white night

154 18 5
                                    

ia tertawa kecil, masih mengalungkan tangannya pada leher ratio.

"haha, jika ada kesempatan kenapa tidak?"

"lebih baik dari awal aku tidak memberitahukan alamat apartemen ku kalau begitu."

walau ratio sudah mengakui bahwa dirinya tidak suka diperlakukan seperti ini, aneh nya tangan kekar itu masih bersinggah nyaman pada pinggang ramping aventurine. menyadari akan hal tersebut ia tersenyum.

"meow~~ grrr..."

di tengah-tengah debat kecil mereka, tiba-tiba mocha datang menggeliat tepat pada kaki aventurine di bawah. reflek ia kaget, lalu melihat apa itu.

"AH! K-KUCING..?"

reflek aventurine pergi ke belakang tubuh ratio, bersembunyi untuk menghindari mocha. kucing polos itu malah menatap aventurine bingung. ratio pun ikut bingung dengan tingkah nya.

"r-ratio.. tolong jauhi aku dari kucing i-itu.."

"kenapa?"

ia menggeleng, terus saja menarik baju polos ratio dari belakang, yang membuat bajunya sedikit naik menampilkan pinggang penuh otot itu.

"meoww... purrr~"

mocha pun berjalan menghampiri ratio, mengendus lembut kaki nya. melihat itu ratio tersenyum dan mencoba membungkukan tubuh nya mengambil mocha ke dalam dekapan hangat.

aventurine menjauh seperti orang ketakutan di hadapan ratio. tatapan nya khawatir, ratio bertanya.

"ada apa sebenarnya? kau takut?"

"a-aku mempunyai alergi pada bulu kucing.. makanya aku sedikit takut dekat-dekat dengan kucing."

baru berkata seperti itu, aventurine sudah bersin-bersin. sampai hidungnya memerah. ah jadi dia alergi pada kucing? pantas saja sampai ketakutan seperti itu. ratio mendengar hal itu malah sedikit heran.

"pftt- ternyata orang sepertimu bisa takut juga ya?"

"akh, doctor... hampir saja hehe.."

ucap aventurine yang awalnya geram, menjadi lembut seraya sarkas nya pada ratio. sang empu mendengar hal tersebut hanya bisa tersenyum kecut.

"kau tunggulah disini."

cicit ratio langsung masuk ke dalam kamar pribadinya sambil membawa kucing itu. aventurine pun duduk di sofa, membuka jaket tebal yang ia pakai. lalu mencari satu kotak kecil dalam tas.

dan ternyata adalah kotak obat milik aventurine sendiri, jari itu mengotak-atik sangat cepat. bergegas menyembunyikan kembali kotak tersebut dalam tas, dan menyisakan 1 keping obat untuk diminum segera.

tanpa disadari dari kejauhan sepasang mata memandang dari balik jendela.

"obat penenang?"

celetuk ratio dalam benaknya, ia tau betul jika obat-obatan yang di dalam kotak milik aventurine itu bermacam-macam. yang membuat perhatian ratio tergocek ialah obat penenang.

aventurine tidak menyadari itu. ratio keluar seakan tidak ada apa-apa, ia berjalan dan mengambil segelas air putih untuk di berikan pada aventurine, mengingat ia ingin meminum obat.

"thank you~~ doctor!"

senyum aventurine begitu lebar, ia langsung melahap obat tersebut. ratio pun duduk tepat di samping aventurine, jarak mereka hanya terhalangkan tas aventurine.

"katakan apa yang ingin kau ceritakan."

ujar nya. membuat aventurine terkekeh, sebentar, ia menaruh gelas itu dahulu di meja.

THE DICE {RATIORINE} *LATE UPTADE*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang