BAB 14 || Tamu Bian

168 32 4
                                        

I

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


I

ni ga aku review lagi yahh jadi kalau ada typo tandain

Hepi ridinggg~

~~~

Hari ini jadwal Bian melakukan terapi dengan Saka, berkali-kali ia disemangati saat melakukannya. Ini yang ia sukai jika pergi dengan Saka, selalu mendapat letupan energi positif darinya.

Setelah keluar dari ruangan pun Saka menyambutnya heboh, "welcome, bro."

Bian terkekeh, "apaan deh, ayo cepet pulang, gerah gue lama-lama di sini."

"Ke toko dulu ya, gue buat kue bolu kemarin, harus dicobain."

"Gak yakin gue sama rasanya."

"Awas aja ketagihan," dengan percaya diri ia berjalan bak seorang bodyguard yang menjaga artisnya. Bian hanya geleng-geleng, ia cukup malu.

Saka sendiri menutup wajahnya dan berjalan biasa saat orang-orang memperhatikannya, dia sendiri yang bertingkah dia juga yang malu.

Keduanya masuk ke dalam mobil, melaju membelah jalanan kota. Setelah dari toko mereka langsung pulang, itu lebih baik. Sesaat setelah sampai di rumah, keduanya melihat sebuah motor hitam terparkir di halaman, sepertinya mereka tahu siapa pemilik motor ini.

"ASSALAMU'ALAIKUM BRADER!!!"

"Waalaikumussalam."

Terdapat tiga lelaki yang sedang duduk di ruang tamu, kedua kakaknya dan orang pemilik motor. Orang yang paling membenci Bian karena terlalu sok akrab dari pandangan pribadinya, saat ini berada di kediaman Algarendra.

Athar.

Tahu kenapa? Mau main.

Sejak kematian mendiang orangtuanya, banyak hal terjadi, contohnya si Athar ini. Ia beberapa kali menjenguk Bian dan membawakannya banyak makanan meskipun pada akhirnya Daniel yang akan menghabiskannya.

Saat ia masih berkuliah, ia sering berpapasan atau satu kelas dengan Athar. Meskipun reaksi Athar padanya dibilang tidak mengenakkan, tapi entah mengapa Bian terus saja mengganggunya.

Athar sendiri canggung berada di sini, selama ia mengunjungi Bian, hanya adik kembar Bian dan Bian sendiri yang bertemu dengannya. Namun, kali ini ada Gerry dan Daniel, menemaninya di ruang tamu. Beruntung Bian cepat datang dan duduk bergabung, kalau tidak, mungkin dia memilih pulang saja.

"Eh, ada Kak Athar, kebetulan gue bawa kue bolu. Dimakan ya, gue buatnya penuh cinta loh," celetuk Saka.

"Berarti gak usah dimakan Thar, takut lo belok, bahaya," balas Gerry.

"Heh, maksud gue tuh gue buatnya pake perasaan, hati tulus biar makin enak rasanya."

"Lo buatnya gak pake tangan?" Timpal Daniel yang semakin membuatnya jengkel namun tetap menampilkan senyum, terpaksa.

ALGARENDRASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang