Bab 8

43 4 0
                                    

Pаrа murid U.A. kelas 1-A dіkіrіm kе Pulau Heiwa untuk berlatih. Mereka telah mendapatkan lisensi Pahlawan Sementara sebulan yang lalu. Walaupun Bakugo dan Todoroki sempat gagal, pada akhirnya mereka berdua juga berhasil mendapatkan lisensi Pahlawan Sementara.

Pulau Heiwa hаmріr tіdаk реrnаh mеndараtkаn masalah dеngаn раrа penjahat. Kehidupan dі ѕаnа rеlаtіf aman dan tenteram. Parа murid hаnуа diharuskan membantu menyelesaikan bеbеrара masalah sepele раrа penduduknya.

Para murid kelas juga diwajibkan berperilaku layaknya pahlawan serta dilarang meminta bantuan guru dan pahlawan pro. Ini adalah hal yang diinginkan seluruh murid jurusan pahlawan. Jadi, mereka sangat menikmati membantu penduduk pulau tersebut.

"Adikmu hilang? Baiklah, kami akan segera mencarinya. Bisa beritahukan namanya? Baik, mohon tetap tenang, ya." Uraraka menutup telepon dan berdiri sebelum bertanya, "ada yang mau ikut denganku mencari seorang anak yang hilang?"

"Tidak mau," jawab Bakugo cepat yang sedang membaca majalah sambil tiduran.

"Bakugo, kau ini. Uraraka-san, aku akan ikut denganmu," jawab Kirishima.

"Lalu bagaimana caramu mencari anak itu?"

"Eh? Benar juga."

Jiro menjawab, "kalau soal mencari, serahkan saja padaku. Ochaco, aku akan ikut denganmu."

"Aku juga akan ikut denganmu, Uraraka-san," sahut Midoriya yang mulai berdiri.

Mereka bertiga kemudian pergi bersama untuk mencari anak yang hilang itu. Kirishima duduk kembali dan menatap Bakugo. "Bakugo, kau belum melakukan penyelamatan apa pun."

"Aku mengawasi tempat ini. Jika tiba-tiba ada penjahat menyerang saat kalian melakukan tugas bodoh, siapa yang akan melawannya, sialan?"

"Ayolah, pulau ini sangat damai. Tidak akan ada penjahat."

"Kau sebenarnya hanya malas, kan? Ayo, ikut aku," ajak (y/n) yang sudah berdiri.

Bakugo menatapnya sambil menaikkan sebelah alis. "Ke mana?"

"Ada yang meminta bantuan. Katanya atap rumahnya bocor. Dia meminta tolong kita untuk memperbaikinya."

"Suruh dia perbaiki sendiri." Bakugo kembali membaca majalahnya

"Uh? Hey, dia hanya hidup berdua dengan istrinya dan mereka sama-sama orang tua yang bahkan berjalan saja kesulitan."

"Kau pikir aku peduli?"

(y/n) mulai geram. "Cih, ya sudah kalau tidak mau. Kau tinggal bilang kalau kau tidak tahu caranya memperbaiki atap yang bocor."

Bakugo terkejut dan langsung duduk tegak dengan ekspresi tersinggung. "Apa kau bilang? Beraninya kau meragukan kemampuanku. Hanya memperbaiki atap yang bocor semudah membalikkan tangan bagiku."

"Lalala, aku tidak menerima pengakuan tanpa bukti."

"Baiklah, aku ikut." Bakugo langsung berdiri dan menyusul (y/n) yang kini berjalan keluar. Teman-teman sekelas mereka hanya menatap kedua remaja yang berjalan semakin menjauh itu.

***

Bakugo dan (y/n) sudah selesai memperbaiki atap dan kini mereka turun menggunakan tangga. Bakugo yang sudah turun terlebih dulu tanpa sengaja menyenggol tangga tersebut hingga membuat (y/n) terjatuh dari tangga. Dengan sigap laki-laki pemarah itu menangkapnya.

"Eh? Uh ... terima kasih? Bisakah kau turunkan aku sekarang?" Tanpa aba-aba Bakugo langsung melepaskannya yang membuat tubuh gadis itu kesakitan karena membentur tanah.

"Aw, sakit tahu."

"Kau yang minta."

"Aku minta diturunkan, bukan dijatuhkan."

"Cih." Tanpa rasa bersalah dan permintaan maaf, laki-laki itu berlalu pergi untuk mengembalikan tangga di tempat semula.

Pemilik rumah tersebut berterima kasih pada mereka karena telah memperbaiki atap. Mereka berdua pun berjalan kembali ke kantor pahlawan setelah makan kue dan minum teh yang dihidangkan tuan rumah.

"Uh? Hujan," seru (y/n) sambil menatap air yang jatuh dari langit ke telapak tangannya. Hujan semakin deras, sedangkan mereka berdua masih setengah jalan menuju tempat tujuan. Mereka pun memutuskan untuk berteduh di sebuah halte bus yang kebetulan berada tepat di depan mereka.

"Salahmu. Karena kau memaksaku ikut, aku jadi kena hujan," ucap Bakugo.

"Iya, maaf. Sini kukeringkan." (y/n) mengaktifkan bakatnya dan menyerap air hujan yang membasahi Bakugo.

"Eh? Kau bisa melakukan itu?"

"Sudah kubilang, aku bisa mengendalikan cairan apa pun di sekitarku."

Dalam sekejap tubuh Bakugo kembali kering. (y/n) beralih untuk mengeringkan tubuhnya sendiri. "Kita akan menunggu sampai hujannya reda?" Tanya Bakugo.

"Ya, begitulah."

"Aku benci hujan. Cuaca dingin membuatku kesulitan mengaktifkan bakatku."

(y/n) terkekeh geli mendengar pengakuan laki-laki itu. "Kita berbanding terbalik, ya. Kalau aku, justru hujan membuat bakatku lebih kuat dan menghemat energiku. Dengan adanya air di sekitarku, maka aku tidak perlu mengeluarkan air dari tubuhku."

Bakugo terdiam mendengar ucapannya. Sebenarnya kalimat terakhirnya itu terdengar agak ambigu, jadi Bakugo memilih diam.

Seorang ibu dan anak perempuan berjalan melewati mereka dan berhenti. "Eh? Apakah kalian menunggu hujan reda?" Tanya sang ibu.

"Ah? Ya, Tante."

"Bagaimana kalau pinjam payungku dulu? Supaya kalian tidak menunggu lama." Ibu itu menutup payung yang dipegangnya sebelum memberikannya pada (y/n). Anak perempuannya juga memegang payung, jadi dia berpikir untuk membagi payungnya.

"Eh? Maaf merepotkan."

"Tidak masalah. Kalian sudah membantu banyak bagi kami para penduduk."

"Aku akan mengembalikannya padamu setelah selesai."

"Tidak perlu repot-repot." Ibu dan anak perempuan itu pun berjalan pergi dengan berbagi payung yang awalnya dipegang sang anak.

Bakugo merampas payung yang diberikan ibu tadi dari tangan (y/n). "Hey!"

"Aku yang pegang. Kau itu pendek. Jika kau yang pegang, maka aku harus menunduk agar kebagian. Berjalan menunduk sampai kantor itu melelahkan, tahu," ucap Bakugo sambil membuka payungnya.

"Apa? Aku tidak sependek itu."

"Aku yang pegang atau kau kutinggal." (y/n) menghela napas dan akhirnya mengalah. Gadis itu melangkahkan kaki ke samping Bakugo yang kini berdiri di bawah payung. Mereka pun berjalan menembus derasnya hujan dengan dinaungi satu payung.

Walaupun bakatnya adalah mengendalikan air, tetap saja (y/n) bisa kedinginan. Dia juga manusia. Bakugo meliriknya sedikit lalu menarik tubuh gadis itu mendekat.

"Eh?" (y/n) menatapnya bingung, tapi dirinya tidak bisa menolak kehangatan yang diberikan laki-laki itu.





Ya, ges. Aku sengaja selesain ni cerita dulu sebelum dipublish. Capek bolak-balik wattpad tiap hari buat publish cerita, jadi sekalian aja sampe tamat. Ini pulaunya emang mirip-mirip, lah, sama Pulau Nabu di Boku no Hero Academia Movie 2 (buat yang nonton pasti tahu) cuma beda nama doang. Tapi ini ceritanya beda, kok. Musuhnya bakal beda dan gak ada Mahoro sama Katsuma.  Jujur aku gak suka sama Mahoro sejak adegan Mahoro kelempar terus ditangkep Bakugo. AKU JUGA MAU DITANGKEP BAKUGO😭

Semoga aku menjadi istrinya Bakugo♡

Me and You (Katsuki Bakugo x y/n)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang