Part 6

2.2K 249 17
                                    

"Hormat ke bendera selama dua jam pelajaran," ucap guru piket.

Itu hukuman yang harus Jeno jalani atas keterlambatannya. Akibat dari motornya yang kempes, begitupula dengan mobil milik Renjun, alhasil Jeno memilih untuk menaiki taxi agar cepat sampai di sekolah.

Namun Jeno lupa bagaimana macetnya jalanan dipagi hari, jadi walaupun Ia sudah berusaha agar tak terlambatpun, nyatanya Ia sampai di depan sekolah tepat lima belas menit setelah gerbang ditutup.

Dan di sinilah Jeno sekarang. Menghadap tiang bendera dengan sikap hormat. Terhitung sudah tiga puluh menit anak itu berdiri di sana. Untungnya cuaca pagi ini cukup mendung, sehingga hukuman kali ini tak terlalu berat bagi Jeno.

"Telat kenapa lo?" tanya Jeno pada Junkyu yang juga dihukum di sebelahnya.

"Hoam, kesiangan gue, dingin banget tadi pagi, gara-gara semalem ujan kayaknya," jawab Junkyu dengan wajahnya yang sepertinya masih mengantuk.

Jeno hanya menggelengkan kepalanya, sudah biasa menghadapi sifat-sifat aneh sahabat-sahabatnya.

"Lo sendiri kenapa telat? Gue juga engga liat lo naik motor tadi," kini giliran Junkyu yang bertanya.

"Ck, ban motor gue kempes dua-duanya, mau nebeng Bang Renjun, eh ban mobil dia juga sama-sama kempes," jawabnya kesal.

Junkyu mengernyit heran menoleh pada Jeno, "Lah bisa barengan gitu? Aneh banget,"

Jeno yang mendengar ucapan Junkyupun langsung menolehkan kepalanya pada sang sahabat, dalam hati mengiyakan ucapan Junkyu. Sebenarnya tadi Ia sempat menaruh curiga pada dua penghuni baru di rumahnya, namun karena pagi tadi Ia yang terburu-buru, Jeno sampai melupakan kecurigaannya tadi.

"Btw nih masih lama engga sih? Pegel nih gue, mana banyak yang ngeliatin lagi," ucap Junkyu.

Memang benar sedari tadi banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka, banyak murid yang curi-curi pandang walaupun tengah diadakan pembelajaran di kelas masin-masing. Ya bagaiamana bisa mereka melewatkan untuk tak melihat dua murid famous di sekolah yang tengah di hukum di lapangan.

Jeno tak ambil pusing atas tatapan-tatapan yang kebanyakan adalah tatapan kagum yang diarahkan pada keduanya. Bagi Jeno itu sudah hal biasa.

Jeno mengedarkan matanya melihat ke sekeliling lapangan untuk menghilangkan bosan. Namun, tatapannya terhenti pada salah satu jendela kelas di lantai dua.

Udah mulai berani kalian ya, batin Jeno dengan mata yang masih memandang ke salah satu kelas di lantai dua itu.

.

.

.

Kini di kelas Haechan dan Jaemin tengah berlangsung pembelajaran. Namun sedari tadi, Jaemin bisa melihat Haechan yang tak terlalu memperhatikan apa yang guru terangkan di depan.

Dari jendela kelasnya yang berada di lantai dua, Haechan bisa melihat di bawah sana, tepatnya di lapangan upacara, ada Jeno yang tengah melaksanakan hukuman yang Ia terima karena keterlambatannya.

"Liatin apaan?" tanya Jaemin penasaran karena sedari tadi sang kembaran terus melihat ke luar jendela.

Dengan dagunya Haechan tunjuk ke arah lapangan, "Tuh, abang lo lagi dihukum,"

Jaemin terkekeh, "Biarin aja," ucapnya, "Udah perhatiin depan, nanti malah lo yang gantian dihukum lagi," lanjutnya dengan memukul pelan lengan sang kembaran.

.

.

.

Beberapa jam mereka habiskan di sekolah, akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu oleh murid-muridpun tiba. Yap, waktu pulang sekolah.

Sweet FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang