veritas ratio

196 21 0
                                    

hari berlalu seperti biasanya, semua baik-baik saja. ratio kini semakin sibuk karena banyak jadwal yang harus ia isi untuk menjadi seorang profesor. dimulai berkas-berkas, penyiar materi, bimbingan, dan banyak lagi.

dan lihatlah ia sekarang. sedang duduk tenang dengan mata yang masih berseteru dengan berkas-berkas penuh kata-kata itu, apa ia tidak mual dan pusing? tentunya tidak. ia malah menikmati dan merasakan rasanya nikmat hidup, katanya begitu.

memang aneh satu orang ini. tetapi ia begitu jenius dan mapan, walaupun perlakuan nya yang masih saja terlihat sedikit buruk. ketidakpedulian serta segan nya yang sering dianggap orang kurang dari seorang veritas ratio ini.

seperti pada percakapan antara ratio dan topaz, mereka sama-sama terhubung karena urusan naungan IPC. topaz begitu semangat saat bersama semua orang, tetapi jika saat bertatap mata bersama ratio. ia begitu malas dan selalu menggeleng kepala.

lalu yang paling heran nya dalam pikiran topaz ialah.. "kenapa aventurine selalu menggoda dirinya?" dan "apa menariknya dari dirinya?" pertanyaan itu selalu muncul dalam benak topaz saat melihat ratio dan aventurine jika saat bersamaan.

tetapi ya sudah saja, yang penting numby selalu ada di sampingnya. hehe. babi kecil yang selalu menemani topaz dari dahulu, begitu banyak kenangan bersama dengan nya.

ah ya, kembali lagi pada veritas ratio.

dengan setelan jas putih rapih, terpampang jelas nama dr.ratio yang berada di pin jas tersebut. lalu tak lupa kacamata baca nya yang ia pakai saat ini, membuat pemilik begitu terlihat tampan dan segar. tak heran jika perempuan di kantor itu meleleh melihat seorang veritas, bahkan sekalipun laki-laki banyak juga melirik pada ratio.

"mau sampai kapan kau sibuk dengan kertas-kertas itu?"

celetuk seseorang dari kejauhan, yang ternyata ia sudah sedari tadi bersinggah pada sofa ruangan ratio. duduk begitu anggun.

"apa itu mengganggumu, noona?"

mendengar jawaban ratio. ia menggeleng, perlahan berjalan ke arah ratio untuk meletakkan tempat bekal bentuk bebek kuning kesukaan ratio di atas meja nya.

melihat perlakuan tersebut, ratio berhenti membolak balikkan kertas yang sedang ia baca. memilih untuk menoleh pada perempuan cantik di depan nya persis.

"ingat. kesehatanmu lebih penting, apa aku harus berteriak dulu agar kau ingin makan?"

ucapnya begitu lelah. mengingat bahwa hari sudah sore tetapi ratio belum makan dari siang hari, yang membuat nya khawatir. terus saja memantau kertas segunung itu di meja nya.

coba saja ia tidak di sampingnya, mungkin ratio akan makan jika ia ingat saja. tapi memang kenyataannya seperti itu, makan saja lupa saking sibuk.

"... bekal dari siapa?"

"bunda. makanlah mumpung masih hangat."

mendengar kata 'bunda' ratio segera membereskan meja nya, lalu berdiri mengambil bekal bebek tersebut. berjalan menuju sofa untuk memakan bekal nya.

"noona, kau tidak makan? mau ku pesankan sesuatu?"

ia menggeleng pelan sambil tersenyum kecil. terdengar pijakan heels yang terhentak berjalan untuk duduk di samping ratio.

"bagaimana pekerjaanmu? baik?"

ratio mengangguk, sambil menyuap sesendok lauk yang sedang ia makan. mendengar akan menuju pembicaraan yang serius, ratio menyelesaikan makanan nya begitu cepat.

melihat itu, ia segera mengeluarkan sebotol air putih bermotif bebek kuning. lalu ia berikan pada ratio agar tidak serat sehabis makan.

"sebentar, tapi kenapa bunda menggunakan tempat makan ini untuk ku?"

menotis akan tempat makan serta botol minum tersebut, ratio heran kelakuan bunda nya yang seakan terus-menerus menganggap anaknya masih kecil, lalu mengenakan peralatan bekal makan lucu ini.

"hahaha. mana ku tau, bunda yang buat. yang penting enak kan?"

"iya juga."

ia tertawa kecil melihat kelakuan adik nya yang begitu cuek, tetapi saat bersama konteks bunda. selalu saja ia terhanyut senyuman.

"ah ngomong-ngomong soal tadi, semua lancar."

"bagaimana kabar mu sendiri, noona? dan juga bunda? lalu keluarga kecil mu.."

tanya ratio. ia begitu peduli akan keluarga kecil nya, merasa ia sudah meninggalkan lama kakak perempuan dan juga sang bunda perihal pekerjaan mendesak, sehingga dirinya harus berpisah jauh dengan mereka.

"bunda baik, begitupun aku dan keluargaku haha."

ucap nya sangat pelan dengan nada lembut khas milik nya. ratio tersenyum kecil, menoleh untuk menatap kakak perempuan cantiknya, tak lain dan tak bukan lagi. ruan mei.

"sampaikan salam ku pada bunda, ku usahakan lusa aku akan pulang.."

ruan mei mengangguk seakan paham perkataan sang adik. melihat ratio yang sesukses ini membuat sang kakak ikut bangga dan terharu atas kejayaan nya, walau jarak memisahkan kami, tetapi ia selalu berusaha semaksimal mungkin untuk menjalin hubungan baik.

melihat jam sudah mulai menjelang malam, ruan mei bergegas siap-siap untuk pergi dari kantor ratio. memilih untuk pulang kembali, dan berpisah dengan ratio.

"hati-hati di jalan, noona."

ucap ratio dengan maksud salam perpisahan. sambil membukakan pintu belakang mobil yang akan di naiki oleh ruan mei. melihat loyal nya seorang adik laki-laki nya, membuat ia tersenyum manis.

"terima kasih, jangan lupa jaga kesehatan mu. aku pamit."

seru nya sembari melambaikan tangan nya, untuk mengucap selamat tinggal. ratio tersenyum kecil dan membalas nya, mobil itu pun perlahan berjalan dan meninggalkan ratio sendiri di luar. hari sudah begitu gelap.

sehembus angin pun lewat begitu menusuk. ratio yang memakai jas saja pun masih merasakan dingin nya malam.

ia berbalik dan langsung bergegas menuju ke dalam, untuk menaiki lift. tak lama lift pun terbuka dan sangat sepi, mungkin efek sudah malam dan jarang orang yang keluar saat itu.

sembari menunggu lift ke atas, ia hanya menyibukkan diri melepas kacamata yang sedari tadi ia masih pakai, lalu mengelap nya begitu spontan.

sedang asik sendiri, tiba-tiba lift terbuka spontan. menampilkan surai berambut biru muda dengan baju rapih, tatapan yang begitu indah. ratio kaget dan sedikit mundur membiarkan ia masuk.

siapa lagi jika bukan sunday. seorang halovian yang menjadi anggota family, kenapa dia tiba-tiba sekali disini? sebenarnya mereka berdua tidak ada hubungan apapun, hanya sekedar tau dari kejauhan saja.

"veritas ratio?"

panggil nya tiba-tiba dari arah samping, sontak membuat ratio menoleh. tau dari mana ia tau nama nya? ah iya juga, pin di jas.

"ya saya sendiri?"

"kau profesor yang paling terkenal di penacony ini, bagaimana aku tidak mengenalimu, haha."

celetuk sunday, jelas-jelas membuat ratio kaget kedua kali. ia menjawab dengan lantang, seakan bisa membaca pikiran ratio. tatapan waspada pun terlihat pada kerut wajah nya.

"maaf, anda perlu apa, tuan sunday?"

sorot mata seindah lautan pada sore hari itu terlihat jelas, dan juga terdapat sayap tepat di telinga nya. menampilkan keindahan seorang sunday.

"hanya memanggil saja.. tenanglah."

ratio mendengar itu sedikit menaruh curiga, seperti bukan panggilan biasa. melainkan ada maksud yang terkandung dalam ucapan sang halovian ini. pada dasarnya ratio selalu berhati-hati dalam berhubungan dengan orang-orang di luar sana.

ting!

lift pun terbuka tepat di lantai kantor ratio, membuat dirinya bergerak keluar. tetapi tiba-tiba saja sebuah suara menginterupsi isi kepala nya.

'kau menarik, ratio.'

deg- hentakan pun terhenti, tatapan ratio beralih ke belakang. sayangnya lift sudah tertutup rapat, membuat dirinya tak bisa melihat orang itu lagi, sepertinya ia mengincar sesuatu dari ratio. tapi apa?

THE DICE {RATIORINE} *LATE UPTADE*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang