"Ada kisah kasih yang tak pernah aku lupakan, sebuah kisah cinta remaja yang berkesan."
"Siapa juga yang iri," Padahal dalam lubuk hatinya yang paling dalam dia memang cemburu. "Udah cepet turun, dipanggil Bang Marcel tuh disuruh bantuin." Ucap Cakra ketus.
Tanpa menjawab, Luna dan Jefri bergegas turun untuk membantu teman-temannya. Yah, memang sekarang mereka sedang mengadakan acara ulang tahun pernikahan Haikala dan Kara, walaupun cuma kecil-kecilan dan hanya mengundang teman sejiwa.
"Dari mana aja kalian dicariin dari tadi kok nggak ada?" Tanya Haikala kepada Luna dan Jefri.
"Pacaran mereka bang, di balkon." Teriak Cakra, yang ditanya siapa yang menjawab siapa.
"Dih, sok asik lo anjing." Itu Jefri, tidak terima saja dia dibilang pacaran sama Luna. Padahal kan mereka tau kalau Jefri juga masih mengejar-ngejar Zelline, mana mungkin tiba-tiba bisa berhubungan sama Luna.
"Lah kalo nggak pacaran ngapain lo peluk-peluk Luna, tolol."
"Luna nangis tadi, yakali cewe cantik nangis dibiarin aja."
"Itu mah modus lo aja kali Jep, biar bisa peluk Luna." Sekarang Jeremy yang bersuara.
"Ah, udahlah percuma juga kalo harus ngejelasin sama orang bego."
"Jangan ada yang berani macem-macem ke Luna atau lo berurusan sama gue." Ucap Rendra yang sedari tadi hanya menyimak karena sedang membantu Kara menyiapkan bumbu-bumbu untuk memarinasi ayam.
"Iya iya elah, lagian cuma peluk karena dia nangis kok nggak lebih." Jawab Jefri.
"Loh, nggak ada yang tau kalo tiba-tiba lo birahi pas lagi pelukan ditempat sepi gimana?" Ledek Jevan.
"Itu kan lo, bang. Gue mah nggak segitunya, nggak kaya lo yang kalo sepi dikit langsung sikat."
"Lo semua kalo mulutnya berisik gue bunuh satu-satu ya!" Lagian tidak sopan sekali mereka membicarakan hal seperti itu didepan orang sealim Rendra.
***
Senja sudah berganti menjadi gelap yang disambut cahaya bulan dan gemerlap bintang. Di Langit malam ini sedikit kelihatan lebih indah dari malam-malam sebelumnya. Padahal, tidak begitu terang, juga tidak begitu banyak. Hanya ada beberapa, itupun harus dilihat setelah mematikan beberapa lampu yang ada. Pukul 7 malam, api unggun dinyalakan. Tapi benar, kelihatan lebih indah. Mungkin karena dinikmati bersama-sama.Dihalaman rumah Haikala yang cukup luas malam ini dijadikan tempat mereka berkumpul. Semua teman sejiwa, Kara, Miko, dan Luna tentunya.
Dihadapan api unggun, Luna bisa merasakan kehangatan menyelimuti tubuhnya. Berisik, suara tawa terdengar begitu ramai, mereka bercanda bersama. Tapi diantara mereka semua hanya Luna yang tidak mengatakan apapun, hanya menyimak pembicaraan dan ikut tertawa jika menurutnya ada yang lucu. Lantas dalam kebisuannya sendiri, tangannya sibuk memotong cabai. Luna hanya berniat membantu Kara agar merasa dirinya berguna.
"Aww! Tanganku." Teriak Luna.
"Kenapa, Lun?" Tanya Kara.
"Tanganku kena pisau."
"Gue bilang apa? Luna itu nggak bisa masak." Ucap Cakra yang sudah disebelah Kara untuk melihat tangan Luna.
Sebenarnya jika harus memasak, Luna adalah orang terbodoh setelah Jefri dan Marcel. Tapi daripada dia cuma melihat-lihat seperti orang dongo, jadi Luna berinisiatif membantu.
"Cakra jahat!" Ucap Luna yang sudah menangis.
"Kok jadi gue sih."
"Udah, Cakra. Sana kamu bantuin yang lain aja daripada ngeledekin Luna terus." Ucap Rendra yang tidak mau mereka berantem lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Itu Sakit
RomansaLuna adalah orang yang terlalu lama menyimpan cintanya yang usang untuk mengendap begitu dalam di dasar hatinya, sibuk menyelami perih yang tak seharusnya. Sedangkan Cakra adalah orang yang terus menggali dengan sekuat tenaga untuk menemukan cinta u...