Part 14

1.1K 239 23
                                    

Kembali pada hari Senin, seperti biasa orang-orang akan kembali menjalankan rutinitasnya. Sama seperti yang terlihat di kamar dua kembar, Haechan dan Jaemin, yang saat ini keduanya tengah bersiap-siap akan pergi ke sekolah.

"Nanti di UKS aja, engga usah ikut upacara," titah Jaemin pada kembarannya yang masih sibuk dengan dasinya.

Bukan tanpa alasan Jaemin melarang sang kembaran agar tak mengikuti upacara. Pasalnya, setelah kejadian mati listrik tadi malam, Haechan kembali terserang demam.

Walaupun pagi ini kondisi anak itu sudah lebih baik, tetap saja Jaemin khawatir. Bahkan Jaemin sempat melarang Haechan untuk berangkat ke sekolah hari ini, namun langsung ditolak oleh Haechan dengan alasan jika Ia sudah sembuh dan akan sangat bosan jika harus ditinggal sendirian di rumah.

"Iya," jawab Haechan cepat karena Ia malas jika harus berdebat dan menghadapi sifat protektif kembarannya itu ketika Ia sakit. Lagipula, selain karena badannya yang masih lemas, Haechan bisa memiliki alasan agar tak mengikuti upacara.

"Yaudah yuk sarapan dulu," ajak Jaemin setelah mengambil tas miliknya.

Haechan menoleh, "Duluan aja, entar gue nyusul, kayaknya masih ada yang lupa,"

Jaemin mengangguk dan langsung saja keluar dari kamar menuju ruang makan untuk sarapan, "Obatnya dibawa buat jaga-jaga," ucapnya sebelum benar-benar keluar dari kamar dan hanya dibalas acungan jempol oleh Haechan.

Haechan kemudian berjalan menuju meja belajar tempat Ia meletakkan tasnya, setelah memastikan tak ada yang tertinggal, Ia pun lantas berjalan keluar kamar. Namun saat melewati kamar Renjun, Ia berhenti sejenak, menimang apakah Ia harus menemui sang kakak atau tidak.

Akhirnya, Haechan putuskan untuk menemui Renjun, mengetuk beberapa kali hingga terdengar suara Renjun dari dalam dan juga langkah kaki menuju pintu.

Cklek!

Terlihat Renjun dengan muka bantalnya dengan rambut acak-acakan. Ia menghela nafasnya ketika melihat yang mengetuk kamar dan mengganggu tidurnya ternyata Haechan, "Kenapa?" tanya Renjun malas dengan suara khas bangun tidurnya.

Dalam hati, Haechan merasa bersalah karena mengganggu tidur sang kakak. Ia bahkan merasa gugup entah karena apa hingga mulutnya kelu untuk bersuara.

"Ck, ganggu aja," ucap Renjun malas karena melihat Haechan yang hanya diam.

Saat Renjun berniat kembali ke ke kamar, tiba-tiba suara Haechan menghentikan pergerakannya, "Makasih," ucap Haechan lirih namun masih didengar oleh Renjun.

Renjun kembali berbalik menghadap Haechan, mengangkat satu alisnya menunggu kelanjutan ucapan anak di depannya itu.

"Makasih Bang Renjun udah bantuin Haechan tadi malam,"

Semalam, setelah Jaemin pulang, tak lama dari itu Jaemin langsung menggendong Haechan yang sudah tertidur itu ke kamar. Tapi Haechan ingat dengan jelas jika yang memeluk dan menenangkannya tadi malam ialah Renjun, itu sebabnya pagi ini Haechan sangat ingin mengucapkan terimakasih pada kakaknya itu.

"Udah?" tanya Renjun cuek yang dibalas anggukan ragu dari Haechan.

"Ok," ucap Renjun dan langsung berbalik memasuki kamar.

Setelah pintu kamar Renjun tertutup, terdengar dengusan kesal dari Haechan.

Engga bisa gitu lebih ekspresif lagi, batin Haechan seraya memanyunkan bibirnya.

.

.

.

"Hah anjir hampir aja telat," ucap Sunwoo yang baru saja bergabung dengan barisan teman-teman sekelasnya dengan nafas ngos-ngosannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sweet FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang