BAB 4 || Orang Sombong Kuburannya Kecekik

72 15 1
                                    

Hai halo kalian...

Apa kabar??
Masih menunggu aku up kah???
Hayu lanjut baca

Aku mau ngasih tau nih ya..

Cerita ini hanya fiktif belaka!
Tidak ada sangkut pautnya dengan real life siapapun.
Okei?!!

Bijaklah dalam membaca sengkuhh..


Jangan jadi siders aja donggg
komen kek, cerita ini ngebosenin apa gmn gt biar aku tau respon kalian😭

Dhlah, terserah

Happy reading...


~~~

"Ck, Bang Bian tumben banget hp nya ketinggalan, padahal dia paling gak bisa kalo gak bawa hp." Saka menyusuri kampusnya dengan mengedarkan pandangannya sekitar, sesekali ia menggerutu.

Kelasnya baru akan mulai satu jam lagi, namun ia harus berangkat sekarang karena ponsel Bian tertinggal di atas meja ruang keluarga. Raka dan Gerry sudah berangkat satu jam sebelumnya, Daniel jangan ditanya, ia pasti sudah nangkring di kantornya karena suatu masalah. Saka mau tak mau harus mengantarkannya sendiri, itulah mengapa ia sedari tadi sudah misuh-misuh sendiri.

Ia celingak-celinguk mencari abangnya itu di luar, mungkin belum masuk gedung. Jika kalian bertanya kenapa tidak tanya saja pada orang sekitar, jawabannya adalah karena ia tidak tahu menyapa orang baru, lebih tepatnya, pemalu. Bahkan saat ada tamu di rumahnya, Saka adalah orang pertama yang akan masuk kamar, tak mau berurusan takut salah bicara. Padahal sedang mempelajari ilmunya, tapi ia sangat jarang mempraktekkannya.

Ia memutuskan untuk masuk ke dalam gedung fakultas abangnya, mungkin saja Bian sudah masuk. Saat ia sibuk mencari keberadaan Bian, orang-orang disekitarnya mulai berbisik satu sama lain.

"Eh, bening banget gila."

"Kayaknya bukan anak hukum deh."

"Cakep banget, bolehlah gue pacarin."

Tak menggubris bisikan-bisikan set.. eh tersebut, ia terus mencari keberadaan Bian di gedung yang luasnya sudah membuat Saka mual, lelah mencari.

"Ck, apa gue tanya orang aja kali ya, yakali gue planga plongo di gedung seluas stadion bola gini."

BRAKK

"BANGSAT!"

Bian menyusuri gedung fakultasnya dengan langkah tergesa-gesa, ia menyadari hp yang ia tinggalkan di rumah saat ia sudah masuk ke dalam kelas.

"Sial, bisa-bisanya gue lupa bawa hp," ucapnya kesal.

Bian memang seringkali melupakan hal-hal kecil, contohnya ketika ia sedang lapar. Ia berniat untuk makan, tapi saat sudah sampai dapur ia malah bingung sendiri, "lah, gue ngapain ke sini?" Lalu ia akan kembali ke kamarnya. Bian pelupa, namun tidak dengan alat canggih yang satu ini, ia tidak akan meninggalkannya. Bahkan saat ia kebelet buang airpun ia akan membawanya.

ALGARENDRASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang