sorry

128 15 7
                                    

⚠️ cw// kissing.

malam berlalu, tibalah cahaya matahari yang mulai menyinari bumi kembali. tepat pada pukul 6 pagi, aventurine sudah begitu kegirangan..

sudah setengah bersiap. ia bersemangat karena berfikir akan melakukan tugas projek nya kembali. lalu bertemu teman-teman seperjuangan nya.

jadi.. sedikit pengalihan isu ya ceritanya? haha.

surai pirang itu sudah begitu tertata dan wangi semerbak, tak kalah juga akan tubuh nya yang seperti mandi perfume di pagi ini.

dengan pakaian hitam lekat, mempres tubuh kecil nya. sudah seperti mata-mata di acara TV saja. tapi memang kenyataannya seperti itu kan.

penampilan hari ini begitu menakjubkan, ia menyukai nya. sampai terus menerus berkaca. memastikan apa ini benar-benar dirinya.

setelah sibuk dengan perlengkapan nya, aventurine pun kembali berkaca seraya memasangkan earphone tepat di kuping bagian kiri nya, sebagai tempat berkomunikasi nya dengan anggota yang lain.

dan juga memasang sabuk hitam, yang sudah mengait ketat pada pinggang kecil aventurine. dengan kaus hitam polos lengan pendek, dan juga celana jogger hitam pekat. membuat kharisma seorang aventurine keluar.

“sudah lama aku tidak mengenakan benda ini, huh..”

ucap aventurine untuk dirinya sendiri, sembari mengeluarkan sebuah tembakan berukuran sedang milik nya pribadi. karena ini peraturan atasan, mau tidak mau. tembakan harus turun tangan. topaz pun mengaku jika ia memegang nya juga, dan akan membawa nya saat pengecekan tempat jamuan berlangsung.

baru ingin berangkat, aventurine seketika tersadar. mobil nya kan berada di parkiran kantor ratio.. ah sial! meminta topaz untuk jemput, tetapi chat aventurine semalam saja masih centang satu.. bagaimana ini.

di tengah-tengah bimbang, tiba-tiba satu notif masuk ke dalam ponsel aventurine, terlihat sebuah nama dan icon love di namanya. siapa lagi kan?

Dr. Veritas ♡

:aku sudah di depan apartemen mu.
:tidak ada penolakan, cukup kesini dahulu.

aventurine menghela nafas gugup, cobaan apa lagi. ya aeon. sudah cukup permainan ratio ini. aventurine pun sedikit lelah.

awalnya perasaan ragu terus merajalela pada aventurine, tetapi ujung-ujungnya ia melihat waktu. bisa telat jika ia menunggu topaz, mau tidak mau ia segera ke bawah. dan menemui ratio di bawah.

seperti anak kecil kebingungan, aventurine keluar apartemen. seraya berusaha mencari keberadaan mobil sang empu, mana? katanya di depan.. aventurine hampir ingin menangis, seperti anak hilang.

“aku disini.”

sontak aventurine terkejut, ia menoleh cepat. ratio sudah berdiri tegap di hadapan aventurine. ia sendiri pun sudah rapih dengan pakaian khas yang sering terlihat untuk baju formal nya.

bahu yang lebar nan lengan penuh otot itu, terpampang begitu saja. aduh sedikit gatal sih ingin menggoda nya, tetapi.. ia masih teringat perihal kejadian semalam.

“a-ah.. ayo jalan, nanti aku telat.”

baru saja ia melangkah melewati ratio, tiba-tiba pergelangan tangan aventurine ditahan. ia berbalik, saling menatap dengan perasaan bimbang.

“aku ingin berbicara sebentar, tetapi tidak di sini.”

cukup beberapa detik berlalu, sang empu baru merespon ratio yang berada di hadapan nya persis.

“bicara apa? perihal ‘teman sejati’ itu kah?”

“aku tak butuh penjelasanmu, cukup antarkan ku ke tempat lokasi saja, bisa?”

THE DICE {RATIORINE} *LATE UPTADE*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang