Part 9

1.8K 239 14
                                    

Pagi harinya, motor Jeno dan Haechan sudah berada di halaman rumah karena Jeno yang meminta tolong anak buah Donghae untuk mengambil motor keduanya di tempat semalam.

Kondisi Haechan juga sudah membaik setelah diobati oleh Jaemin dan beristirahat. Begitupula dengan Jeno, Ia yang memang sudah terbiasa berkelahi sehingga luka-luka yang Ia dapat bukan apa-apa untuknya.

Saat sarapan tadi, hanya Haechan dan Jaemin yang berada di ruang makan. Jeno memilih berangkat lebih pagi dan Renjun yang memang memiliki kelas siang sehingga anak itu masih tidur di kamarnya. Sedangkan Donghae, entahlah ayah mereka sangat sibuk, jadi tak heran jika Donghae jarang terlihat di rumah.

Di sekolah, Haechan baru saja selesai dari toilet hendak menuju kelas. Sepanjang koridor yang dilewati, Ia hanya menemukan sepi, karena memang kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung.

Dari arah depan, terlihat Eric dan teman-temannya yang berjalan menuju kearah Haechan, dan langsung menghadang jalan anak itu. Awalnya Haechan masih tetap ingin berjalan dan menghiraukan keberadaan Eric, namun lagi-lagi Eric selalu menghadang jalannya.

"Bisa minggir? Gue masih ada pelajaran," pinta Haechan baik-baik, bahkan anak itu memasang senyumnya kearah kakak kelasnya.

Eric hanya bersmirk menatap kearah Haechan, "Lo siapanya Jeno?"

Haechan mengernyitkan dahinya. Bingung dengan Eric yang menurutnya sangat aneh.

"Lo saudaranya Jeno?"

"Awalnya gue bertanya-tanya buat apa anak baru kayak lo nekat masuk kemasalah gue sama Jeno dengan ngebantu dia, tapi malam itu gue ikutin kalian dan ternyata kalian pulang di rumah yang sama," ucap Eric, "Jadi bener kan tebakan gue kalo lo saudaranya Jeno? Adik Jeno?" tebaknya.

Malam setelah Jeno dan Haechan berhasil kabur dari Eric, saat mereka menaiki taxi, ternyata Eric dan gengnya melihat dan langsung mengikuti taxi yang ditumpangi keduanya. Itulah saat Eric melihat jika Jeno dan Haechan memasuki rumah yang sama.

"Apa urusannya sama lo?" tanya Haechan jengah.

Eric terkekeh, Ia maju lebih dekat kearah Haechan, "Engga ada sih, cuma.." gantungnya dengan smirk di wajahnya, "Kalo emang bener lo saudaranya Jeno, gue jadi punya mainan baru buat ngancurin Jeno," ucap Eric dengan mengibaskan tangannya di bahu kanan Haechan seakan ada debu yang perlu dibersihkan di sana.

"Gue engga tau permasalahan kalian berdua, dan emang engga mau tau juga, tapi kalo lo masih dengan niat awal lo buat ngancurin Jeno lewat gue," Haechan memajukan badannya kearah Eric, didekatkan mulutnya kearah telinga Eric, "Percayalah yang lo lakuin itu sia-sia," bisiknya.

Haechan lalu memundurkan kepalanya setelah berbisik, "Well, liat lo seobses itu buat ngejatuhin Jeno pake berbagai cara, buat gue mikir, seberapa hebat sih si Jeno itu, dan seberapa payah sih lo itu," ucap Haechan dengan mengangkat sebelah alisnya tak lupa dengan smirk yang Ia tampilkan.

Mendengar itu, Eric langsung emosi, Ia langsung menarik kerah baju Haechan kasar.

"LO-"

"HEI NGAPAIN KALIAN DISANA? MASUK KELAS!" teriak guru di ujung koridor melihat murid-muridnya yang malah berkumpul saat jam pelajaran masih berlangsung.

Dengan kasar Eric hempaskan tangan yang sebelumnya menarik kerah baju Haechan. Dengan jari telunjuknya, Ia tunjuk wajah Haechan tepat di depan mata anak itu, "Lo, engga akan pernah lolos dari gue," Eric kemudian pergi diikuti teman-temannya meninggalkan Haechan yang merapikan kembali seragamnya yang kusut.

"Ada-ada aja," gumam Haechan dan kembali berjalan menuju ke kelas.

Menarik, boleh juga tuh anak, batin seseorang saat berpapasan dengan Haechan. Seseorang yang sedari tadi menguping pembicaraan Eric dan Haechan dari balik tembok koridor.

Sweet FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang