20

59 8 0
                                    


Yesica baru saja berhenti dari tangisannya, saat ini ia sedang memakan ice cream yang baru saja di belikan Dixon, masih dengan nafasnya yang belum teratur yesica makan ice cream dengan nafas yang tersedat sedat.

Sementara Dixon menatapnya dengan lekat dan sesekali tersenyum.

"Habis" ucap yesica dengan memperlihatkan sicknya kepada Dixon.

"Mau lagi?" Tanya Dixon.

Yesica menggelengkan kepalanya, kemudian bersandar di bahu Dixon, menutup kedua matanya dengan berharap jika ini bukan mimpi, meski benar adanya.

Dixon merasakan berat di bahunya, ia menoleh untuk memastikan yesica, dan dapat ia lihat yesica yang sedang tertidur pulas, wajahnya sangat damai membuat Dixon tidak tega untuk membangunkannya.

Dengan perlahan Dixon menyandarkan yesica ke sandaran kursi, kemudian ia berjongkok di dekat kursi dan memposisikan dirinya untuk menggendong yesica.

Setelah berhasil Dixon membawa yesica ke apartemen nya agar yesica bisa tidur lebih nyaman, beberapa orang memperhatikan mereka berdua, lebih tepatnya Dixon yang menggendong yesica dalam keadaan tidur.

.
.
.

"Berikan dia kejutan agar dia paham siapa yang dia usik"

Seorang pria di balik kegelapan memerintahkan anak buahnya untuk memberikan sebuah "kejutan" kepada seseorang.

Tanpa menjawab sang tangan kanan mengangguk lalu meninggalkan pria tersebut sendirian.

.
.
.

"Apa?" Kaget mami yeseline yang baru saja mendapatkan kabar perkelahian antara yesica dan Alstar, ralat lebih tepatnya Alstar yang memukuli yesica kemudian yesica balas dengan setimpal.

"Jadi itu alasan line pulang dalam keadaan banyak lebam?" Mami menatap tak percaya ke arah Casper.

"Kenapa kamu diem aja liatin kakak kamu dipukulin?" Tanya Abang.

Casper diam saja tidak bisa menjawab.

"Oh karena yang mukulin temen Lo, gua lupa kalo kalian sama sama gak waras" ucapnya lalu pergi begitu saja.

Mami menatap Casper dengan tatapan seakan akan bertanya tanya.

"Maaf mi" cicitnya.

"Maaf kamu gak ngerubah apa apa sekarang, minta maaf sama yeseline"

Ceklek...

Yesica baru saja pulang setelah menghabiskan banyak waktu dengan Dixon atau kakak kandungnya di dunia lama.

Awalnya Dixon melarang Yesica untuk kembali ke keluarga Yeseline, tapi yesica menolak dengan alasan ia takut jika keluarga yesica mengetahui jika yeseline yang asli sudah tiada.

Setelah banyaknya bujuk rayu yang yesica berikan untuk Dixon akhirnya yesica di perbolehkan untuk pulang.

"Kamu gak apa apa line?" Tanya Abang.

Yesica menatap si anak pertama itu dengan bingung.

"Menurut Lo?" Ketus yesica kemudian beranjak pergi dari sana.

"Maaf line" ucap Casper tiba tiba membuat langkah yeseline terhenti.

Yeseline berbalik menatap Casper dengan bingung.

"Maaf buat?" Tanya yeseline.

"Buat yang tadi karena aku gak nolong kamu tadi" jawab Casper, jika di depan kedua orang tua mereka Casper terkadang mengganti gaya bahasanya.

"Buat yang mana? Ini? Ini? Ini? Apa ini?" Tanya Yeseline dengan menunjuk semua luka yang ia dapatkan.

Melihat itu Casper terdiam, ia sangat malu untuk menjawab.

"Oh yang ini ya?" Yesica mengacungkan jari tengahnya yang patah ke arah Casper dengan wajah culas, kemudian pergi begitu saja.

Di dalam kamar yesica menatap cermin dengan tatapan kesal.

"Yeseline kalo Lo bener bener udah mati, seenggaknya muncul dalam wujud hantu dong" pinta yesica pada pantulan dirinya di cermin.

"Atau dateng ke mimpi kek, gua pengen balik ke kehidupan lama gua"

"Gua tau ini cuma dunia fiksi tapi seenggaknya jangan wujudin Abang gua dong, karena jujur aja sebenernya gua seneng liat dia dan akhirnya gua serakah gua gak mau kehilangan dia, makanya seenggaknya kasih tau gua gimana caranya buat balik, biar gua gak jadi manusia serakah"

"Lo tau kalo gua serakah gua bisa khilaf dan bisa ngelakuin apa aja buat wujudin itu" ancamnya masih kepada pantulan dirinya di cermin.

Singkat, padat seperti odgj.

.....

Alstar baru saja siuman, ia menatap langit langit kamar rumah sakit yang ia tempati dengan bingung, kemudian ia melihat ke sekeliling yang mana ada teman temannya datang untuk menjenguk.

"Sadar juga lo?" Sarkas Matthew salah satu teman Alstar selain Casper, Roger dan Steve.

"Gua?" Bingung Alstar.

"Lo dihajar abis abisan sama yeseline, tapi jujur gua di pihak yeseline" kini bergantian Roger yang berbicara dengan sarkas.

"Yeseline sendiri yang bully Minna, kalau sampe sekali lagi Minna ngadu dia abis di bully yeseline jangan harap dia bisa lepas dari gua" Alstar mengepalkan tangannya dengan erat, urat urat emosi terlihat jelas di area leher dan keningnya.

"Oh ya, yeseline bilang, kapanpun Lo siap dia tunggu Lo di ring" Casper menyampaikan apa yang yeseline bilang padanya.

"Cih anak manja kaya dia? Nantangin?" Remeh Alstar.

"Ya anak manja kaya dia yang udah bikin Lo sekarat disini" timpal Roger.

"Star, kita temenan, tapi kalo Lo masih ringan tangan jangan harap gua mau berteman lagi sama Lo"  Matthew menatap Alstar dengan tajam.

"Lo?" Alstar menatap tak percaya.

"Lo kok segitunya cuma gara gara dia?"

"Karena gua tau gimana rasanya di posisi dia, asal Lo tau, Minna itu tunangan gua" kesal Roger.

Hening.

Keadaan ruangan itu sangat hening begitu mendengar kabar jika Roger sebenarnya tunangan dari minna.

"Terus kenapa Lo biarin dia Deket Deket gua? Lo gak bisa jadi idaman dia?" Cemooh Alstar.

"Nggak kok, awalnya gua gak terima itu, sampe akhirnya dua tahun berlalu gua mulai sadar akan sesuatu" ucapnya dengan menggantung.

"Apa?" Tanya Alstar.

"Lo sama Minna itu cocok" Roger berbicara sambil tersenyum.

.
.
.

Bye bye bye....


chaos Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang