tell me, kakavasha

140 16 10
                                    

dengan sedikit terburu-buru, mereka pun akhirnya sampai di depan pintu kamar aventurine. ia tekan beberapa digit, yang tentunya di simak betul oleh ratio. biarkan saja lah dia tau.

terbuka lah pintu tersebut. aventurine masuk dan ratio mengikutinya dari belakang, sembari menutup pintu. ratio menaruh tas nya tepat di atas sofa.

“yey! kita piknik kalau begini.”

seru aventurine sembari berjingkrak-jingkrak heboh di depan ratio, sang empu melihat itu menggeleng heran.

“biasanya sore seperti ini, kamu melakukan aktivitas apa, aventurine?”

dirinya yang terpanggil langsung menoleh, tersenyum manis. aventurine? ekhem- sudah mulai memanggil nama nih ceritanya? haha.

“tidur, hehe. apalagi udara dingin seperti ini kan..”

ucapnya sambil merapihkan jas putih ratio dan menaruh nya di gantungan. ratio pun menghampiri aventurine.

“benar sih. eum.. ”

gumam ratio, yang membuat aventurine menoleh pada nya. seraya bertanya.

“ada apa? kau butuh sesuatu, hm?”

tangan lentik itu pun menggenggam erat tangan ratio, mengayunkan bersama seperti anak kecil.

“aku ingin berbicara serius denganmu.”

intens ratio begitu dekat memperhatikan sang submisif yang jelas-jelas lebih mungil, aventurine terdiam. tetapi perlahan senyuman itu mengembang.

“ide bagus, kita deep talk malam ini?”

deep talk. merupakan ungkapan dari hati ke hati antar suatu individu dengan individu yang secara ingin menyampaikan dan menyatukan segala rasa dari diri masing-masing untuk keberlangsungan bersama. (! kata-kata author)

ratio berfikir, mungkin ini waktunya untuk ia meyakinkan lubuk hati nya pada aventurine. ia tau betul, bagaimanapun hasilnya. aventurine akan selalu mengerti.

“kalau begitu aku mandi dulu ya? sedikit lengket habis beraktivitas di luar.”

“hm..”

ia pun mengiyakan sang pujaan hati, genggaman tangan itu perlahan terlepas. lalu aventurine mengambil pakaian dalam lemari pribadi nya, sedangkan ratio mengambil sebuah buku di dalam tas nya.

“ohya aku kalau mandi memang lama.. ehe, jadi maaf yah jika kau harus menunggu.”

“it’s ok, don't worry.”

jawab ratio sembari memakai kacamata baca nya, lalu terduduk si sofa. membaca buku-buku ilmiah yang sudah ia bawa.

“baiklah doctor~ jika ingin tiduran di kasur, tidak papa! pakai saja.”

“ehem. thanks.”

ia pun tersenyum, dengan segera masuk ke dalam ruangan di ujung sana yang memang adalah toilet. ratio melanjutkan bacaan nya.

beberapa menit berlalu, hujan di luar semakin deras. jam pun sudah menunjukkan pukul 5 sore dini hari, tak terasa.

karena membacanya sudah cukup, ratio pun berkeliling mencoba melihat detail kamar aventurine. ada beberapa bingkai yang memang menarik.

seperti bingkai foto keluarga aventurine yang tepat berada di dekat lemari nya, dan hiasan bulu burung peacock. begitu indah, seakan melambangkan warna palet aventurine.

dan lambang penghargaan program IPC (Interastral Peace Corporation) terpampang jelas dalam salah satu bingkai, lalu ada beberapa selip foto jade, topaz, aventurine, dan rekan-rekan yang lain sedang bersama.

THE DICE {RATIORINE} *LATE UPTADE*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang