8

87 12 0
                                    


Yesica baru saja kembali dari kantin rumah sakit, ia disana cukup lama hingga begitu ia kembali ia langsung di berikan tatapan super tajam dari Al, Yesica sendiri tidak memperdulikan itu.

"Lo bisa berdiri?" Tanya Yesica dengan raut wajah khawatir.

"Eh?" Bingung Al yang langsung mencoba untuk berdiri.

"Bisa, kenapa emang?" Tanya Al bingung, ia sedang di Landa bingung sekarang, kenapa Eci tiba tiba menanyakan dirinya bisa berdiri atau tidak.

"Coba jalan" pinta Yesica.

Dengan patuh Al melakukan semua yang Yesica pinta, Al berjalan selangkah semi selangkah tidak lupa ia juga menarik tiang infusan agar infusan di tangannya tidak lepas.

"Oke bagus, gua mau tidur" ucap Yesica merasa puas.

Tanpa tau malu, yesica tidur begitu saja di tempat tidur untuk pasien sementara Al yang merasa dirinya baru saja di bodohi hanya bisa tertawa masam.

Al berjalan mendekati Yesica yang sedang tertidur pulas, tangannya yang sedang di infus mengusap wajah Yesica dengan lembut, dengan sesekali menggeser rambut rambut yang menutupi wajah Yesica.

"Cantik" gumamnya mengagumi wajah tenang Yesica ketika tidur.

Tidak mau mengganggu tidur cantik Yesica Al memutuskan untuk duduk.

Ceklek..

"Selamat siang tuan" sapa Jhon dengan menatap aneh ke arah tuannya.

Tuan mudanya ini sedang sakit tapi justru ada orang lain yang sedang tidur dengan pulas nya di tempat yang seharusnya tuannya tidur.

"Tuan dia?" Tanya Jhon.

"Gadisku Jhon" jelas Al.

Jhon mengangguk tanpa mempertanyakan hal hal lain, karena bisa di bilang gadis yang sedang tidur saat ini adalah gadis pertama yang di akui oleh tuan mudanya sebagai gadisnya, karena biasanya para wanitalah yang mengaku sebagai kekasih tuan mudanya.

"Jadi ada apa kamu kesini?" Tanya Al dengan sedikit berbisik karena tidak mau membangunkan Yesica.

"Tuan besar sekali lagi meminta anda untuk mulai belajar memegang kendali perusahaan di cabang kota ini" jelas Jhon yang ikut mengecilkan volume berbicaranya.

"Karena ini hari bahagiaku, ya aku setuju Minggu depan akan mulai memegang kendali" Al menatap Jhon dengan serius.

Ya kali ini ia tidak akan main main, karena ini adalah hari bahagianya maka dari itu ia tidak mau mengacaukan hari ini, meski Al tidak mau memegang kendali, akan ia lakukan demi mencegah suasana hatinya agar tidak berubah menjadi buruk dan berakhir merusak momen bahagianya.

Al sangat sangat senang di jenguk oleh Yesica, karena Yesica sudah menarik perhatiannya, mencairkan hatinya yang sudah lama membeku, dan meyakinkan dirinya jika ia masih pria normal.

.
.
.

"Perfect" gumam Yesica begitu melihat pantulan dirinya di dalam cermin, dengan balutan seragam dan rambut pendeknya yang berwarna cokelat.

Kemarin malam sebelum pulang ke rumah Yesica menyempatkan diri untuk pergi ke salon dan mewarnai rambutnya, karena rambutnya di dunianya berwarna cokelat, dan tentu saja Yesica pergi ke salon dengan gratis karena Al yang membayar semuanya.

Yesica tidak menolak sama sekali, toh memang dia tidak memberikan bantuan kepada Al secara gratis, singkatnya Yesica merasa bantuannya dan Al yang membayarkannya ke salon itu sepadan.

Ceklek..

Kring... Kring...

Baru saja Yesica keluar dari kamarnya dan mengunci kamarnya tiba tiba ponselnya berdering, bukan bukan ponsel milik Yeseline melainkan ponsel miliknya yang ia beli sebelum pulang juga, bedanya ia membeli ponsel ini dengan uang sendiri tidak dengan uang Al.

Ralat uang Yeseline.

"Oke" balas Yesica kemudian mematikan sambungan telponnya.

"Sarapan dulu nak" ajak Mami begitu melihat Yesica lewat.

Yesica menatap mereka sekilas, kemudian mengalihkan pandanganya dan pergi begitu saja, ya di hari kedua dirinya berada di kediaman yeseline, Yesica masih menganggap mereka orang asing, toh memang benar adanya.

Ia berjalan dengan santainya ke luar rumah Solah tidak terjadi apa apa, entah memang Yesica yang tidak peduli, atau memang Yesica yang malas berurusan dengan keluarga Yeseline yang menurutnya terlalu menyebalkan.

Ya mengacuhkan Yeseline hanya karena mementingkan kedua anaknya yang lain, bukankah itu tindakan menyebalkan?

"Hai" sapa Al dengan membuka jendela mobilnya dan tersenyum manis.

"Hai" balas Yesica yang langsung masuk kedalam mobil Al.

Hening.

Selama perjalanan menuju sekolah mobil yang Al kendarai di Landa keheningan, mungkin karena Al yang tipe orang selalu mati topik tapi kebeningan seperti itu kurang Yesica sukai.

"Bye the way al, siapa nama lengkap Lo" tanya Yesica, karena ia tidak mau berurusan dengan karakter novel, sudah cukup dirinya yang menjadi karakter sampingan tidak lagi, ia tidak mau berurusan dengan kisah percintaan yang konyol.

"Aldwin Griffin" jawab Al dengan pandangan lurus kedepan tanpa menoleh ke arah yesica.

Bruk..

Yesica tanpa sengaja menjatuhkan ponselnya begitu mendengar nama lengkap Al, nama lengkap Al ternyata aldwin Griffin atau si tokoh antagonis.

"Sorry" ucap Yesica dengan canggung kemudian langsung mengambil ponselnya.

"Santai aja" ucap Al dengan tersenyum, tadinya Al hendak membantu Yesica untuk mengambilkan ponselnya namun sudah lebih dulu Yesica ambil.

"Makasih ya" Yesica berbicara sambil tersenyum puas karena gerbang sekolah sudah di depan mata.

Al menghentikan mobilnya di parkiran, mereka berdua datang sangat pagi itu pun atas permintaan Yesica agar dirinya tidak menjadi pusat perhatian tidak bermutu.

Yesica turun dari mobil Al kemudian pergi berlalu tanpa melihat keadaan Al selanjutnya, karena mulai detik ini ia harus menjauhi Al juga, baginya hanya Vincent yang aman untuk di ajak berteman.

chaos Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang