Bab 19

30 1 0
                                    

Siswa-siswi kelas 1-A sudah bersiap di posisi masing-masing untuk menghadapi musuh mereka. Mereka memilih menggunakan pantai sebagai arena pertarungan. Ini sebenarnya ide Bakugo. Bagaimanapun, (y/n) lah yang paling memahami musuh mereka kali ini dan dengan adanya laut memperkuat bakat gadis itu.

Kabut tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Mereka sudah tahu artinya jadi langsung bersiap. Kabut menipis dan menampilkan empat orang yang sebelumnya mereka lawan dan seorang anak laki-laki yang diikat. Three mengeluarkan benda pipih dan menekannya sebelum dilempar ke kaki si anak laki-laki. Sedetik kemudian, anak laki-laki itu terkurung dalam sangkar seperti burung.

Keempat orang itu mulai menyerbu dengan berpencar. Namun siswa-siswi kelas 1-A sudah membuat rencana. Mereka menghadang dari segala sisi dan mendesak musuh mereka kembali bersama.
"Rencana B," ucap One.

Mereka bersiap melakukan instruksi dari One, namun di luar dugaan Four mengacau. Dia bertindak seenaknya, mengeluarkan bakatnya berlebihan hingga melukai rekannya sendiri.

"Four, hentikan!" Perintah One.

"Hahahahah."

"Bodoh, kau lupa rencananya, ya?" Three memukul keras kepala laki-laki itu dengan busurnya.

"Eh? Rencana? Ak--" kalimatnya terpotong karena serangan es mendadak dari Todoroki.

"Sudah kubilang sejak awal. Kita tidak butuh rencana. Kita hanya perlu bergerak sendiri-sendiri." Two meluapkan emosinya pada One.

"Kau terlalu meremehkan mereka, Two."

"Tapi, dengan pemimpin buruk sepertimu kita jadi lebih mudah dikalahkan, bodoh."

"Kenapa mereka malah bertengkar sendiri?" Tanya Sero.

"Di antara kita memang hanya aku yang paling pantas menjadi pemimpin," lanjut Two disusul tusukan pisau lipat tepat di jantung One.

Semua yang ada di sana tercengang menatap kejadian tak terduga di depannya. Darah mengucur dari luka tusukan di dada One. Mulutnya juga turut mengeluarkan darah seiring dengan batuknya. Two kemudian menarik kembali pisau lipatnya dan menatap dengan ekspresi gembira saat tubuh sang kakak jatuh ke pasir.

"Baiklah. Pemimpin yang tidak pantas sudah disingkirkan, sekarang saatnya ak--" tebasan cepat mengenai lehernya. Dia menoleh dan mendapati ekspresi menyeramkan Four menatapnya dengan belati di tangan.

"Beraninya kau. Kaulah yang tidak pantas di sini." Sifat kekanakan laki-laki itu benar-benar lenyap, digantikan oleh aura haus darah yang kuat.

Netra indah Two terbelalak. Darah mengalir deras dari luka yang menganga di lehernya. Dia ingin mengatakan sesuatu, namun kata-katanya tercekat sebelum tubuhnya jatuh ke pasir, meninggal secara mengenaskan.

Mata Four beralih pada murid-murid kelas 1-A lalu menatap tajam (y/n). "Kenapa kau tidak menurut saja pada kami untuk kembali? Takdirmu adalah menjadi penelitian. Jika kau menurut, maka Kak One tidak akan ...."

"Four, kendalikan dirimu." Three hendak memeganginya, namun tubuh gadis itu gemetar ketakutan sehingga tidak berani mendekati adiknya.

"Kau ... jangan bilang penelitian padamu ditingkatkan," ucap (y/n).

