Part 4

1.8K 222 6
                                    

"Ujannya gede banget," lirih Haechan yang berdiri di depan jendela, melihat ke luar rumah yang memperlihatkan derasnya hujan dan gelapnya malam. Beberapa kali bahkan kilatan petir menyilaukan matanya.

Jaemin yang sedang rebahan di ranjang dengan ponsel di tangannyapun menoleh, melihat sejenak guyuran deras yang membasahi bumi sebelum kembali menyelami sosial media. Disaat-saat seperti ini, entah mengapa suasana sangat pas untuk merenung dan melamun, seperti yang dilakukan oleh Haechan sedari tadi.

"Laper deh gue," celetuk Haechan dengan tangan yang mengelus perutnya, namun matanya masih nyaman memandang hujan di luar sana.

Tak mendapat respon dari Jaemin, membuat Haechan mendengus, niatnya Ia ingin memberikan kode pada kembarannya untuk dimasakkan.

Haechan akhirnya menghampiri Jaemin yang masih asik dengan ponselnya. Ia duduk di samping sang kembaran yang tak mengalihkan sedikitpun perhatiannya pada ponsel di tangannya, "Jaem," panggil Haechan.

"Hmm," hanya gumaman dari Jaemin tanpa anak itu menoleh pada Haechan.

"Jaem," panggil Haechan lagi.

"Hmm!" kali ini lebih keras karena Jaemin yang mulai merasa terganggu.

"Na,"

"Ish!" gerutu Jaemin kesal karena kegiatan rebahannya terganggu, "Apa anjir?!"

Haechan yang melihat wajah sang kembaran sudah mulai kesalpun hanya menampilkan cengiran manisnya, "Hehe, laper,"

"Ya makan," jawab Jaemin merotasikan matanya malas.

"Engga ada makanan," lirih Haechan dengan memasang wajah semelas mungkin agar Jaemin mau memasakkannya.

"Masaklah," jawab Jaemin ketus.

"Males,"

"YA MENURUT LO GUE ENGGA MALES APA?!" teriak Jaemin akhirnya, frustasi sekali menghadapi kelakuan kembaran beda lima menitnya ini.

"Pesen makanan dari luar aja deh sana," usul Jaemin sudah merasa tenang.

Bibir Haechan mengerucut, "Lagi engga pengen makanan dari luar ih, lagian kasian drivernya tauk, di luar masih ujan deres,"

"Tapi kan nanti mereka dapet uang," jawab Jaemin.

Haechan nampak berpikir, "Iya juga ya," ucapnya tetapi sedetik kemudian Ia menggeleng, "Engga deh, gue maunnya masakan lo,"

Terlihat Jaemin yang kembali menahan gemas pada Haechan, bukan gemas karena sang kembaran lucu, tapi gemas ingin melempar sang kembaran keluar jendela.

"Ish, lo juga bisa masak,"

Haechan hanya memukul pelan kaki Jaemin, "Ah engga asik lo!" kesalnya dan langsung pergi keluar kamar dengan kaki yang dihentak-hentakkan.

"Dih ngambekan," cibir Jaemin melihat kelakuan Haechan.

.

.

.

"Kok jadi laper juga gue," monolog Jaemin yang masih bermain ponselnya.

Sepertinya memang Ia harus mengisi perutnya untuk menghentikan suara demo yang semakin menggema di perutnya itu.

Saat menuruni tangga, Jaemin bisa melihat jika sang kembaran tengah berdiri di depan kompor, entah sedang memasak apa.

"Masak apa?" tanya Jaemin yang sudah berdiri di belakang sang kembaran, membuat Haechan yang sedari tadi melamun dengan melihat air yang sedang dimasakpun terlonjak kaget karena kedatangan Jaemin.

"Anjir! Lo tuh kenapa hobi banget ngagetin!" kesal Haechan memukul lengan Jaemin cukup kencang.

Tak mengindahkan kekesalan Haechan, Jaemin kembali memperhatikan apa yang sedang Haechan masak, "Kok masak ramen?"

Sweet FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang