11

74 9 0
                                    


Kini yesica sedang rebahan di kamarnya dengan nuansa gelap yang mendominasi, ia tidak membuka jendela dan gorden di kamarnya, nuansa kamar yang gelap membuat Yesica nyaman belum lagi suhu diring di kamarnya semakin membuat Yesica malas untuk melakukan kegiatan.

Setelah pulang sekolah tadi, ia tidak melihat ada orang di rumah ini, tapi ia tidak peduli, Yesica memasuki kamarnya kemudian mengganti bajunya dan seperti inilah sekarang.

Namun sayang rasa nyamannya di hancurkan oleh rasa lapar di perutnya, Yesica melirik lemari tempat ia menyimpan makanan ringan yang ternyata sudah kosong tanda tidak ada apa apa dan mau tak mau ia harus keluar kamar baru ia berbelanja makanan ringan.

Dengan rasa malas Yesica keluar dari kamarnya kemudian menguncinya seperti biasa dan berjalan menuju dapur lebih tepatnya meja makan, ia tidak melihat ada makanan untuk di makan, hanya ada nasi yang kelihatannya baru matang beberapa jam yang lalu.

Yesica mengambil beberapa centong nasi untuk ia masak, rencananya ia akan membuat nasi goreng untuk dirinya sendiri, dengan telaten Yesica mulai memecahkan telur dan mengaduknya secara acak kemudian memasukkan nasi dan beberapa bahan penyedap lainnya.

"Widih berguna juga lo, bagi dong gua laper'" entah sejak kapan tiba tiba Casper ada di belakangnya.

Dengan tatapan datar Yesica menoleh ke belakang ternyata tidak hanya ada Casper disana tapi ada teman temannya yang lain, mereka semua juga menatap Yesica dengan terkejut.

Karena setau mereka Yesica sangat manja hingga membedakan garam dan gula saja tidak bisa, dan kali ini mereka di kejutkan dengan Yesica yang berada di dapur sambil memasak.

"Gak" tolak Yesica, karena ia tidak suka berbagi apapun itu kepada siapapun.

"Ah elah, pelit amat, atau emang masakan Lo gak enak" ucap Casper.

Yesica yang memang memiliki kesabaran tipis langsung mengambil wadah berisi garam dan menumpahkan semua isinya kedalam nasi goreng yang sedang ia masak.

Semuanya yang melihat aksi Yesica di buat semakin terkejut, mereka yakin jika ada yang berbeda jadi Yesica namun mereka tidak berani mengucapkannya secara langsung.

"Makan" ucap Yesica dengan menatap datar Casper kemudian pergi begitu saja.

Melihat kepergian yesica membuat semuanya terdiam, yang awalnya terkejut kini mereka terdiam semuanya kini keyakinan mereka tentang Yesica yang berbeda sudah bulat dan benar Yesica tampang sangat membenci Casper dan Alstar, mungkin mereka juga.

....

Yesica sendiri sekarang sedang berada di salah satu supermarket untuk membeli makanan makanan ringan atau beberapa barang yang sepertinya akan ia butuhkan di kemudian hari.

"Hai" sapa seseorang yang sangat Yesica kenali.

"Hai" balas Yesica menatap Richmond.

Ya Richmond yang kini berada di hadapannya dengan tersenyum lebar sangat berbeda dengan Richmond biasanya yang tidak pernah tersenyum.

"Lagi apa Eci?" Tanyanya sekedar berbasa basi.

"Keliatannya?" Malas Yesica.

"Belanja hehe" tawa garing meluncur begitu saja.

Seakan teringat sesuatu, Richmond langsung tersenyum jahat.

"Eci Eci, kan Richi punya eci ya, gimana kalo semua yang Eci mau Richi yang bayar" ucapnya dengan penuh antusias.

Berbeda dengan yesica yang di buat merinding karena gaya bahasa yang di lakukan Richmond, mungkin Yesica tidak akan bereaksi aneh jika Vincent yang berbicara seperti ini, tapi ini Richmond seseorang yang di deskripsikan sebagai balok es berjalan jika pada novel.

Namun pada posisi sekarang Yesica tidak melihat adanya tanda tanda sosok balok es berjalan pada diri Richmond yang ada hanya pria kurang belayan juga alay.

"Boleh" jawab Yesica dengan datar.

Melihat raut wajah datar Yesica membuat wajah Richmond menggelap, tatapan Yesica menandakan dengan jelas jika Yesica tidak suka dengan gaya bahasanya tadi.

"Ayo" ajak Richmond.

Yesica dan Richmond mulai menjelajahi seisi mall, dengan Richmond yang mendorong troli sementara Yesica memasukkan apa saja yang mau ia beli, mulai dari kompor listrik hingga kompor portabel, belum lagi beberapa makanan instan dan beberapa Snack ringan, sisanya air mineral, teh dan kopi.

"Udah, tinggal bayar" ajak Yesica.

Mereka berdua mulai membayar ralat hanya Richmond yang membayar Yesica hanya memastikan apa yang kurang, karena ia tidak mau harus kembali lagi ke supermarket karena jaraknya cukup jauh.

Setelah selesai di bayar Richmond mengantarkan Yesica pulang, karena seperti biasa Yesica menggunakan taxi untuk sampai ke supermarket.

"Gak ada yang mau di beli lagi?" Tanya Richmond.

"Ada tadinya, tapi nanti aja" ucap Yesica.

"Apa?" Tanya Richmond.

"Kulkas mini" jawab Yesica ya di kamarnya tidak ada kulkas dan Yesica memang sudah memutuskan untuk membeli itu dari kemarin cuma ia tidak tau dimana ia harus beli.

"Sekarang aja, itung itung hadiah taruhan kemarin, Richmond kan punya eci, Eci bisa minta apa aja ke Richmond" ucapnya.

Yesica tampak berpikir sebentar.

"Boleh" ucapnya.

.
.
.

"Tolong sekalian bawa ke kamar ya" pinta Yesica kepada Richmond.

Yesica dan Richmond baru saja sampai di rumah Yesica setelah membeli kulkas mini tadi, Yesica membawa belanjaannya dan Richmond membawa kulkas mininya.

Di meja makan sudah ada keluarga Yesica yang melihat itu semua, tidak tidak hanya keluarga Yesica tapi teman teman Casper masih ada disana, entah apa yang mereka lakukan hingga belum pulang padahal sudah hampir gelap.

Begitu memasuki kamar yesica Richmond di buat merinding karena suhu ruangannya begitu dingin, namun yesica tampak biasa saja, karena Yesica memang menyukai udara dinging.

"Makasih" ucap Yesica dengan tersenyum tulus senyuman yang mungkin jarang ia keluarkan selama diri ya tinggal di dunia aneh ini.

"Sama sama" Richmond mengusap pucuk kepala Yesica dengan lembut.

"Gua balik dulu ya" ucap Richmond yang kini merubah kembali gaya bahasanya, karena ia sadar dengan ekspresi wajah yesica yang seakan jijik melihatnya.

"Gua anter sampe depan, kalo di ruang makan ada yang ngajak ngobrol acuhin aja"

Dengan bingung Richmond menganggukkan kepalanya dan Yesica berniat untuk mengantarkan Richmond sampai pintu depan rumahnya ralat rumah Yeseline.

Kini mereka berdua sedang berjalan bersamaan menuju ruang tamu.

"Kok cepet" tanya mami.

"Iya buru buru" jawab Richmond melupakan apa yang ia sepakati tadi.

Yesica menatap malas richmond, benar dugaanya tidak ada yang bisa ia ajak kerjasama selain Vincent di dunia aneh ini.

"Balik dulu ya" pamit Richmond.

Brak

Tanpa menjawab apa apa lagi Yesica langsung menutup pintu tersebut dengan brutal, membuat Richmond bertanya tanya ada apa dengan Yesica padahal sebelumnya mereka baik baik saja tapi secara tiba tiba Yesica langsung berubah.



.
.
.




Bye bye bye...

chaos Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang