senja kini sudah bergabung dengan kelompoknya. mereka berlima memilih untuk berdiskusi di perpustakaan.
kalau kata haikal, sekalian ngadem.
"mau bikin apa nih kita?" tanya ansel.
kalea tampak berpikir. "gue tau! gimana kalau wadah tissu?"
"eh apaan? nggak nggak!" tolak haikal.
"terus apa coba?"
kini semuanya terlihat berpikir. lalu suara kalea kembali terdengar.
"kita buat hiasan jendela aja!"
ansel mengangguk setuju. begitupun dengan senja dan juga bumi.
"lo gimana?" tanya ansel pada haikal. cowok nakal itu memang sangat keras kepala dan juga sulit diatur.
sungguh menyebalkan harus sekelompok dengan dia.
"soleh, s nya ganti b." balasnya.
"anjing, bokap gue mamat!" teriak ansel emosi saat ayahnya disebut oleh haikal.
haikal cengengesan, "peace bro."
kalea tertawa. sementara senja hanya mendengus.
"eko, kapan kita bikinnya, dan dimana?" tanya ansel.
haikal mendelik, "anjir lo sel! Eko tuh bokap gue anjing!"
Ansel menjulurkan lidahnya. "gantian!"
bumi berdecak. "serius anjir, gue gabetah disini."
Haikal menoleh. "anjir, adem gini!"
senja mengkerutkan keningnya bingung, mereka berdua tidak terlihat seperti orang yang baru kenal, dari cara mereka berbicara, terdengar begitu dekat dan akrab.
"adem palalu kotak! dari tadi tuh ac perpus mati anjir!" keluh bumi kembali, tangan cowok itu pun bergerak menjitak kepala haikal.
Haikal mengusap keningnya yang perih. "sakit, bego!"
"ya maap."
ansel dan kalea pun terlihat kebingungan.
"lo berdua udah kenal lama?" tanya Ansel.
Haikal mengangguk. "kita tuh tetanggaan dari SMP."
Ansel mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. begitupun kalea.
"kita berdua tuh bestih, bestih poreper!" ucap bumi, lalu merangkul pundak Haikal, dan langsung ditepis kasar oleh cowok itu.
"minggir, minggir. najis mugoladoh!" bumi berdecih pelan.
"ck, jadi kapan?" tanya senja yang dari tadi hanya memperhatikan saja.
"besok aja gimana?" tanya kalea.
Ansel mengangguk setuju. senja pun begitu.
"gue sedelapan." sahut Haikal. bumi pun sama.
"dimana?"
"rumah senja."
senja mendelik, ia menatap Ansel yang dengan mudahnya mengatakan itu dengan tatapan sinis.
"kok gue?!"
"kan, rumah lo enak tuh, luas." balas cewek itu dengan enteng.
"yaudah ja, rumah lo aja." sahut kalea.
"tenang kali ja, gue ga bakal ngerampok rumah lo." ucap Haikal.
"hm, ok."
mereka bertiga bersorak gembira.
KAMU SEDANG MEMBACA
hujan, dan kita.
Teen Fictionsenja antariksa, seseorang yang memiliki seribu rahasia dibalik senyumannya