~ BAB LAPAN ~

1.3K 62 8
                                    

  ⋆

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

⋆.˚ ᡣ𐭩 .𖥔˚

Emir sibuk memeriksa dokumen-dokumen yang ia terima pagi tadi. Langsung tidak hiraukan apa-apa yang mengganggunya. Hanya setiausahanya dan pekerja yang berurusan dengannya sahaja yang ia layan. Setelah mereka keluar, dia kembali menyibukkan diri dengan fail-fail itu.

Ting!

Bunyi notifikasi telefonnya itu menandakan ada pesan yang masuk. Namun lelaki itu tetap menghiraukannya.

Ting!

Ting!

Ting!

Semakin gencar bunyi itu kedengaran membuatkan Emir menghentikan gerakan jarinya menyelak lembaran kertas dihadapannya. Ia mencapai telefon pintarnya lalu membuka pesanan yang ia terima itu.

NADRA
Abang.
Raees.
Cikgu dia kata ada masalah dekat playschool dia.
SENT A PICTURE

Emir terkejut melihat gambar yang dihantar oleh isterinya. Gambar yang menunjukkan dahi puteranya yang luka dan hidung yang disumbat kapas yang tampak kesan darah.

Tanpa membuang masa, Emir terus mencapai barang-barangnya dan keluar dari pejabatnya.

"Danial, I ada emergency. Apa-apa inform I balik. Any appointment petang ni cancel,"

Emir terus bergegas meninggalkan pejabat setelah mengatakan hal tersebut kepada setiausahanya itu.

⋆.˚ ᡣ𐭩 .𖥔˚

Emir memandu secepat yang ia mampu ke playschool Raees. Rasa seperti jantungnya hendak tercabut melihat keadaan puteranya itu. Sesampainya disana, Emir terus bergegas menuju ke ruang guru dimana isteri dan anaknya berada.

Emir berhenti di daun pintu.

Matanya memandang tepat ke arah sosok yang sedang berlutut dihadapan pasangan ibu bapa yang jelas menunjukkan raut tidak puas hati.

"Dato', Datin, saya betul-betul minta maaf,"suara Nadra jelas di indera pendengaran Emir.

"Maaf? Hello, anak I patah gigi dengan pipi bengkak anak you buat. You minta maaf je? Also, you tak ajar ke anak you untuk sebut minta maaf bila buat salah? Mak jenis apa you ni"tengking Datin Sophie.

Nadra hanya menunduk. Lalu memandang Raees yang berdiri di sampingnya. Anak lelaki itu hanya menunduk.

Emir melihat kejadian itu. Ia menghela nafas.

"Apa yang both of you want to settle this, Dato' Musa, Datin Sophie?" Emir bersuara memecah hening dan hawa dingin yang terasa di ruang itu. Guru-guru yang dipertanggungjawabkan untuk memerhati kanak-kanak di playschool itu dan pemilik playschool memandang Emir yang berjalan mendekati Nadra dan Raees. Matanya menatap ke arah puteranya yang hanya menunduk itu.

INVISIBLE STRINGWhere stories live. Discover now