Four menerjang ke arahnya. Teman-teman (y/n) berusaha melindunginya dari serangan gila laki-laki itu. Mereka bekerja sama menyerang untuk melumpuhkannya. (y/n) tidak bisa diam saja, gadis itu mengaktifkan bakatnya, menggunakan air laut untuk membentuk hiu besar dan menerjang Four. Laki-laki itu terpental agak jauh. Dia berusaha bangun sambil terbatuk-batuk karena air laut. Ekspresi menyeramkannya menghilang digantikan oleh sifat kekanakannya yang semula.

"Apa yang terjadi?"

Jam tangan Three berdering, gadis itu menekan salah satu tombol di jam tangannya dan mendengarkan sebuah suara pria yang berbicara padanya. "Mundur!"

"B-bagaimana dengan Five?"

"Lupakan! Kita sudah kehilangan One dan Two. Kalian tidak akan bisa menang."

"Baik." Three mengeluarkan benda pipih kecil lalu menghampiri Four. Dia menekan tombol pada benda itu, kilatan cahaya yang menyilaukan muncul dari sana. Ketika cahaya itu menghilang, kedua orang itu juga ikut menghilang.

Seluruh murid kelas 1-A menghela napas lega, namun ada perasaan geram dalam diri mereka karena sisa musuh berhasil melarikan diri.

"Hanya begitu? Gampang sekali. Dasar author bodoh. Kau meremehkan kemampuan kami, hah?"

Tutup mulutmu, nuklir bernyawa. Aku sudah berusaha keras. Membuat cerita dengan pertarungan spektakuler itu membuat pusing, tahu.

"Kalau begitu jangan sok-sok an, idiot. Jika kau tidak bisa melakukannya dengan benar, maka jangan membuat cerita."

Ini sudah benar. Hanya jalannya saja yang kurang sesuai ekspektasi.

"Kau manusia tolol. Bahkan batu bata lebih pintar darimu."

/mengabaikan

"Jangan abaikan aku, bocah sialan. Kubunuh kau."

(y/n) berlari menghampiri tubuh One yang tergeletak. Laki-laki itu masih bernapas, tapi nyawanya sudah di ujung tanduk. "Five, kau punya kehidupan yang lebih baik sekarang."

"Kak One. Maaf karena aku tidak bisa menyelamatkanmu."

Laki-laki itu terkekeh dan menghapus air mata yang mengalir di pipi (y/n). "Aku tidak minta diselamatkan. Aku sudah senang bisa melayani Dr. Inei."

"Bohong. Kau tersiksa, aku tahu itu."

"Haha, sebenarnya aku bahkan tidak tahu seperti apa perasaan senang. Sepertinya Dr. Inei membuat kesalahan dengan memberimu perasaan, ya?"

"Tidak. Dia tidak memberiku perasaan. Aku bukan robot. Kita terlahir sebagai manusia dan akan terus begitu sampai kita mati. Walaupun mereka mengubah kita sekalipun, jiwa kita tetaplah manusia." Bakugo tersenyum menatap gadis yang meniru kalimatnya itu.

"Begitu, jadi akulah yang sudah melupakan perasaan, ya? Five, maaf karena memaksamu kembali. Aku harap kau terus bahagia." Laki-laki itu membelai pipi (y/n) sebelum menutup mata bersamaan dengan tangannya jatuh. Dia pun berhenti bernapas dengan senyuman di wajahnya. Ekspresi (y/n) menggelap, gadis itu mendekap erat-erat tubuh laki-laki itu.








Ya, ges. Kubuat musuhnya gak terlalu kuat aja. Soalnya kalo musuhnya kuat, aku sendiri yang bakal puyeng cara nyelesainnya. Nanti masalahnya udah keren, penyelesaiannya malah kek tai.

Bakugo: "Penyelesaian yang kau buat saat ini sudah seperti tai, sialan."

Hus, bising.

Semoga aku menjadi istrinya Bakugo♡

Bakugo: "Aku tidak sudi menikah dengan orang tolol."

Aku gak tolol, ngelag dikit doang.

Me and You (Katsuki Bakugo x y/n)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang