19

62 8 0
                                    


Yesica baru saja sampai di rumah Yeseline, setelah memarkirkan mobilnya ia langsung masuk masih dengan keadaan kacau karena Yesica memang tidak mampir ke rumah sakit.

Wajahnya di penuhi lebam, begitupun dengan hidung, sudut bibir dan kening yang berdarah, jangan lupakan luka di tangannya yang masih meneteskan darah karena sedari tadi di pakai untuk menggenggam stir.

"Astaga line?" Panik mami yang langsung menghadang Yesica dan memegang kedua bahunya menatapnya penuh khawatir.

"Kenapa, apa yang terjadi sama kamu" panik mami, bukannya senang Yesica justru malah risih di beri banyak pertanyaan mungkin karena mood nya juga yang kacau karena Alstar tadi.

Yesica menatap wajah mami dengan datar dan tajam.

"O..oh" gugup mami dengan melepaskan genggaman tangannya dari bahu yesica.

Melihat mami Yeseline sudah melepas genggamannya Yesica langsung pergi berlalu begitu saja.

Dengan panik mami Yeseline langsung mengambil ponselnya untuk menghubungi sang suami, sementara di dalam kamar yesica sedang sibuk membersihkan luka lukanya.

Luka yang ia miliki di tangan sudah di lapisi dengan kasa, sementara luka di kening ia biarkan begitu saja toh tidak terlalu besar dan tidak mengeluarkan darah lagi.

Setelah dirasa cukup Yesica mulai merebahkan tubuhnya di tempat tidur dan menatap langit langit.

"Alstar bajingan, padahal dia tokoh utama pria" gumamnya.

"Ah dia" seakan teringat sesuatu Yesica mengeluarkan ponselnya dan mencari nomor  pamannya, atau yang sudah ia sebut sebagai Daddy karena permintaan dan sedikit paksaan dari adik sang ayah.

"Halo dad?"

.
.
.

"Gimana ini pi, semuanya salah Alstar" mami Alstar menatap Alstar dengan berkaca kaca.

Kini Alstar dan keluarganya berada di salah satu rumah sakit karena Alstar yang di bawa ke rumah sakit oleh teman temannya dan satu guru, tadi seluruh guru di buat terkejut saat mendengar perkelahian Alstar dan Yesica.

Dengan cepat Richmond menjelaskan semuanya tanpa ia tutup tutupi, tak lupa Richmond juga meminta para guru untuk memeriksa cctv, dan semua guru lagi lagi di buat terkejut kelakuan mina.

Setalah itu kedua orang tua Mina dan Alstar di panggil dan guru guru menjelaskan apa alasan mereka di panggil tadi.

Dan seperti inilah sekarang, kedua orang tua Alstar menatap kecewa putra satu satunya mereka itu, setelah mendengar penjelasan dari guru kedua orang tua Alstar langsung pergi menuju rumah sakit.

Gerp...

Papi Alstar memeluk mami Alstar dan mengusap pucuk kepalanya dengan lembut.

"Nanti kita sama sama ke rumah Yeseline dan minta maaf, setelah itu kita bujuk para tetua biar mau putusin perjodohan mereka"

Mami Alstar mengangguk setuju meski di dalam hatinya ia merasakan sakit yang luar biasa, ia tidak menyangka anak yang ia besarkan dengan penuh kelembutan tega memukuli seorang perempuan dengan brutal seperti memukuli seorang pria.

..

Kembali kepada Yesica yang saat ini sedang berada di taman dekat rumah sakit karena ia merasa jika ada satu jarinya yang masih terus sakit meski sudah di obati, jadi ia memutuskan untuk pergi ke rumah sakit, dan benar saja ternyata ada salah satu jarinya yang patah.

Tuk..

Kepala yesica di ketuk oleh minuman botol, yesica menolehkan kepalanya untuk melihat siapa yang sudah melakukan itu kepadanya.

"Hlai" sapanya.

Yesica menatap orang itu dengan datar kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Gua kenal satu orang yang kalo suka di usik dia bakal bales semampu dia, tapi kalo udah habis kesabarannya bakal dia ajak ke ring" ucap Dixon yang kini sudah duduk tepat di samping yesica.

"Siapa Lo?" Ketus yesica dengan menatap Dixon penuh curiga, karena semua yang Dixon katakan adalah dirinya di dunia nyata.

"Hahah, gua kira Lo bakal langsung ngeh kalo itu gua eci" Dixon tertawa gemas dan mengacak acak rambut yesica.

"Ayo inget inget lagi siapa gua" ucapnya dengan mengusap lembut pipi yesica menggunakan jari telunjuknya, kemudian mencubit hidung yesica.

Deg ...

Secara tiba tiba air mata yesica menetes begitu saja.

"Bang ris?" Lirihnya dengan air mata yang terus mengalir.

Dixon mengangguk kedua matanya juga ikut berkaca kaca, dan langsung memeluk yesica dengan erat, begitupun yesica yang membalas pelukan tersebut tidak kalah erat.

Emris atau ris adalah kakak laki laki yesica di dunia nyata, emris meninggal ketika yesica menginjak masa masa junior high school itu yang membuat yesica menjadi murid yang sangat nakal dan tidak bisa di atur, padahal saat masih ada emris kenakalan yesica masih bisa di atur.

Dixon melepaskan pelukan mereka, yesica menatapnya dengan lekat, ia takut jika ini semua hanyalah mimpi.

Mengerti tatapan adiknya, Dixon atau emris terkekeh kemudian meraup wajah yesica di tangannya dan mengusap pelan semua lebam lebam yang ada di wajah adiknya.

"Sakit ya"

Yesica mengangguk, kemudian menunjukkan jari tangannya yang patah.

Cup..

Dengan penuh kelembutan Dixon mencium punggung tangan yesica.

"Cepat sembuh ya" gumamnya dengan menatap jari yesica.

Hal tersebut sudah biasa di lakukan oleh Dixon jika yesica terluka.

Yesica menahan bibirnya karena kedua matanya sudah berkaca kaca kembali, ia merindukan kakaknya, sangat sangat merindukannya.

"Udah dong jangan nangis, eci itu cantik, kalo nangis nanti cantiknya ilang"

Bukannya berhenti tangisan yesica justru semakin kencang.

Grep..

Dixon memeluk yesica lagi.

"Semua orang disini jahat, eci cape, eci gak salah apa apa di tampar, di pukul semuanya jahat" adunya dengan menangis tersedu sedu.

"Biar nanti Abang yang bales ya, karena mereka udah bikin adik Abang nangis"


.
.
.

Bye bye bye....

chaos Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang