16

59 8 0
                                    


Yesica dan Casper baru saja sampai di rumah, mereka pulang cepat karena kejar kejaran tadi, jika tidak ada polisi sudah di pastikan mereka masih berada di arena hingga kini.

"Makasih buat tadi" Casper berbicara sambil menunduk.

Yesica tidak menanggapinya, ia langsung pergi begitu saja meninggalkan Casper yang masih diam di tempat.

"Lo berubah" gumam Casper melihat kepergian yesica.

Begitu sampai di dalam rumah, seperti biasa Yesica langsung berjalan menuju kamarnya dan kembali mengunci diri.

"Kalian pulang bareng?" Tanya papi.

"Kebetulan aja ketemu, jadi Casper nebeng" jelas Casper.

"Udah minta maaf?" Tanya mami.

"Lupa"

.
.
.

Brak...

Prang...

"Menjalankan tugas mudah saja tidak bisa, sebenarnya apa yang kalian kerjakan? Apa kalian tidak melaksanakan tugas yang sudah aku perintahkan?" Kesalnya dengan melempar semua barang barang yang berada di dekatnya.

Bisa di bilang kini ruangan yang pria itu tempati sudah benar benar hancur berantakan, banyak pecahan pecahan vas yang tersebar dimana mana, bahkan keadaan meja kerja saja sudah terbalik.

"Maaf tuan muda" salah satu kepercayaan orang itu.

"Pantau dia, jangan sampai lengah" ucapnya.

"Dia yang sudah mengulurkan tangannya untukku, menarik ku dari ambang hidup dan mati, maka dia harus bertanggung jawab" ucapnya dengan menatap jendela.

"Aku tidak mau kejadian seperti tadi terulang" ucapnya kemudian pergi begitu saja.

......

Hacim...

"Siapa nih yang ngomongin princess"

"Oh astaga princess lupa mengabari babu jika princes sudah sampai di rumah"

Dengan segera Yesica mengambil ponselnya untuk mengirimkan pesan text kepada Vincent, namun sebuah notifikasi asing lebih dulu menarik perhatiannya.

Tanpa menunggu Yesica langsung membaca pesan misterius itu terlebih dulu, kedua matanya menatap ponsel dengan fokus, sangat fokus ia bahkan berkali kali membaca text tersebut.

Hingga semudah senyuman manis terbit di bibirnya, senyuman manis yang sudah lama tidak terlihat, manis bukan berarti baik, ya itu lah yang mendeskripsikan Yesica saat ini.

"Gak sabar nunggu hari itu" gumamnya bahagia, saking bahagianya ia sampai berguling guling di tempat tidurnya.

Tok..

Tok..

Tok...

Sayang sekali kebahagiannya harus terhenti karena ketukan pada pintu kamarnya, membuat Yesica harus membuka pintu tersebut meski sebenarnya tidak mau.

"Ya?" Tanya Yesica setelah pintu kamar terbuka.

Dapat Yesica lihat jika seseorang yang baru saja mengetuk pintu tersebut adalah ayahnya, ralat ayah eh papi Yeseline.

"Ayo kumpul ada yang mau kita bahas" ajaknya.

Tanpa menjawab seharusnya papi Yeseline ini tau apa jawaban yang akan keluar dari mulut Yesica, itu sudah terlihat jelas dari raut wajah bosannya.

"Bahas apa?" Tanyanya.

"Kumpul dulu aja" paksa papi Yeseline.

Dengan langkah gelontai dan terkesan ogah ogahan Yesica mengikuti papi Yeseline dari bekalang, hingga mereka sampai di ruang keluarga, Yesica langsung duduk di sofa singgel, dan menatap keluarga Yeseline satu persatu.

"Jadi?" Tanya Yesica yang tidak ingin berbasa basi.

"Ini soal pertunangan kamu dan alstar, setelah banyaknya perbincangan dari dua keluarga, sudah di simpulkan bahwa, pertunangan kalian tidak bisa di putuskan sepihak kecuali para tetua yang sudah sepakat terdahulu meninggal" jelas papi.

"Oh, udah kan?" Tanya Yesica kemudian berdiri dari duduknya.

"Kamu biasa aja?" Tanya mami.

"Terus aku harus apa? Nangis mohon mohon buat di batalin? Atau pargoy? Orang dulu waktu tunangan aja aku gak setuju tetap di lakukan kan? Aku udah bilang waktu itu aku punya pacar, aku mohon mohon buat gak di lanjutin tapi tetap aja, Jadi keputusanku sebenernya gak pening" ucapan Yesica membuat kedua orang tua yeseline tertohok.

Memang benar adanya, dari ponsel milik yeseline, Yesica mengetahui satu fakta jika Yeseline tidak menerima pertunangan ini karena sudah memiliki kekasih, namun pertunangan ini tetap berjalan.

Melihat reaksi kedua orang tua yeseline yang tampak menyesal, membuat Yesica tertawa sarkas.

"Ayolah jangan tiba tiba jadi orang yang gak enakan gitu, toh dari dulu posisi aku emang gak dapet keadilan, santai aja kali, kaya baru pertama kali aja lakuin ini ke aku"

"Karena kaya yang aku bilang kemarin, ayo kita hidup masing masing" ucap Yesica dengan menekan setiap kata kata nya.

Setelah mengatakan itu, Yesica langsung kembali ke kamar, ia berjalan dengan santai seolah memang ia sudah tidak peduli dengan semuanya, padahal di dalam hatinya sudah tersusun ribuan nama hewan yang ingin ia absen satu satu.

Yeseline benar benar tidak mendapat keadilan, sudah di selingkuhi, tidak di pedulikan dan kini harus bertahan dengan hubungan pertunangan yang toxic seperti ini, jujur saja perjalanan hidup Yeseline sungguh membuat mental Yesica break dance.

Ceklek.

Yesica memasuki kamarnya dan kembali menguncinya, kembali merebahkan tubuhnya dan mulai membuka ponselnya, ia kan mengirimkan pesan text yang tertunda tadi.

"Vin, ada waktu? Ayo kita ketemu" ajak Yesica melalui voice note.

.....

Disinilah yesica berada di sebuah taman komplek yang sudah sepi, bagaimana tidak sepi saat ini sudah pukul 11 malam dan Yesica sedang asik berayun di salah satu ayunan yang ada disana.

"Hai" sapa Vincent yang ikut duduk di sebelah ayunan Yesica.

"Kenapa?" Tanya Vincent, Vincent bisa langsung menebak apa yang sedang terjadi pada Yesica dalam sekali lihat saja.

"Gimana caranya ngebunuh tanpa menyentuh?" Gumam Yesica yang tentu saja di dengar oleh Vincent.

"Hus jangan sembarangan ah kalo ngomong serem tau, kenapa sih kalo ada apa apa cerita kita kan bestie" Vincent kini berjongkok di hadapan yesica.

"Keluarga gua sama keluarga si bajingan itu gak mutusin pertunangan, gila banget gak sih? Kok bisa gitu padahal anaknya udah ketauan selingkuh, tapi keluarganya tetep kekeh buat lanjutin pertunangannya, katanya pertunangan ini gak bisa batal kecuali tetua yang ngusulin pertunangan ini meninggal, dan tetuanya itu kakeknya si bajingan gila banget gak sih" kesal yesica.

"Bukan cuma itu, keluarga gua juga sama sekali gak kasih pembelaan buat gua, gua Korba astaga kok bisa ya dengan gampangnya mereka bilang lanjutin aja, kok mereka gak mikir kalo posisi gua ada di mereka gimana"

"Sabar ya" Vincent mengusap kedua bahu yesica dengan lembut.

"Tanpa Lo kasih tau juga gua udah sabar, kalo gak sabar gua udah lempar nuklir rumahnya si bajingan" kekesalan Yesica benar benar meledak ledak.

Kenapa mereka berdua sadari seseorang mendengarkan semua percakapan mereka, Bahakan seseorang itu juga mencatat point point penting yang mungkin akan berguna nanti.



.
.
.

Bye bye bye...

chaos Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang