diambil isinya, gadis kecil itu menyuap lahap seraya tersenyum ke Daddy seolah memberitahukan bahwa apa yang dimakan saat ini sangatlah lezat.
"Menggemaskan sekali anaknya, Daddy." Suara itu terdengar sangat ramah, bahkan senyuman yang jarang sekali ditunjukan, terlihat sangat indah dipandang.
Tidak ada yang bisa diragukan dari tatapan seorang ayah pada anaknya, sangat dalam dengan kasih sayang melingkupi keseluruhan ruang pada diri. "Terimakasih, Jennie."
Jennie berdehem dengan tundukan kecil, senyum yang terbit disudut bibirnya seolah menjawab ucapan rasa Terimakasih dari Taehyung.
Perjalanan kecil yang dilakukan dirinya, Taehyung dan juga Annya adalah hal yang ditunggu-tunggu. Dimana sebuah senyum, tawa dan panggilan namanya dengan nada rendah menjadi bagian yang tidak bisa sembarang orang lihat.
Bukankah Jennie sangat beruntung, menjadi Sekretaris sekaligus teman bermain untuk Annya dan juga Taehyung. Mengetahui sangat baik bagaimana bentuk senyum serta tawa laki-laki itu, disaat sebagian sayap untuk terbangnya saja patah. Jennie sangat bersyukur bisa menjadi salah satu obat untuk mereka.
"Itu hal yang harus dilakukan saat berpergian, Taehyung."
Mungkin, semua orang akan beranggapan bahwa tiga orang ini adalah satu keluarga kecil yang harmonis. Cara pandang antara mereka membawa dampak getaran dari salah satunya, yang hanya bisa dipendam tanpa perlu diungkapkan.
"Jangan jatuh hati dengan ku Jennie, aku melarangmu."
Dan Taehyung tahu itu, tidak ada yang bisa ditutupi dari cara Jennie menyampaikan setiap kalimat yang terlontar, serta perlakuan yang ditunjukkan padanya.
"Kau juga sudah tahu itu, maka carilah istri segera. Jangan sampai, aku mendaftarkan pernikahan kita nanti."
"Kau mau dipecat, Jen?."
"Pecat saja."
"Kalau begitu jangan--,"
"Diperdulikan. Aku tidak akan melewati batas, Direktur, percayalah."
Taehyung tersenyum kecil, lalu menatap Putrinya yang tidak bisa lepas sedikit pun dari ice cream. Bahkan, sesekali Annya menggoyangkan kepala menyalurkan rasa senangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let It Fly
FanfictionSequel of Let It Be. Selain seorang Duda beranak satu, Taehyung adalah laki-laki yang tidak bisa disentuh oleh siapa pun, kecuali dengan Annya dan juga.. Chaeyong.