Sore telah berganti malam. Walaupun dapat dikatakan terlalu awal untuk makan malam di jam seperti biasanya, tapi kini di ruang makan sudah terlihat Jeno yang sedang menikmati ayam goreng masakan Mbak Asri sore tadi.
Perutnya sudah lapar walaupun belum waktunya jam makan malam. Tangan kanannya sibuk menyuapkan makanan ke mulutnya, sedangkan tangan kirinya Ia gunakan untuk terus menghubungi ponsel sang kakak yang sedari sore sulit dihubungi.
"Uhuk uhuk uhuk!" Jeno tersedak. Ponselnya langsung Ia lepaskan dan tangannya sibuk memukul dadanya, sedangkan tangan yang lain berusaha mencari gelas di atas meja.
Tuk!
Segelas air putih diletakkan di dekat Jeno membuat anak itu dengan cepat langsung menyambar gelas tersebut. Helaan nafas lega terdengar setelah Jeno meminumnya.
Jeno lantas melihat siapa orang yang meletakkan gelas tadi. Dan bisa Ia lihat ada Jaemin yang juga tengah menatapnya di sana.
Saking fokusnya pada ponsel, Jeno bahkan tak menyadari jika Jaemin berjalan hendak menuju ke dapur, dan saat melewati ruang makan Jaemin malah mendapati sang kakak yang sedang tersedak.
Suasana mendadak canggung diantara keduanya hingga Jeno kemudian berdehem untuk memecah keheningan, "Ekhem thanks," ujarnya yang langsung heran dengan ucapannya sendiri.
Merasa Jeno tak sedingin biasanya, Jaemin memutuskan untuk lebih mendekat, "Gue boleh gabung di sini ngga bang?" tanyanya, pasalnya selama ini jika tak ada sang ayah, mereka sangat jarang untuk duduk di meja yang sama.
"Duduk tinggal duduk," ucap Jeno.
Beberapa saat keheningan melanda ruang makan, canggung melingkupi keduanya. Jaemin yang ragu ingin memulai pembicaraan, Jeno yang tetap pada pendiriannya dengan sifat dinginnya itu.
Hingga suara pintu utama terbuka mengalihkan fokus keduanya. Dan dapat mereka lihat, Renjun yang baru saja memasuki rumah dengan pakaian basahnya.
"Lo dari mana aja sih? Gue telpon dari tadi susah banget!" teriak Jeno agar suaranya terdengar hingga ruang keluarga. Padahal tanpa teriak pun sebenarnya Renjun akan mendengar suara sang adik, jarak antara ruang keluarga dengan ruang makan juga tak begitu jauhnya.
"Hp gue mati," ujar Renjun berjalan menuju dapur, menuangkan segelas air untuk menghilangkan hausnya, tak memperdulikan keberadaan Jaemin di ruang makan itu.
"Lah baju lo kenapa bisa basah? Bukannya lo pake mobil?" tanya Jeno heran.
Jaemin bahkan sampai melihat kearah Jeno karena sangat jarang melihat Jeno yang berbicara banyak seperti itu. Walaupun sekarang posisinya seperti kasat mata karena kedua kakaknya yang mengacuhkannya. Jaemin berandai-andai, kapan Ia bisa mengobrol tanpa ada amarah diantara mereka.
"Cerewet banget lo, mobil gue mogok, makanya pulang telat," jawab Renjun kemudian meneguk air yang Ia ambil, "Dah gue mau mandi dulu,"
Tak berselang lama setelah Renjun yang memasuki kamar, pintu utama kembali terbuka. Dan terlihatlah Haechan yang baru saja pulang. Rambut anak itu terlihat basah, namun untungnya jaket yang membalut tubuhnya cukup membantu anak itu agar tak terlalu kedinginan di jalan.
Jeno mengernyit saat merasa tak asing dengan jaket yang Haechan kenakan.
Kayak kenal tuh jaket, batinnya. Namun Ia memilih untuk menahan rasa penasarannnya, malas sekali jika harus memulai pembicaraan dengan sang adik, pikirnya.
Jaemin kemudian menghampiri Haechan yang hendak menaiki tangga, sepertinya karena ruangan terlalu sunyi, anak itu tak menyadari ada dua orang yang sedari tadi duduk di ruang makan tanpa adanya percakapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Family
FanfictionNo description, langsung baca aja Sangat menerima komen dan kritik. Maaf jika ada kesamaan nama tokoh maupun tempat, cerita ini hanya fiktif dan imajinasi dari author, jadi jangan sangkut pautin dengan real life yaa