73 : EN ESPÉRANT UN MIRACLE

174 18 0
                                    

Duncan de Linbergh melempar sebuah gelas kaca ke sudut ruangan begitu mengetahui putra nya, Lauren mulai membangkang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Duncan de Linbergh melempar sebuah gelas kaca ke sudut ruangan begitu mengetahui putra nya, Lauren mulai membangkang. Kemarahan nya sudah tidak bisa diutarakan kembali. "Memang apa salah nya mengakhiri garis keturunan wanita bajingan itu? Dia sangat bodoh!" cemooh Duncan yang mengira ia berhasil membunuh putri Lauren dan Astoria.

Pria bergelar Marquess itu pun keluar dari keuangan nya dengan mendobrak pintu hingga membuat pengawal nya terkejut. Ia berjalan dengan langkah yang sangat cepat menuju kamar milik Lauren.

Sunyi dan hampa. Itu lah suasana yang ada di kamar tersebut.

"Cari apa saja yang berkaitan dengan pelarian putra ku, cepat!" titah Duncan kepada para pengawal dan ksatria yang berada di belakang nya.

"Baik, Your Grace!"

Semua lemari atau laci yang ada di kamar Lauren mulai di bongkar satu persatu.

Duncan menghela nafas kasar.

*****

Malam datang. Rosaline tampaknya kelelahan dengan aktivitas nya tadi yang mengharuskan dirinya duduk selama berjam-jam untuk dilukis, maka dari itu ia memutuskan untuk tidur terlebih dahulu.

Berbanding terbalik dengan Helios. Ia berada di sebuah balkon yang menghadap ke arah hutan bersanding dengan Lauren yang tengah merokok.

"Waktu adalah keadilan yang menguji mereka yang bersalah. Terkadang lebih mudah mencari siapa yang akan dipersalahkan daripada mengakui kesalahan, itulah kenapa keadilan tak pernah adil." asap dikeluarkan dari mulut nya.

"Kau membicarakan ayah mu? Mereka, yang tidak tahu nilai kesetiaan, tidak akan pernah bisa menghargai harga pengkhianatan."

Lauren menyeringai, "Satu-satunya cara untuk bertahan hidup adalah pandai dalam berucap. Bukankah begitu Sir Helios? Apa kau setuju dengan ucapan ku?"

"Keselamatan manusia ada pada lisan. Seseorang pernah berkata, mulut itu alat pembunuh manusia secara perlahan. Dan aku percaya itu."

"Siapa yang mengatakannya?"

"Zandov Frantz."

Lauren mengangguk paham, "Kau ingin? Sebatang rokok tidak akan membuat mu mati." Lauren menawarkan rokok berkali-kali kepada Helios namun hasilnya tetap saja ditolak.

"Aku adalah seorang ayah." tolak mentah-mentah Helios.

"Satu saja."

"Memang ada apa? Kau ingin meracuni ku?"

Lauren refleks tertawa, "Bagaimana bisa dahulu Astoria menyukaimu? Manusia datar dan tidak peduli dengan siapapun kecuali pada Her Highness Princess Rosaline." satir Lauren.

Helios mengeryitkan alis nya kebingungan. "Apa maksudmu?"

"Dahulu Astoria menyukaimu, dan itu cukup lama. Sampai akhirnya kau jatuh cinta kepada Rosaline, kemudian ia patah hati lalu memutuskan untuk berhenti menyukaimu kemudian jatuh cinta padaku― mungkin di dalam mimpi ia akan memukul ku, karena membongkar rahasia nya." bongkar Lauren.

Helios tidak tahu harus bereaksi apa, karena menurutnya itu hanya bagian dari masalalu.

"Ngomong-ngomong bisakah kau dan aku pergi secepat mungkin ke Tirion?"

"Bisa saja, tapi bagaimana dengan istri mu?"

Helios berpikir ia akan menemui Aragorn, saudara Rosaline yang akan melakukan tugas kenegaraan ke Mapleqeaf. "Bantu aku."

"Bantu?"

"Kau harus membuat kekacauan kepada pengawal atau pun ksatria yang ada di dekat nya agar aku bisa menampakkan diri di hadapannya."

"Maksud mu? Jelaskan lah secara jelas." Lauren mematikan rokok nya untuk mendengarkan ucapan Helios.

"Prince Aragorn akan tiba di Mapleqeaf untuk tugas kenegaraan, tampaknya hal itu berkaitan dengan diplomasi― aku ingin membawa nya kepada Rosaline selagi aku pergi."

"Itu akan membuat dampak yang besar Helios. Bagaimana jika rencana mu tidak sesuai ekspektasi? Kemudian akhirnya Rosaline akan dipaksa kembali ke keluarga nya dan memutus hubungan dengan mu? Tidak ada yang tidak mungkin sebab Prince Aragorn juga adalah saudara sekaligus saudara istri mu yang menantangmu. Aku benar bukan?"

"Aku percaya Rosaline akan bersikap bijaksana dengan keputusannya."

"Tetapi jika aku membuat keributan bukankah seseorang akan mengenaliku dan mengadukan keberadaan ku kepada ayah ku?"

"Tidak, selagi kau menutup wajah mu."

"Gila. Bagaimana bisa aku bekerja sama dengan bajingan ini."

"Istirahat lah."

Helios pergi meninggalkan Lauren sendirian untuk kembali ke kamar nya.

Dilihat nya Rosaline yang tengah tertidur pulas.

"Sudah lama kau tidak tertidur pulas seperti ini karena posisi mu sebagai seorang wanita yang tengah mengandung." Helios memahami kondisi wanita hamil yang mengalami kesulitan saat dalam posisi tertidur.

Helios duduk di atas ranjang tepat di sebelah Rosaline. "Aku akan pergi dengan cepat, maka dari itu aku dapat kembali lebih awal untuk berada di sisi mu." ucap Helios pelan sembari mengusap lembut perut Rosaline.

Rosaline tergerak, ia membuka mata nya perlahan.

"Aku membangunkan mu? Aku minta maaf." Helios merasa bersalah.

"Apakah aku tertidur pulas? Rasa nya sangat nyenyak walaupun hanya sebentar." Rosaline memang sangat sensitif terhadap suara.

"Tidur lah kembali. Maaf aku menggangumu." Helios mengusap-usap rambut Rosaline.

"Peluk aku."

Helios pun menuruti permintaan Rosaline, tertidur di sebelah Rosaline kemudian memeluk istri yang amat sangat ia cintai itu.

Memeluk Helios saat tidur membuat Rosaline tenang. "Jika kau pergi, siapa yang memeluk ku?" Rosaline menatap lekat kedua bola mata Helios yang ada di hadapan nya, karena jarak mereka yang sangat dekat.

"Caerios?"

"Pelukan seorang anak dan pasangan itu berbeda Helios. Itu yang ibu ku katakan." Rosaline masih mengingat jelas apa yang ibu nya katakan.

"Aku akan memelukmu seribu tahun lamanya, bagaimana?"

"Kau berjanji?"

"Ya!"

Kedua nya kompak tertawa.

"Tidur lah." Helios mempererat pelukan nya.

"Besok kita akan pergi menikmati waktu berdua, jangan lupakan itu."

"Aku tidak akan pernah lupa sesuatu tentang mu, Rosaline."

"Keajaiban apa yang dilakukan kakek atau nenek moyang ku sehingga aku beruntung dalam hal percintaan." Rosaline tetap tidak bisa memejamkan mata nya karena ia terus menerus ingin berbicara pada Helios.

"Kakek dan nenek moyangmu? Bukankah itu King Kyros the Conqueror dan Queen Alameth? Tentu mereka berjasa sangat besar."

"Kau tidak salah." Rosaline tidak bisa menahan tawa.

"Aku mencintaimu." ucap Helios lalu mencium Rosaline sebelum kedua nya memejamkan mata untuk menyambut pagi yang cerah.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
~~~~~~~~~~
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Next?

Jangan lupa vote + komen + share!🤍

@N.Z.K

ENOUMENT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang