Lif'9

161 28 1
                                    

Jika ditanya sepengaruh apa, Ryu Chaeyong diperusahaan Tae company, jawabannya sangat amat berpengaruh. Membawa gelar Manajer dalam rangka 1 tahun belakangan ini bukan hal yang bisa langsung didapat begitu saja.

Posisi yang awalnya hanya sebatas pegawai kontrak 6 bulan diperusahaan besar itu dengan status pekerja sebagai resepsionis, banyak dampak positif yang diberikan bagi sesama karyawan atau Mitra yang datang berkunjung.

Wawasan yang dimiliki cukup luas, memahami dengan sangat baik posisi dalam pekerjaannya, berusaha mencoba segala hal dengan tekad serta optimisme yang dimiliki, membuat Lee Hyun Woo seorang Kakek dari Lee Taehyung menyukai kinerja gadis tersebut.

Sampai merekomendasikannya pada Taehyung untuk pindahkan dia ke berbagai devisi dan menaiki jabatannya secara perlahan, membentuk karakter hingga menjadi perempuan yang sangat bisa diandalkan pada perusahaan Tae Company.

"Bagaimana perusahaan mu?."

Taehyung yang sedang mengunyah daging dimulutnya segera menelan, "Tentu saja baik, Kek."

Hyun woo yang mendengar jawaban tersebut hanya bisa menghela, "Ku dengar Chaeyong sedang cuti, kapan masa cutinya berakhir?."

Meneguk mineral dalam gelas yang terisi, Taehyung menjawab acuh. "Dia mengajukan satu minggu, tapi aku mengijinkannya hanya lima hari."

"Kau ini! Biarkan dia menikmati libur yang panjang setelah bekerja tanpa henti. Apa kau pikir Kakekmu tidak tahu, bahwa perempuan itu bekerja sangat keras?."

Angin yang membawa gemerincing pada lonceng bulan dibalkon yang terbuka ini, membawa kekehan kecil dari mulut Taehyung.

"Karena dia orang yang cakap dalam pekerjaannya, makannya aku tidak bisa membiarkan dia libur lebih lama."

Seteguk soju yang diminum membawa anggukan mengerti dari Lee Hyun Woo. "Boleh kau lakukan itu, tapi jangan terlalu menyiksanya. Aku membawa dia bekerja diperusahaan mu, karena percaya bahwa dia bisa menggantikan posisi Jennie."

Sedikit heran, dia bertanya. "Apa maksud kakek?."

"Apa kau akan menikahi perempuan itu?."

Mengedikan bahunya, Taehyung menjawab sambil menyandarkan punggung. "Jika maksud kakek adalah Jennie, tentu saja tidak. Aku hanya membutuhkannya sebagai sekretaris, tidak ada batasan yang harus dilewati dari garis itu."

"Jika dengan Chaeyong, bagaimana?."

Terdiam sejenak, Taehyung menatap kosong pemandangan hutan yang gelap didepannya.

"Lihatlah, bukankah harusnya kau memberikan lampu pada pohon yang ada disana? Hutan itu seperti sarang hantu, Kek." Dalihnya sambil menunjuk lurus kedepan.

"Dasar anak nakal! Pergilah kesana pasangkan lampu, jika kau peduli. Aku tidak memiliki waktu untuk mengurus kebun yang luas ini."

"Dasar Kakek pemalas." Ucapnya seraya bangun, sambil mengambil peralatan yang dibutuhkan untuk memasang penerang, dibalkon yang sedang mereka tempati.

"Pergilah dan pasangkan lampu disana." Ucap Hyun Woo, sambil melempar selembaran tissue yang dia gumpalkan menjadi bulat pada Taehyung.

Menghindar dengan tertawa, Taehyung menjawab sambil menuruni anak tangga. "Iya-iya, aku akan segera kembali!."

Bangun dari posisi duduknya, Lee Hyun Woo menatap cucunya itu dengan tangan yang memegang satu tongkat penyangga untuk dirinya, Semangat anak itu tidak pernah berubah, hanya saja dia sangat bodoh dalam menyembunyikan sesuatu.

"Dalih yang sangat tidak keren." Ucap Hyun woo sambil terkekeh melihat tingkah Taehyung.

Membenarkan kacamata yang dipakainya, dia berujar dengan wajah datar. "Jika kau bisa memanfaatkan Chaeyong dengan baik, bukankah sosok Jennie tidak lagi diperlukan, cucuku?."

"Tentu saja itu tidak benar." Ucap Taehyung memberhentikan langkahnya, menengok kebelakang menatap kakeknya yang sedang berdiri memperhatikan ia.

Sedikit berdecak, dia menempatkan tangga sambil mengunci posisi tersebut agar tidak jatuh saat dia taiki nanti, "Apa Kakek pikir semudah itu mencari sekretaris baru jika Jennie digantikan?."

Taehyung naik dan duduk mengeluarkan bohlam, "Apa menurutnya aku ini laki-laki murahan yang mau didekati banyak wanita? Sampai menanyakan bagaimana jika menikah dengan Chaeyong?."

Menghela napasnya Taehyung terdiam, mengulang kata-kata tersebut dalam pikirannya membuat ia tersadar, perusahaannya memang penting tapi anaknya juga satu hal yang sama pentingnya.

Sangat lelah memikirkan banyak hal dalam satu kepala yang kecil ini, karena jika dibilang suka, tidak ada perasaan itu untuk Jennie maupun Chaeyong.

Tentu saja, semua hal yang dilakukannya pada Jennie hanya rasa terimakasih, begitupun dengan Chaeyong. Lagi pula, bukankah memanfaatkan sesuatu dengan sangat baik itu sangatlah menguntungkan? Jadi, selagi ada celah untuk bisa ia lakukan, tidak ada salahnya menangkap 2 kelinci sekaligus pada kandang yang sama.

Ya, jika hal itu bisa ia lakukan. Untuk saat ini tidak ada yang perlu dikhawatirkan, anggap saja dia laki-laki yang tidak memiliki hati. Karena mau bagaimanapun hatinya tidak bisa dimiliki oleh orang lain lagi selain mendiang sang Isteri.

Taehyung terkekeh sambil menatap ke Seliling hutan, yang sudah cukup terang dari lampu yang ia ganti dibeberapa tempat.

"Benar, menjadi jahat bukan sebuah tindakan kriminal, jika sasarannya tidak mengetahui."

"Setidaknya untuk saat ini, biarkan mengalir seperti itu dulu." Sudahnya pada pikiran yang saling bertabrakan membela pernyataan bahwa umpamanya itu salah dan juga benar.





Ting!

Chaeyong: direktur ijinkan aku libur satu hari lagi🫶

Ting!

Chaeyong: *direktur ijinkan aku libur satu hari lagi 🙏 (edit)

Taehyung:
No.




Memasukan kembali ponselnya, Taehyung berjalan menghampiri sang kakek yang sedang menunggunya dilatar,  yang tak jauh dari tempatnya berada, bahkan suaranya dapat didengar cukup jelas.

"Mari kita lanjut bermain catur." Ucap sang Kakek yang disambut renggutan masam dari Taehyung.

"Eyy, kau tau cucumu ini tidak akan pernah menyerah untuk menang kan?." Jawab Taehyung sambil menaik turunkan alis.

"Ya, karena kau selalu kalah." Celetuk Hyun woo sambil jalan memunggungi.

"Aku akan mengalahkan mu malam ini, Kek!." Ucapnya sungguh sambil jalan mendahului Hyun woo. "Lakukanlah, jika kau bisa anak nakal." Sambil menepuk kaki kiri Taehyung dengan tongkatnya.

Kekehan dari keduanya menutup sepi pada bilik pintu yang tetertutup, suara tabrakan pada lonceng serta gesekan daun pada pepohonan, menjadi lantunan pengisi malam.

Harus ada risiko dari setiap tindakan, berpikir panjang cara terbaik daripada tergesa-gesa. Jadi, jangan berpikir bahwa Lee Taehyung dapat terkecoh semudah itu tentang perempuan.

Mirip seperti mendiang istrinya, belum tentu bisa mengambil utuh seluruh hatinya. Bersama selalu dengan anaknya, bukan berarti membuka peluang untuk bisa menjadi ibunya.

Jadi, jangan terlalu menuangkan kepercayaan untuk suka padanya. Karena dia dapat dengan mudah mematahkan rasa suka itu, tanpa belas kasih sedikitpun.

Kepura-puraan, bukankah itu yang sedang dia lakukan saat ini?.







TBC..

~Eil
22maret24

Let It FlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang